"Kita bukan manusia yang bisa menjalankan takdir sesuai dengan keinginan sendiri. Tapi tuhan yang menyiapkan segala hal tentang takdir hidup dan takdir pasangan."
-Aiden William Abhivandya-
-----
"ABANGGGGG BALIKIN EARPHONE GUEEEEEE!!!! " teriakan membahana Rainey mengisi pagi hari di keluarga Raditama.Bukan pertama kali Rainey berbuat seperti itu, sering kali mereka dihebohkan oleh kakak beradik itu.
"Ney sayang jangan teriak-teriak gituu... Gak baik cewe seperti itu." peringat Rafisya yang tengah sibuk dengan peralatan dapur.
Rainey memutar matanya jengah, Aksa sialan. Batin Rainey terus merutuki Aksa dari kebun binatang semuanya terterucap di bibir mungil itu. Paginya yang tenang hancur sudah oleh seorang abang tidak tahu dirinya itu.
"Gue pinjem dulu elah Ney... Besok juga balik lagi ke lo" ucap Aksa kelewat santai yang membuat Rainey naik darah 'lagi'
Rainey tidak membalas perkataan Aksa lebih memilih menghabiskan sarapan paginya. Tak lama dari itu bel pintu rumah Rainey berdenting. Rafisya, membukakan pintu untuk tamu. Rainey masih sibuk dengan sarapannya tidak menyadari Rafisya memanggil-manggil namanya.
"Dipanggil lo tuh Ney... " Aksa menyenggol pelan lengan Rainey. Rainey memutar matanya jengah, pasti abang sialan ini mengerjai dirinya lagi. "Bodo amat bang, ga peduli gue"
Rainey melanjutkan sarapannya menghiraukan Aksa yang terus berceloteh, "Neyy.. Itu dipanggil mama" ucap Adithama membuat Rainey menghentikan sarapannya dan langsing beranjak dari ruang makan.
Aksa mendengkus keras, dia sudah memberitahu tapi Rainey menghiraukannya saja. Dengan langkah agak tergesa, Rainey menemui mamanya. Langkahnya terhenti, ketika melihat Aiden dengan senyum tampannya menyapa Rainey.
"Ini Ney ada Aiden katanya mau berangkat bareng" ucap Rafisya sedikit tersenyum jahil ke arah Rainey. Rainey yang salah tingkah langsung mengambil tas sekolahnya dikamar dengan tergesa.
Setelah semuanya siap, Rainey turun kembali menemui Aiden yang tengah bercakap dengan mama nya. Perasaannya menghangat, mamanya tidak melarang dia bergaul dengan Aiden padahal mereka berbeda. Toleransi yang membuatnya bisa dekat dengan Aiden sampai saat ini.
"Sudah siap Ney? Ya sudah nak Aiden, tante pergi dulu ya" Rafisya meninggalkan keduanya.
Aiden terseyum 'lagi', dan saat bersamaan Rainey memalingkan wajahnya saat matanya tak sengaja bertumbrukan dengan mata Aiden. "Gak mau berangkat hm? Bentar lagi masuk lohh" perkataan Aiden membuat Rainey tersadar dan langsung menarik Aiden keluar rumah.
"AYO GUE GAK MAU TELAT!" teriak Rainey kalap, yang membuat Aiden terbahak. Rainey memberengut kesal, Aiden yang menyebalkan kembali lagi.
"Santai.... Gue kan pembalap handal jadi lo ngga bakal telat" Aiden terkekeh setelahnya.
Rainey terkaku, bukan, bukan perkataan Aiden yang menyentuh tetapi ketika Aiden mengusap rambutnya pelan menyisakan kehangatan dalam hati Rainey. Dulu, Rainey berharap mereka akan sejalur, tetapi sepertinya semesta tidak mmengizinkan. Untuk kali ini Rainey berharap seperti ini dulu sementara.
🌷🌷🌷
Aiden tersenyum senang selama perjalanan dengan keheningan. Dia tahu dan sangat tahu yang membuat Rainey terdiam seperti itu. Bukannya tidak sadar, Aiden merasa dirinya memang sudah berbeda dengan Rainey. Tetapi logikanya memiliki toleransi diantara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raiden
Teen FictionIni kisah tentang seorang yang memang memiliki ketenangan menatap hujan dan bertemu dengan seseorang yang tegas dan tidak bisa diganggu gugat. Dan hujan juga yang mempertemukan mereka yang sekarang semakin dekat. Hujan awal agustus tepat pada hari u...