gaun putih

218 41 9
                                    

"Hei."

"Hei," aku tidak mengerti tapi semua orang, pengiring pengantinnya, keluar semua dari ruangan pengantin yang baru saja aku masuki. Menyisakan aku dan Naya—yang sudah dibaluti gaun putih, panjang, dan mewah, tidak beda jauh dengan gaun pengantin milik Ibu yang terpajang di figura foto di ruang tengah apartemen milikku—tubuhnya masih terlihat proposional dan ramping meski tengah hamil tiga bulan, "Kau datang?"

"Tentu saja," aku terkekeh, "Bagaimana keadaanmu?"

"Baik, kurasa?"

"Aku sebenarnya membawa sesuatu," ujarku sebelum mengulurkan satu paper bag besar untuknya, "Tidak sempat aku bungkus dan menatanya cantik, aku harap kau menyukainya."

"Terima kasih, Julie." Naya membalas lembut sebelum menaruh kado dariku ke atas kursi dekatnya. "Sudah bertemu Hoseok?"

"Entahlah, sehabis acara pemberkatan, mungkin? Dia membenciku jika melihat aku sekarang."

"Mengapa? Apa kalian baik-baik saja? Apa ini ada hubungannya—"

Aku menggeleng cepat, "No, no, no, fuck, no, we're fine, aku janji." —kalau ada Ibuku pasti aku akan dicubit di pinggang kalau mendengarku mengumpat di depan ibu hamil. "Um ... kau tahu, Cappuccino."

"Apa ... apa itu sebuah pertanyaan?"

"Bukan," aku tak sadar mengeluarkan kekehan garing, "Hoseok suka cappuccino, dia bodoh, jadi jangan terkejut nanti, tapi tenang saja, dia mau berusaha. Kebiasan buruknya adalah konsumtif terhadap barang-barang mahal, tidak penting, dan tolol, yeah, I fucking hate him for bought a gucci pouch. Beri saja dia candaan murahan, responnya bagus. Oh, aku tidak tahu ini masih ia lakukan atau tidak, tapi jaga-jaga ini terjadi, ingatkan dia kalau dia sudah punya tanggung jawab, oke? He loves night club dan uh, mungkin itu saja? Jika kau kewalahan mengaturnya, kau bisa hubungi aku agar bisa kutampar Hoseoknya."

hey julesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang