Syahirah 2 || BAB 23

199 9 1
                                    

Melalui speaker masjid, samar-samar Syahirah mendengar suara seorang mengaji dengan merdunya. Semula dia sedang tidur, akhirnya pun terbangun. Saat bangun, Syahirah  mempertajam pendengarannya untuk mendengarkan suara merdu itu. Syahirah sangat menikmati lantunan ayat suci yang sedang dibacakan oleh seseorang di masjid dengan suara yang begitu merdu.

Teman sekamar Syahirah yang baru saja kembali sehabis mengambil wudhu langsung menghampiri Syahirah. Teman sekamarnya ini lebih muda darinya dan memiliki kekurangan. Namanya Syakira. Perempuan itu tidak dapat berbicara sejak usianya sepuluh tahun. Perempuan itu kehilangan pita suaranya.

Syakira berbicara melalui gerakan tangan yang diikuti gerakan mulut. Bukan Syahirah menghina atau mengejeknya, tetapi ia tidak mengerti dengan bahasa tangan yang diperagakan oleh Syakira.

Akhirnya Syakira menyerah. Perempuan itupun mengambil buku tulis dan juga pulpen. Syakira menuliskan sesuatu dibuku tersebut. Selesai menulis, diperlihatkan pada Syahirah.

Syahirah membacanya. Lalu ia menatap Syakira dengan kening yang mengerut. "Memangnya aku semalam demam, ya?" Syahirah pun memeriksa keningnya. Dikeningnya terdapat handuk kecil yang terasa hampir kering.

"Kamu semalam yang merawat aku?" tanya Syahirah lagi sambil menatap Syakira.

Syakira mengangguk. Lalu ia menulis lagi dibukunya, Syahirah memerhatikan Syakira yang sedang menulis. Syakira Ratnasari, perempuan berusia dua puluh tahun, memiliki paras yang cantik dan hati yang cantik pula. Syakira sangat baik dan rendah hati, tetapi ada saja yang menghina dirinya karena kekurangan yang dimiliki perempuan itu.

Syahirah membaca tulisan Syakira yang cukup rapih untuk kedua kalinya. Lalu Syahirah menatap Syakira dengan serius. "Azki ikut merawat aku? Bahkan ia yang sibuk bolak-balik ke apotek untuk membelikan aku obat?" tanyanya. Syakira mengangguk.

Suara seorang mengaji dengan merdu masih terdengar. Syakira memberitahu dari tulisannya, kalau itu adalah suara Azki.

Pemilik suara merdu adalah Muhammad Nur Azki. Laki-laki yang pernah membuatnya terkagum-kagum dan jatuh hati. Sebelum jatuh hati pada sosoknya, Syahirah terlebih dulu jatuh hati pada suara merdu yang dimiliki laki-laki itu. Karena dulu yang pertama kali membuat hati Syahirah berdegup kencang adalah suara merdu laki-laki itu. Mendengar suaranya mengaji dan bershalawat membuat hatinya menjadi tenang dan damai.

Namun, pertama kali yang membuatnya merasakan sakit hati adalah laki-laki itu juga. Azki, si pemilik suara merdu. Tapi, kini hatinya sudah dipenuhi Aldo. Iya, Syahirah mencintai Aldo. Maka dari itu, saat Aldo lupa ingatan tentang dirinya, Syahirah benar-benar merasa kecewa. Hatinya terasa lebih sakit dibanding dulu.

Syakira menggoyang-goyangkan lengan Syahirah. Syahirah pun tersadar dari lamunannya. Syakira menulis lagi. Ditulisannya tersebut, Syakira menyuruh Syahirah untuk segera mengambil wudhu agar bisa pergi bersama-sama ke masjid, itupun jika Syahirah sudah merasa lebih baik.

***

"Kamu sudah baikan, Sya?" tanya Azki. Selesai melaksanakan shalat subuh berjama'ah dan bertadarus di masjid pondok. Azki, Syahirah, dan Syakira berjalan bersama-sama menuju kamar masing-masing.

Syakira berada di tengah-tengah keduanya. Mendengarkan. Sebenarnya Syakira dulu sangat suka berbicara sehingga dirinya dipanggil 'si bawel', tapi sekarang sudah tidak lagi semenjak pita suaranya rusak.

"Alhamdulillah, sudah baik Ki. Terimakasih sudah merawat aku semalam," kata Syahirah pada Azki. "Aku juga berterimakasih sama kamu Ira," kata Syahirah pada Syakira. Syakira mengangguk sambil tersenyum.

Syahirah 2: Aldo ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang