Belajar
Untuk kesekian kalinya Yudan menggelengkan kepala bertanda dia tidak mengerti. Ciko menghela napas panjang, dia tidak paham lagi jalan pikir Yudan.
Di sisi lain Jala, Heri dan Doni sedang mengerjakan soal Matematika yang diberikan Ciko melalui jalan-jaaln yang berliku dan menggunakan segala macam rumus yang pernah hadir di dunia.
"Hehe, gue sudah selesai. Lu kalah lagi Jal." Ucap Heri dengan semangat.
Jala memutar bola matanya jenuh, dia tetap bertaut dengan rumus dan mencoba mengabaikan hawa keberadaan makhluk pengganggu itu.
"Liat dong, Her!" Doni menjulurkan lehernya, mengintip jawaban Heri.
Heri membuka bukunya lebar-lebar dan memperlihatkan pada Doni. "Liat aja."
Doni, "..."
Dia memang tidak mengetahui jawaban yang benar atas soal yang diberikan Ciko. Namun, satu hal yang dia tahu dengan pasti, jawaban Heri jauh dari kata benar. Heri menjawab soal dengan rumus acak, ditambah, dikurang, dikali, dan dibagi. Dia menyesal berharap lebih pada Heri.
Sementara di sisi Yudan, tidak ada perkembangan sama sekali. Dengan ragu, Yudan melirik Ciko yang saat ini menatap buku catatannya dengan helaan napas berat. Jangan salahkan dia yang tidak mengerti apa-apa, salahkan saja Ciko yang tidak mengerti jalan pikirnya. Pikiran seorang jenius itu rumit, jadi Yudan sama sekali tidak merendahkan diri karena ketidak tahuannya karena dia adalah seorang jenius yang berpikir berbeda dari orang lain.
"Lu kalo belajar, lebih suka pake metode apa?" Tanya Ciko pada akhirnya. Setiap orang memiliki metode belajar mereka sendiri, ada yang lebih paham bila membaca, ada yang mudah mengerti dengan menulis, ada juga dengan mendengarkan penjelasan.
Yudan mengerutkan keningnya, dia berpikir sebentar lalu menjawab dengan pasti. "Gue lebih suka gak pake metode apa-apa."
Lalu dia mendengus menatap buku catatan di tangannya dengan kesal. "Kenapa manusia sangat suka merepotkan diri sendiri? Padahal lebih mudah bila tidak mengerti apa-apa, kenapa gue harus berpikir sesuatu yang tidak perlu gue pikirkan? Hhh, kenapa gue harus belajar sesuatu yang gak berpengaruh akan kehidupan gue? Siapa yang peduli dengan ukuran lingkaran, suhu, dan kecepatan? Yang perlu gue tahu hanya ini cepat atau lambat, ini panas atau dingin, dan ini besar atau kecil. Kenapa semua harus dihitung? Apa gunanya itu?" Keluh Yudan.
"Pemikiran dangkal dari seorang murid peringkat terakhir." Sindir Jala tanpa mengalihkan pandangannya dari buku yang ada di hadapannya.
Ciko hanya menghela napas sekali lagi ketika mendengar penuturan Yudan, "Kenapa lu selalu berpikir seperti itu? Bukannya itu lebih merepotkan."
Doni mengangguk setuju dengan perkataan Ciko, "Jika tidak ingin repot, maka lebih baik ikuti saja cara dunia berkembang."
"Hehe, gue suka cara pikir lu, Yud. Ayo buat vlog dan katakan apa yang lu pikirkan dengan video, lalu gue akan upload di YouTube dan video lu akan trending topic. Hehe, pasti menarik." Ucap Heri dengan antusias.
Yudan melotot ke arah Heri dengan sengit. "Lu pikir gue mau? Yang ada gue bakal punya banyak haters."
"Hehe."
"Yud, lu mau belajar atau kagak sih?" Tanya Ciko dengan greget.
"Tentu saja kagak, tapi gue terpaksa mau." Jawab Yudan dongkol.
Ciko merebut buku yang ada di tangan Yudan dan menutupnya. "Ya sudah, lu gak usah belajar."
"Lah gue ntar bego kalo gak belajar?"
Lu dah bego dari dulu! Teriak batin para sahabatnya.
Ciko menaikkan bahunya acuh tak acuh. "Lu belajar saja saat lu mau belajar. Sekarang lu main game atau baca komentar di YouTube aja."
Yudan menatap Ciko dengan pandangan rumit, lalu mendengus kasar. "Apapun itu!" Dia lalu menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur dengan keras.
"Lu beneran gak mau belajar?" Tanya Jala dengan kesal.
Yudan yang terbaring mengambil ponselnya dan jarinya menari-nari di layar. "Bukan urusan lu."
"Goblok."
"Hmph."
"Biarkan saja dia, bagaimana dengan soal yang gue kasih?" Tanya Ciko pada ketiga orang yang dari tadi bermain dengan rumus.
Selain Heri yang dengan percaya diri menunjukkan jawabannya, Jala dan Doni hanya menatap tulisan di buku mereka dengan ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen FictionWarning* *Cerita ringan yang beberapa chapter hanya berisi satu atau dua kalimat doang. *Terdapat kata-kata kasar/umpatan. *Tidak ada prolog/sinopsis, langsung baca aja. Cerita sepaket : Titik Bukan koma (TBK) > MangaToon/Noveltoon