.
.
Menyebalkan.
Pemandangan di depannya itu bukan Ketua Namjoon yang sedang mengocok kartu dengan wajah sombong atau bocah tengik Jeon yang dengan kurang ajar membidiknya menggunakan pistol angin dari jarak dekat sampai terjatuh dari tangga. Itu cuma Yoongi yang sedang berdiri di depan etalase toko dan mematung di depan sana sejak setengah jam lalu. Agak terlalu lama untuk ukuran orang yang mengaku tak suka belanja. Rambut pirang berayun tanpa penutup, bekas lukanya tertutup plester. Pemandangan segar mengingat pria itu lebih suka menutupi wajah memakai lidah topi bisbol tuanya.
Tidak, Jimin tidak berpikir kalau penampilan Yoongi yang seperti preman tanggung dan boots baunya itu adalah hal buruk. Ya, kadang sih. Tapi yang membuatnya kian sibuk menggoreskan kuku di balik tiang tempatnya bersembunyi adalah sosok gadis bertubuh mungil yang berada di sebelah Yoongi. Agak terlalu dekat sampai bahu mereka bersentuhan. Pun begitu akrab karena terlihat sedang bercakap-cakap tanpa canggung sama sekali.
Ini Yoongi, lho? Min Yoongi yang jarang sekali bisa berwajah ramah itu bersedia menemani obrolan anak perempuan sekitar usia belasan. Padahal Jimin berkali-kali menguping penyataan pria tersebut saat ditawari rokok oleh ketua geng sebelah, bahwa tipe idealnya adalah para nuna berdada besar yang suka memakai sepatu hak tinggi. Bahkan sempat membuat Jimin membusung di depan kaca, merasa bila dada hasil latihan kerasnya selama ini boleh dibilang montok. Walau tetap rata.
Dasar pembohong!
Saat ini Jimin sedang sangat kesal sampai harus menggigit saputangan yang rencananya akan dipakai mengikat lengan Yoongi kalau berhasil diseret ke ranjang nanti. Pura-puranya ingin menyeka keringat jika nanti ditanya untuk apa. Tapi kalau fakta lapangan menunjukkan bila Yoongi sudah punya teman kencan sendiri, maka Jimin bisa saja membuang saputangan itu sebagai pelampiasan, atau dibakar saja sekalian. Akhir-akhir ini Jimin memang mudah sekali terpancing kalau mendengar, melihat, atau mengetahui sesuatu soal Yoongi. Padahal mereka tidak pacaran.
Eh, iya kan?
Jimin tidak, atau belum pernah mendapati Yoongi mengucapkan kalimat, 'Ayo pacaran!' maupun 'Aku suka padamu, jadilah pacarku,' seperti dialog drama-drama percintaan. Lagipula hal itu jauh lebih mustahil dibanding niat membeli sepetak tanah di bulan untuk dinamai Papi Mini. Jangankan mengajak pacaran, memergoki batang hidung Jimin beserta motor magentanya di pelataran markas saja sudah membuat pria itu naik darah.
Dipikir-pikir, mereka juga tak pernah benar-benar mengaku berteman, lebih tepatnya hubungan yang saling menguntungkan karena Yoongi butuh otak dan Jimin butuh kekuatan. Bukan tipe-tipe relasi yang bercakap-cakap tentang hobi atau saling mendatangi kediaman masing-masing untuk pesta piyama. Yoongi tidak pernah berinisiatif datang ke rumahnya, justru selalu Jimin yang mengundang dan tak pernah ditolak. Tidak ada respon, lebih tepatnya. Yoongi itu sukar mengucapkan kata 'tidak' tiap kali Jimin berkata ingin 'berdiskusi' –kendati berang bukan main saat pintu rumahnya diterobos moncong motor akibat telat membuka kunci.
YOU ARE READING
MEILI | BEAUTIFUL (YoonMin)
Fanfiction[BTS - YoonMin/SugaMin] Segalanya yang ada pada Jimin itu cantik, termasuk sepasang mata yang membius Yoongi hingga ke dalam sukma. Tapi jika diminta bercerita, Yoongi akan berpikir dua kali karena buku tulis setebal apapun tak akan cukup menampung...