Juu San

1.7K 329 6
                                    

cerita ini hanya fiktif belaka

⊱⋅ ──────────── ⋅⊰

woojin terbangun saat ketukan pintu kamarnya terdengar.

ada felix yang datang dengan mata bengkaknya.

...

mereka saat ini sudah duduk disalah satu bangku di area gereja.

"seharusnya kau tak datang sepagi ini untuk bercerita"

felix hanya terkekeh pelan.

yang benar saja, felix datang pukul tiga dini hari hanya untuk berkonsultasi dengan woojin.

"aku tau, maafkan aku. aku hanya tak tau harus kemana. changbin sebentar lagi akan dipindahkan" ujar felix putus asa.

woojin mengangguk tanda paham.

"cinta itu sabar dan baik hati, tidak iri apalagi sombong. cinta itu tidak kasar, cinta itu tidak bersikeras dengan caranya sendiri. cinta itu tidak gampang marah dan tidak bersukacita karena kesalahan, tapi cinta bersukacita dengan kebenaran" kata woojin panjang lebar.

felix mengangguk sambil menghapus air matanya.

"itu changbin, dia menerima semua persyaratan papa. dia menerimanya dengan kesabaran dan kebaikan"

woojin mengangguk paham.

"bayangkan, ketika changbin pergi dan tidak pernah kembali, kau tidak pernah kembali bersamanya. bayangkan dirimu dua tahun dari sekarang. apa yang kau lihat?"

felix menggeleng lemah, "hampa"

"bagaimana hal itu membuat kau merasa memikirkannya?"

"seperti mencoba membayangkan berjalan dibulan"

"baiklah" final woojin sambil tersenyum.

"baik, apa?" felix bingung.

"kau tau apa yang harus kau lakukan felix. jadi, biarkan aku tidur, aku masih ada kebaktian pagi"

felix menggeleng lagi, "tapi aku tidak tau harus melakukan apa, itu sebabnya aku kemari. aku— katakan padaku, apa yang harus ku lakukan?"

"kau perlu aku mengatakannya padamu?"

felix mengangguk pelan.

"kau jelas mencintainya, jika kau menginginkannya, berjuanglah untuknya"

felix menunduk, ia menghela nafasnya.

....

felix membuka pintu rumah.

ada papa felix yang seperti biasa, menyemir sepatu pantofelnya, diruang tamu.

felix mengambil nafas lalu menghadap pada sang papa.

dengan wajah marah dan mata berair ia berkata, "aku mencintainya"

papa felix tetap menyemir sepatunya.

"kau masih remaja, kau pikir kau mencintainya tapi ketika ia pergi, kau akan segera melupakannya" ujar papa felix gamblang.

"aku tidak akan pernah melupakan dia!"

papa felix memberhentikan acara menyemir sepatunya. ia meletakkan sepatu itu dilantai, "felix, aku sudah mengatakannya" lalu sang kepala keluarga pergi meninggalkan felix disana.

felix mengejarnya, "papa tidak bisa melakukan ini pada ku!

"oh ya? cobalah!" tantang papa felix.

"kau tidak bisa melakukan ini!" teriak felix.

felix masih mengejar papanya.

"papa! kau tidak bisa—"

"pembicaraan ini selesai, lee felix!"

felix menggeleng keras, "ini tidak akan pernah berakhir!" felix kembali berteriak.

papa felix terdiam.

"dia meninggalkan ku, dia pergi! karna papa— papa menang! apakah itu membuat papa bahagia?! apakah itu membuat papa senang?! kuharap begitu, karna papa akan kehilangan satu hal"

papa felix memijit pelipisnya. ia kembali memandang sang anak yang sekarang tampak memerah karna amarahnya.

"papa tau itu apa?"

papa felix masih diam mendengarkan.

"papa kehilangan ku. aku tidak akan pernah memaafkan papa, aku tidak akan pernah melupakan hal ini. tidak pernah!"

papa felix memalingkan wajahnya, "kalau begitu tidak ada yang perlu membicarakan hal ini lagi. we are done" papa felix mengatakannya dengan pelan tapi tajam.

felix menatap sang papa tak percaya.

ia pergi dari sana dengan air mata yang kembali jatuh entah keberapa kalinya.










tbc

[✅️] Hinode - changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang