"Kak Renjun!!!"
Renjun yang sedang membaca proposal dimejanya berjengit kaget saat pintu ruang OSIS dibanting dengan keras oleh seorang lelaki.
Ia lantas menatap lelaki itu dengan raut menegur. Membuat yang ditatap hanya menggaruk belakang lehernya canggung dibawah tatapan Renjun.
"Sudah berapa kali kakak bilang jangan kebiasaan ngebuka pintu dengan keras, Junho"
Junho hanya tertawa pelan menunjukan giginya dengan malu. Memang salahnya yang lupa akan hal itu.
Renjun hanya menggelengkan kepalanya melihat itu.
"Sudahlah. Aku yakin kau seperti itu ada alasannya. Katakan, ada apa?"Seolah tersadar. Junho kembali memasang wajah panik.
"Itu kak! Ada yang berantem lagi!"Renjun tentu terkejut. Ketua OSIS mana yang suka jika ada perkelahian disekolah? Itu bisa mencoreng nama baik sekolah.
"Jeno dimana? Apa dia sudah kesana lebih dulu?"
Renjun berdiri dari tempatnya. Berjalan cepat menghampiri Junho diambang pintu.Junho menggeleng resah. Menatap Renjun dengan ekspresi sedikit ragu.
"Yang berantem itu kak Jeno..."
_____
"Jeno!!!"
Dua orang siswa laki-laki yang saling memukul wajah satu sama lain itu menoleh. Melihat sosok siketua OSIS yang berlari kearah mereka dengan cepat.
"Kau pikir apa yang kau lakukan?!"
Renjun langsung memisahkan dua orang itu. Berdiri ditengah. Sementara Junho yang mengikutinya hanya berjaga didekatnya.
Renjun menatap marah pada Jeno yang hanya menatapnya dengan raut menyesal.
"Kau lupa apa posisimu disini? Apa perlu aku beritahu sekali lagi?"Jeno hanya menggeleng. Sementara Renjun mengusap kasar wajahnya.
"Kita akan bicarakan hal ini nanti diruang OSIS"Final Renjun. Ia lalu beralih pada siswa laki-laki lainnya yang menjadi lawan Jeno. Ia tidak bisa menyembunyikan raut kesal dan juga marahnya
"Hwang Hyunjin. Sudah berapa kali BK dan pihak OSIS harus menegurmu? Berkelahi, membolos, merokok, memukul siswa tak bersalah. Kali ini kau dengan sengaja mengajak anggota OSIS untuk berkelahi? Apa maumu sebenarnya?"
Hyunjin hanya berdecih. Memalingkan wajahnya sebentar sebelum kembali menatap Renjun tepat dimatanya. Mencoba menyelami bola mata jernih si ketua OSIS.
"Kau tidak perlu tau. Hanya kembali duduk dikursi kebesaranmu dan jangan ikut campur urusanku"
Renjun mengepalkan tangan nya. Kesal dengan jawaban laki-laki itu.
"Kau pikir aku tidak lelah mengurusi mu? Bukan mauku untuk hal ini. Tapi karena posisiku dan tingkahmu ini membuat semua nya menjadi seperti ini"Renjun lalu beralih pada Jeno yang hanya diam.
"Kau Jeno. Pergilah dengan Junho kedalam sekolah sekarang."
Ucapnya sambil menatap sebentar kearah Junho yang melihat mereka bertiga sedari tadi.Jeno yang awalnya akan pergi lantas berhenti. Menatap Renjun yang masih berdiri ditempat nya dengan Hyunjin yang berada dibelakang punggungnya
"Bagaimana denganmu?"Renjun menghela nafasnya pelan
"Aku masih harus bicara dengan nya"Jeno menatap sinis kearah Hyunjin sebentar sebelum kembali menatap khawatir kearah Renjun.
"Kau tidak boleh hanya berdua dengannya disini Renjun"Renjun menggeleng. Tidak mengindahkan ucapan Jeno dan memberi isyarat agar ia segera pergi.
Jeno mau tidak mau harus pergi dari sama diikuti oleh Junho. Meninggalkan Renjun bersama Hyunjin digang sempit itu.
Renjun lalu berbalik kebelakang. Sedikit memundurkan tubuhnya saat menyadari posisi Hyunjin yang terlalu dekat dengannya.
"Jelaskan apalagi alasanmu kali ini"Hyunjin memasukkan tangannya kesaku celana seragamnya. Menatap remeh pada Renjun.
"Kau tidak perlu tau""Apa perlu aku paksa terlebih dahulu?"
Ancam Renjun. Ia memasang raut datar saat Hyunjin justru tertawa meremehkan.Lelaki bertindik itu lantas membungkuk. Mendekatkan wajahnya pada si ketua OSIS. Membuat ia bisa mencium aroma jeruk yang segar dari sana.
Ia menyeringai saat melihat raut tenang Renjun.
"Ancam saja jika kau bisa. Mari kita lihat sehebat apa ancamanmu itu. Apakah berhasil membuatku takut atau tidak"Tangan panjang Hyunjin terulur, melingkari pinggang Renjun yang kecil. Sesekali mengusap pelan pinggiran pinggang itu. Wajahnya dengan sengaja ia dekatkan pada pipi mulus itu.
"Lepas."
Desis Renjun. Mencoba berontak dalam pelukan Hyunjin. Namun semakin banyak ia bergerak, tubuhnya malah semakin dipeluk oleh lelaki itu. Ditambah lelaki itu menenggelamkan wajahnya pada perpotongan leher Renjun."Aku menginginkan mu Renjun."
Bisik Hyunjin tepat ditelinga Renjun. Membuat Renjun merasakan keringat mengalir deras dari tubuhnya yang bergetar.Dan tepat setelah Hyunjin mengatakan itu, bel sekolah yang keras terdengar. Membuat Renjun mendorong kasar dada Hyunjin agar menjauh.
Dan Hyunjin dengan sukarela bergerak mundur, melepas pelukannya pada tubuh mungil itu. Tersenyum miring pada Renjun yang menatap nya datar.
"Kali ini kau beruntung karena bel sudah berbunyi. Tapi jangan senang karena namamu akan kembali ditulis untuk kesekian kalinya di daftar hitam"
Renjun lantas pergi dari sana. Ia tentu tidak ingin terlambat masuk kekelasnya. Disamping ia yang tidak ingin ketinggalan pelajaran. Itu bisa menjadi contoh yang buruk bagi siswa lainnya.Sementara Hyunjin masih terdiam ditempat. Menatap punggung sempit Renjun yang menjauh.
Ia mendengus remeh sebelum mengepalkan tangannya yang berada disaku celana.Hyunjin menjilat bibir bawahnya sensual sebelum menyeringai penuh arti.
"Lihat saja Jeno. Renjun yang kau lindungi itu akan berada dalam pelukanku cepat atau lambat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Want
Teen FictionRenjun hanya ingin kehidupan nya tenang Hyunjin hanya ingin mereka seperti dulu Dan Jeno yang ingin Renjun hanya menatapnya Hyunjin x Renjun