Nemesis 👓

12.7K 1.3K 607
                                    

Day #3
Mafia - Jilix
by CathRsa

Day #3Mafia - Jilixby CathRsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu siapa?"

"Gerak-geriknya sama sekali tidak elegan."

"Han Jisung punya peliharaan baru? Yang lama sudah tidak memuaskan, ya?"

Kasak-kusuk yang terdengar sejak Han Jisung menjejakkan kaki di pesta itu total diabaikan oleh sang pemilik nama, yang berlaku seakan tidak ada orang lain selain dirinya dan orang yang diajaknya ke pesta.

"Telingaku panas mendengarnya, Felix." Jisung berbisik di telinga pemuda yang dibawanya ke pesta itu. Tangan kiri pemuda itu ada di pinggang Felix, sementara tangan kanannya bertahan di gagang pistol Beretta di kantung celananya. "Bunuh saja, ya?"

"Jangan!" Felix berbisik cepat, keningnya mengernyit lucu. "Kasihan mereka, Jisung."

Jisung terkekeh kecil, gemas. Ketua muda grup mafia Han yang terkenal paling sadis itu kemudian mengusak rambut Felix penuh afeksi.

"Bos, selamat datang!"

Jisung menoleh terganggu saat aktivitasnya diinterupsi. "Terima kasih atas undangan pestanya, Jeno."

Sang pemilik acara, Lee Jeno, salah satu pebisnis muda yang sering berhubungan dengan para mafia, menjabat tangan Jisung. "Bukan masalah, bos. Mengingat kau selalu membantuku, aku tersanjung kau mau datang." Dia kemudian menoleh ke arah Felix, menatap pemuda itu dari atas ke bawah seakan menilai. "Who's this cutie?"

"Milikku." Jisung berujar. "Introduce yourself, prince," bisiknya pada Felix.

Pemuda dalam rangkulan Jisung itu tersenyum cerah. "Namaku Lee Felix, selamat malam! Pestanya meriah sekali."

"Apakah kau anggota elit?" Jeno bertanya penasaran. Anggota elit adalah sebutan untuk mafia yang memiliki jabatan tinggi, pebisnis yang sering berhubungan dengan para mafia, dan juga anggota kepolisian yang bekerja sama dengan mafia di belakang layar.

"Oh, bukan. Felix bukan orang dari dunia ini sama sekali," Felix tersenyum.

Jeno mengerjap bingung. "Tumben sekali kau memilih orang biasa sebagai peliharaan, bos. Tapi kuakui, seleramu bagus. Di mana kau mendapatkannya? Tempat pelelangan?"

Rangkulan tangan Jisung di pinggang Felix mengerat mendengar komentar sang pebisnis. "Jaga mulutmu, Jeno. Aku sedang malas mengotori tanganku dengan cipratan darahmu."

DESTINESIA • HAREM!FELIXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang