26

3.1K 128 23
                                    

Saat ini Fina sedang berada di kamarnya, memikirkan hal tadi membuat Fina senyum-senyum sendiri, Fino yang kebetulan lewat depan kamar Fina menyinyit bingung,

'punya adek satu kadang kok gila sih, gak kadang sih tapi tiap hari,' batin Fino bingung,

Fino yang melihat adeknya tambah gila pun memutuskan untuk masuk kekamar Fina,

"Woi" Kaget Fino sambil menepuk punggung Fina yang sedang tengkurap di kasur sambil menatap hp nya dengan senyuman yang terus mengembang,

"Apa sih bang?? Gak kaget gue ini," Ucap Fina santai sambil tetap tersenyum,

"Sumpah Lo aneh, gue harus ngasih tau mama papa kalau kayak gini suruh ngeruqiah Lo," Ucap Fino sambil berlalu dari kamar Fina, belum sampai di pintu kamar Fina sudah memanggilnya,..

"Bangggg," Panggil Fina kesal, Fino pun memutarkan kembali tubuhnya menghadap ke Fina,

"Apa?" Ucap Fino males,

"Ihh kok jawabannya gitu sih," Cemberut Fina, Fino menghela nafas kasar,

"Apa adek Abang yang cantik jelita??" Tanya Fino dengan nada yang dilembut-lembutkan. Fina yang mendengar itu hanya tersenyum manis aja. Fino menghampiri Fina yang di atas kasurnya melupakan tujuannya untuk memberitahu mama papanya untuk meruqiah Fina,

"Kenapa Lo senyum-senyum kayak tadi?" Tanya Fino sambil mengelus puncak kepala Fina, Fina yang diberi pertanyaan itu langsung memeluk Abang satu-satunya ini,

"Gue jadian sama Alan," Gumam Fina di dada Fino, mendengar itu Fino langsung melepaskan pelukannya,

"Ha? Jadian sama Alan?" Tanya Fino memastikan lagi, Fina mengangguk menjawab pertanyaan Alan itu,

"Gimana ceritanya?" Tanya Fino kepo. Fina pun menceritakan semua yang terjadi tadi sore itu, Fino hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mendengar cerita Fina,

"Ohhh jadi maksud Alan dia gak pengen nembak Lo sekarang karena gak ada modal apa-apa, tapi dia udah terlanjur ngomong suka sama Lo gitu?" Tanya Fino mendengar cerita Fina,

"Iya, tapi walaupun kayak gitu dia tetap romantis kok," Ucap Fina sambil mukanya yang memerah,

"Romantisnya dari mana? Bunga gak ada, coklat gak ada, boneka gak ada, Kata-katanya cuma kayak gitu romantis dari mana coba?" Tanya Fino bingung, pasalnya menurut Fino gak ada yang romantis dari penembakan Alan itu, mungkin iyalah waktu Alan ngerangkai kata-katanya, tapi selebihnya tidak ada,

"Romantis tau orang dia tadi ciu-" Fina langsung menutup mulutnya, bisa habis dia sama abangnya ini kalau tau dahinya sudah dicium oleh Alan,

"Ciu, ciu apa Fin?" Tanya Fino sudah dengan nada datar, Fina hanya bisa menelan ludahnya mendengar suara Fino itu,

'kenapa gue dikelilingi cowok yang kalau udah marah nada datarnya serem ya? Alan gitu, Abang gitu, mana ni mulut keceplosan lagi, aduhh mati lah gue, bukan cuma gue bisa aja Alan juga kena imbasnya nihhh' batin Fina khawatir,

"Heh ciu apa? Jangan bilang bibir Lo udah gak suci lagi?" Ehh anjir pertanyaan Fino membuat Fina memukul bibir abangnya itu,

"Sembarangan aja Lo ngomong, masih suci ni bibir," Ucap Fina membanggakan bibirnya itu,

"Yakan gue cuma nebak, terus ciu apa Fina," Kesal Fino, Fina hanya menghembuskan nafas lelahnya,

"Cium kening," Cicit Fina,

"Oh,"

Sungguh respon abangnya ini diluar dugaan Fina, ia kira abangnya bakalan ngamuk karena keningnya sudah tidak suci lagi,

BAD TWINS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang