21++ part
•
•
•
Hari ini adalah hari terbaiknya. Deva tak akan membiarkan dirinya pergi hanya dengan kaus belel dan celana selutut seperti biasanya. Dia ingin menampilkan kesan tersendiri bagi Adara sebab ini adalah pertama kalinya mereka pergi tanpa status pekerjaan.Maka Deva memilih kemeja santai berwarna biru laut dan celana chino berwarna cokelat pucat agar tetap terlihat sopan. Tak lupa ia tambahkan sedikit pomade agar rambutnya yang suka 'moody-an' tidak ikut merusak momennya. Dan sepatu sneaker yang berbalut hitam putih favoritnya.
Sempurna.
Dia memastikan tak ada yang aneh pada dirinya dikaca spion dalam mobilnya. Setelah merasa cukup, dia keluar dan memberi tahu Adara lewat whatsapp jika dirinya sudah sampai.
"Sudah siap?" tanya Deva, ketika Adara keluar dari rumahnya.
Adara mengangguk. "Sudah. Kita pergi sekarang?"
Deva terpaku melihat penampilan wanita dihadapannya. Adara mengenakan dress floral V-neck berwarna mustard dengan aksen bunga-bunga kecil warna putih yang panjangnya selutut. Dia juga mengenakan slingbag mini berwarna nude dan flatshoes senada dengan tasnya. Tak ketinggalan riasan natural wanita itu dengan alis buatan yang ia buat seperti alis aslinya dan perona pipi berwarna peach juga perpaduan lipstick berwarna nude dan maroon.
Ini kelewat sempurna. Deva membatin.
"Dev?" Adara menyentuh lengan Deva karena pria itu melamun alih-alih menjawab pertanyaannya.
"Oh iya. Kita pergi sekarang. Ngomong-ngomong Om kamu nggak di rumah?" tanya Deva.
Adara menggeleng. "Dia lagi ada acara gitu sama teman-temannya yang juga teman Papa dulu."
Deva mengangguk. "Ayo masuk."
Deva mempersilakan sekaligus membukakan pintu mobil untuk Adara dan mereka pun berangkat ke tempat tujuan yang sudah mereka tentukan kemarin.
Perjalanan singkat itu tidak diselingi obrolan apapun, mereka hanya diam sambil mendengarkan lagu yang diputar radio. Setelah perjalanan 30 menit, akhirnya mereka sampai.
"Aku sudah lama nggak keluar rumah dan nikmati udara sore gini," kata Adara, sambil tersenyum.
Dia menikmati semilir angin sore yang sejuk itu. Dibiarkan rambutnya sedikit berantakan karena angin.
"Semakin malam udaranya semakin bikin nyaman," kata Deva, membuat Adara semakin tak sabar.
Melihat orang sudah berlalu - lalang menenteng lampion, Adara jadi ingat tujuan awal mereka datang ke sana. Dia menghampiri Deva yang tengah bersandar pada bemper mobilnya.
"Kita beli lampion, yuk, Dev."
Wajah berbinar Adara tak kuasa bisa Deva tolak. Pria itu segera mengangguk dan melangkah ke tempat penjualan lampion.
"Aku aja yang bayar. Kan, aku yang ajak kamu ke sini," kata Deva, mencegah Adara mengeluarkan dompetnya.
Adara tak menolak. "Makasih, ya."
"Mas sama Mbaknya jangan lupa sebelum terbangi lampionnya buat harapan dulu. Walaupun kita nggak perlu percaya 100% sama hal kayak gini, tapi bisa bikin kita termotivasi buat menggapai harapan kita itu," kata seorang wanita, penjual lampion.
Adara dan Deva mengangguk bersama dan mengucapkan terima kasih. Kemudian mereka berjalan ke tempat yang sudah dipenuhi banyak orang. Tempat dimana nantinya mereka akan melepas dua buah lampion yang sudah diiringi harapan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because Of You ✅
RomanceKeduanya telah melewati batas takdir. Deva dan Adara harusnya hanya terlibat dalam hubungan pekerjaan, tetapi rasa penasaran membawa mereka berjalan lebih jauh hingga melibatkan perasaan. Tak mudah untuk bertahan kala masalah terus menghadang. Akank...