Chapter 2

200 16 0
                                    

"Gimana Gar? Kamu udah liat si Maira? Manis kan anaknya?"

Gara menoleh dengan wajah datarnya. Lalu hanya menjawab pertanyaan Elli, Mama nya itu dengan anggukan kecil

"Gara udah kenal Mah, dia ade Kelas Gara di SMP" Elli membulatkan matanya, mendengar penjelasan Gara itu. Ia tersenyum semangat

"Wah! Bagus dong kalo kaya gitu. Jadi kalau kamu ketemu sama dia, gak canggung lagi. Mama setuju tuh kalo kamu sama dia, siapa tau kamu naksir, terus nanti tunangan udah gede, hehe"

"Apaan sih Mah. Mama kan tau, Gara udah pacaran sama Zalfa. Si Zalfa juga sahabatan sama Maira" Gara memutar bola matanya malas, apa lagi jika sudah di jodoh-jodohkan dengan orang yang tidak membuatnya tertarik sama sekali

"Iya Mama tau, tapi kan gak ada yang tau Gar. Coba aja dulu, Mama juga kan gak maksa kamu buat naksir Maira. Mama juga ngerti Maira sahabatan sama Zalfa" Elli mengerucutkan bibirnya. Gara menghela nafasnya panjang

"Ya kalo Mama tau, Mama juga harus ngerti. Zalfa sama Maira sahabatan, gak mungkin kan Maira ngekhianatin Zalfa gitu aja"

Gara tidak ingin Elli tau tentang masa lalu itu, ketika Maira dan Zalfa saling menyakiti satu sama lain hanya karena Gara. Hanya karena, Maira menyukainya ketika ia sudah putus dengan Zalfa dan itu menyakiti Zalfa pacarnya. Sementara, Maira yang mengorbankan dirinya agar tidak menyakiti Zalfa

"Iya, iya. Yaudah, tapi kamu ikut Mama ya lusa?" Gara menoleh lalu menaikan salah satu alisnya, "Kemana?"

"Makan bareng Tante Kania sama Maira. Mama gak maksa kamu kok Gar buat suka sama Maira, toh Mama sama Tante Kania cuman bercandaan aja gak terlalu bawa serius. Yang penting lusa kamu ikut ya? Ayolah, kan udah lama kamu gak ketemu Tante Kania"

Gara menarik nafasnya dalam dalam, dan menganggukan kepala. Kali ini, ia menuruti permintaan Elli. Mungkin, untuk menggantikan rasa kecewanya karena memilih Zalfa dari pada Maira

~MayRa~

Kecewa, mungkin itu yang Maira rasakan. Apa lagi saat ia melihat Gara, Kakak Kelas nya itu. Maira membenci saat saat seperti ini. Dimana ia diminta memilih dua pilihan, bertahan atau menyerah

Ia benci, ia benci sudah mencintai orang yang salah. Mencintai Gara membuat hidupnya menambah beban tersendiri. Disisi lain, ia senang bisa bertemu dengan Gara dan melihat senyumnya yang manis. Sedangkan, ia juga tidak mau ada yang tersakiti kedua kalinya

"Kenapa harus gue yang selalu berkorban?" Gumamnya dalam hati. Ia tersenyum miris, senyuman yang mengartikan sebuah kepahitan yang mendalam. Hidupnya sudah tidak bahagia lagi, semenjak menyukai Cowok itu

"Dor!" Maira terlonjak kaget. Ia menatap sinis Rere yang tertawa cengengesan, "Seneng! Udah bikin kaget"

"Hahaha, jangan marah dong! Oh iya, lo gak ke Kantin?" Maira menggelengkan kepalanya

"Kenapa?"

"Males"

"Kenapa males?"

"Mungkin gak mood"

"Kenapa gak mood?"

Maira menatap tajam Rere. Pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, dan seharusnya Rere sudah mengerti kenapa ia menjawab 'males'

"Seneng gue kalo liat lo marah Ra, hahaha" Rere terbawa terbahak bahak. Maira tidak menghiraukan, dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Intinya, ia benar benar tidak mood sekarang. Ia hanya membutuhkan waktu sendiri, dan tidak diganggu orang lain

MayRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang