Rintik 💧💧💧

783 64 9
                                    

Memendam segala sesuatu sendiri itu seperti bom waktu, apalagi ini tentang perasaan kita. Entah sampai kapan aku akan tetap menahan rasa ini sendiri, meskipun aku tau kamu pun merasakan apa yang aku rasakan. Aku hanya menunggu waktu, waktu yang tepat untuk kita saling berbicara dari hati ke hati, entah sampai kapan?

Mungkin sampai aku bosan menunggu, ahh rasanya sampai detik ini pun aku tidak merasa bosan untuk menunggu waktu itu datang. Aku harus perlu untuk bersabar sedikit lagi. Ya, sedikit lagi lebih bersabar.

-SP-

Yang bisa kita lakukan hanyalah saling bertegur sapa seperti biasa, dan tidak menyinggung perasaan ini satu sama lain. Seperti hari ini.

Krist dan aku memang ada jadwal pekerjaan bersama hari ini, meskipun kami tidak berangkat bersama-sama dari gedung agency kami. Aku yang dari seminggu ini sibuk mengurus tugas kuliah yang bejibun, mengharuskan aku berangkat kerja dari kampus. P'Jane yang menjemput ku.

"Ahh, rasanya baru kemarin Krist kita tidak bertemu. Rasanya seperti sebulan tidak bertemu dengan mu. Aku sungguh merindukanmu" Ucap ku dalam hati setelah memasuki mobil P'Jane


"Sing, kau tidak apa-apakan? Apa tadi kepala mu terbentur tembok penyangga?" Kata P'Jane sambil menempelkan punggung tangan nya ke dahi anak asuhnya itu yang sudah dianggap sebagai adik kecil laki-lakinya yang manja, karena sejak keluar dari gerbang kampus nya Singto tanpa disadari tersenyum-senyum sendiri.

"Apaan sih Phi, aku tidak apa-apa"

"Yasudah, ayo berangkat. Krist dan Khun Yui sudah menunggu kita"

Aku hanya menganggukan kepalaku, tanda bahwa aku setuju.

"Sebentar lagi kita bertemu, Krist"

Setelah melakukan perjalanan selama 30 menit, aku dan P'Jane sampai ke tempat pemotretan. Aku dan Krist memang ada jadwal pemotretan untuk salah satu majalah di Thailand. Yang kebetulan tempat yang menjadi lokasi pemotretan adalah sebuah hotel yang tidak terlalu mewah namun memiliki view pemandangan yang indah dan taman yang sangat luas.

Aku berjalan memasuki aula yang di sulap menjadi ruang make up dan ruang ganti. Disana Krist sedang bermakeup, sedangkan P'Yui sedang mengobrol dengan salah satu staff majalah tersebut. Krist masih memejamkan mata nya, karena itu ia tidak melihat ku datang.

"Ahh Krist, mau bermakeup atau tidak kamu akan tetap selalu mempesona dimata ku" Kataku dalam hati sambil menyenderkan punggungku di tembok dekat pintu sambil melipat kedua tangan ku ke dada dan tepat disebelah Krist yang sedang bermakeup.

Harum Hujan 💧 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang