sampai jam empat pagi;

232 39 20
                                    

—aku berakhir di pelukannya.

Kepala menyender sempurna di bahunya, menaruh kaki di atas kakinya, dan saling memainkan jari-jari satu sama lain.

"Ini satu minggu yang lalu, ingat saat aku menginap disini?" aku hanya merespon dengan anggukan, "Seseorang mendatangiku, penampilannya tidak bagus, hanya dibaluti sebuah sweater yang bahkan tidak bisa melindunginya dari cuaca dingin, saat bertemu dia memintaku untuk berbicara di ruangan lain lalu dia berkata dia hamil. Hamil bayiku."

Aku hendak mengubah posisi menjadi duduk tegak tapi Hoseok segera mendekapku lebih erat, tidak mengizinkan aku, bahkan untuk mendangak melihat wajahnya pun tak boleh.

"Lalu kau percaya? Aku bilang jangan percaya sembarang orang, sialan, aku mengajarimu!"

"Jules," dia malah terkekeh. "Kau sembarang orang waktu itu dan aku mempercayaimu. Sekarang lihat kita."

Hoseok berlanjut kala dia merasa aku sudah kalah telak dengan argumen randomnya, "Aku ingat dia. Aku tidak sepenuhnya mabuk, aku ingat aku menyuruhnya menelponmu agar kau menjemputku. Aku ingat. Terlalu jelas." lalu Hoseok menghembuskan nafasnya, "Hari ini dia datang kembali dan aku meminta maaf padanya, lalu dia bilang lupakan saja yang kemarin, dan dia minta maaf karena telah menuduhku. Itu sangat ... aneh, sampai aku tak kuasa untuk mengatakan kalau aku ingat semuanya yang terjadi malam itu lalu aku ..."

"Hoseok, aku tidak boleh melihat wajahmu?"

"Jangan. Aku membenci diriku sendiri, kau tidak boleh melihatnya." dia mengambil satu tanganku dan memainkan jari-jari lentik punyaku, "Jules, apa kita akan tetap kita sampai kapan pun?"

"Kau tahu."

"Aku tahu."

hey julesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang