2. Pertemuan

450 19 1
                                    

Bruukk!
"Eh, maaf-maaf gue nggak sengaja" Nissa meminta maaf kepada gadis tersebut

"Iya mbak nggak apa-apa. Saya juga minta maaf" ucap gadis itu sambil berjongkok. Suaranya terdengar lembut di telinga

"Sini, gue bantuin" tawar Nissa yang kemudian ikut berjongkok memungut belanjaan yang terjatuh

"Eh mbak ndak usah. Biar saya aja" elak gadis bergamis hijau toska dengan warna hijab yang senada

"Udah nggak apa-apa"

"Eumm.. Terima kasih mbak"

"Iya. Sama-sama. O ya kenalin gue Nissa" Nissa mengulurkan tangan sebagai tanda perkenalan

"Saya Nadia" gadis itu membalas uluran tangan Nissa dengan wajah tersenyum

Nissa memperhatikan wajah Nadia. Dari matanya yang belo, hidung mancung, bibir tipis namun merah seperti buah jambu, bulu mata yang lentik dan kulit yang putih. Bagi Nissa gadis itu seperti bidadari yang turun dari kayangan. Sangat cantik

"Kalau gitu kita duduk di sana yuk!" ajak Nissa

"Baik mbak" Nadia mengangguk

Mereka berdua duduk di kursi yang berada di pinggir trotoar jalan. Tampak banyak kendaraan lalu lalang yang melintas di jalanan. Suara mesin menderu-deru menjadi satu di keramain jalan. Bunyi klakson terdengar nyaring di telinga. Saling bersahutan antara pengemudi satu dengan pengemudi lain. Suara knalpot Bajaj pun tak mau kalah. Suaranya yang seperti bunyi bom meledak itupun ikut melebur di dalam kemacetan. Dua pasang mata tak berhenti mengamati jalanan yang terkena macet sejak tadi. Hingga tercipta keheningan di antara mereka. Tak lama Nadia mulai membuka topik pembicaraan

"Mbak, mau kemana?" tanya Nadia sembari memperhatikan keadaan Nissa yang acak-acakan. Mulai dari ujung kaki sampai ujung kepala

"Gue nggak tau harus kemana" jawab Nissa. Tatapannya kosong

"Lha emangnya mbak nggak punya rumah? Orang tua mbak kemana? Eumm.. Maaf kalau Nadia lancang bertanya seperti ini"

"Nggak apa-apa. Santai aja. Sebenarnya....gue di usir dari rumah. Maka dari itu gue bingung harus kemana. Bokap gue sama sekali nggak ngertiin perasaan gue" kembali. Air mata Nissa kembali menetes mengingat kejadian yang menimpanya tadi pagi

"Astagfirullahh. Mbak yang sabar ya. Mbak harus yakin kepada Allah, ini semua bentuk kasih sayang Allah kepada mbak. Allah ingin mbak dapat menjadi pribadi yang lebih baik melalu cobaan ini" ujar Nadia menggenggam tangan Nissa. Mencoba memberi kekuatan kepada wanita yang berada dihadapannya

Nissa yang merasakan kehangatan tangannya saat disentuh Nadia, sontak menoleh ke arahnya. Nissa tersenyum. Ia mencoba tegar dalam menjalani cobaan yang sedang ia alami. Nadia pun membalas senyuman Nissa

"Allahu akbar.... Allahu akbar" adzan dhuhur berkumandang

"Alhamdulillah. Sudah adzan mbak. Kita sholat dhuhur dulu yuk" ajak Nadia menggandeng tangan Nissa. Sementara yang di gandeng hanya menundukkan wajah. Seperti enggan untuk diajak pergi

"Lho mbak, kenapa? Ada yang salah?" tanya Nadia heran

"Gue yang salah!"

"Maksutnya? Nadia nggak ngerti!" Nissa semakin menambah ketidak pahaman Nadia

"Nad. Gue udah lama nggak pernah sholat. Gue udah terlanjur berbuat maksiat. Setiap malam gue mabuk keras. Apakah Allah masih mau menerima sholat gue? Apakah gue masih pantas untuk menghadap-Nya? Apakah Allah akan memaafkan gue? Gue malu nad. Gue bener-bener malu!" Nissa menjawab semuanya. Manik hitam di matanya mulai berkaca-kaca kembali

Lantunan Ar-Rahman(Slow Update!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang