Chap. 03

1.4K 149 26
                                    

Aku terdiam. Sebenarnya aku tidak kepikiran untuk mengajak orang lain bunuh diri. Aku lebih suka bunuh diri secara tenang, sendirian. Tapi entah kenapa, dia sudah menjadi orang pertama yang selalu kuajak bunuh diri.

Apakah aku sekarang tertarik untuk bunuh diri ganda??

Ajakanku pertama kali adalah ketika dia berniat untuk kabur. Dia pergi atap gedung dan mengancam akan melompat dari sana jika aku tidak membebaskannya.

Dia ingin bunuh diri, aku juga ingin bunuh diri.

Jadi aku tanpa sadar mengajaknya bunuh diri bersama. Musang kecil yang tadinya mulai memanjat pagar pembatas berhenti, dia menatapku dengan pandangan kebingungan.

Menanyakan akan kepastian perkataanku dan dengan santainya menyetujuinya.

Seingatku dulu dia juga mengajukan syarat, "setelah itu tolong lepaskan aku!" katanya waktu itu. jadi dia yakin kalau dirinya masih hidup setelah kuajak bunuh diri ya? Well, aku juga masih hidup walau sudah berkali-kali mencoba bunuh diri, aneh.

Pada akhirnya kita berdebat kalau dia akan mati atau tidak ketika bunuh diri ganda itu. yang diakhiri dengan lucu, bunyi perutnya yang kelaparan berteriak nyaring mengalahkan bunyi hembusan angin.

Aku sontan menertawakannya dan dia malah mencengkram mantelku menyuruhku untuk diam.

Dan... kita tidak jadi bunuh diri ganda, melainkan menghabiskan waktu menemaninya makan dengan lahapnya.

Lupakan itu, tak ada hubungannya.

Musang kecilku adalah gadis yang ceroboh. Dia membiarkan dirinya berada di dekat seorang mafia. Dia terlihat memberanikan diri walau berkali-kali mendapatkan tatapan tajam dari para mafia lainnya.

Tapi sekarang dia terbiasa dengan hal itu dan secara tidak langsung menjadi anggota mafia. Itu setelah aku memaksanya untuk menjadi bawahanku, bukan salah satu bawahan milik bos Port Mafia.

DIA milik-KU.



"Tidak."

Kataku tajam, sekali lagi menolak ajakannya yang ingin mampir ke daerah di mana terdapat bianglala. Yang kutahu tempat itu adalah salah satu tempat wisata di Yokohama, Cosmo World* kalau tidak salah.

Dia mendengus pelan sebelum kembali mengikuti berjalan. Aku tidak berniat pergi ke suatu tempat, kemana saja asal bisa disebut jalan-jalan.

Entah sudah sejauh apa kita berjalan, yang kutahu sekarang adalah daerah Chinatown yang terkenal dengan jajaran toko dengan masakan China-nya.

Musang kecilku yang tadinya berjalan di sampingku, menghentikan langkahnya. Tatapan matanya terarah pada penjual sayuran yang kelihatannya baru saja mendagangkan dayuran segarnya.

Sepertinya dia kepikiran untuk memasak sesuatu setelah membicarakan tentang kelas memasaknya.

"Osamu! Kau suka nabe?" tanyanya dengan senyum sumringah.

Aku menolak. Itu yang akan kukatakan kalau saja dia tidak terlihat seceria ini, lagipula, jika aku menolaknya dia pasti akan tetap memaksaku. Aku lelah mendengar paksaannya sedari tadi, dia terlalu gigih.

Aku memang mau pergi ke rumahnya nanti, tapi itu tidak lama, hanya ingin menyapa kakek tua penghuni rumah itu.

Bukan, yang kumaksud kakek tua bukan seorang hantu, dia memang pria tua yang menyebalkan. Nanti kalian akan bertemu dengannya.

"Baiklah." Jawabku singkat. Setelah pulang dari rumahnya aku memang mau melakukan sesuatu, tapi aku bisa menundanya sebentar.

Jawabanku membuat musang kecil bertepuk tangan sekali sebelum melesat dengan cepat menemui si penjual sayur.

No DoubtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang