33 • Sebuah Misi

100 9 2
                                    

Mungkin aku hanya sebatas ilusi di matamu. Terjebak dalam ruangan gelap yang takkan bisa dirasakan.

Sebuah nada yang disusul getaran di dekat telinganya membuat Grazio terbangun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah nada yang disusul getaran di dekat telinganya membuat Grazio terbangun. Bukan untuk bersiap ke sekolah, melainkan untuk mematikan dering itu. Sejak tadi malam ia sudah berencana untuk tidak masuk ke sekolah hari ini, tetapi ia tetap menyalakan alarm yang selama ini tak pernah ia nyalakan. Ia akui jika ia telah melakukan kegiatan yang tak logis, tapi entah mengapa hatinya ingin sekali mendengar dering alarm seolah-olah seseorang telah membangunkannya dari mimpi buruk. Memang, alarm itu cukup mengganggu tidur nyenyaknya, tapi alarm itu menandakan bahwa dirinya masih bisa menjalani hari baru setelah melewati masa sulit.

Baru saja ingin memejamkan kembali matanya, sebuah telapak tangan menggoyang-goyangkan seluruh badan. Grazio belum sepenuhnya sadar, alhasil dia tidak tahu siapa yang berusaha mengganggu tidurnya.

"Zio sayang, bangun ...." Suara lembut yang pastinya milik seorang perempuan membuat Grazio bangkit dari alam bawah sadarnya.

"Hng ...."

Grazio mengucek-ngucek matanya berkali-kali. Meskipun wanita tersebut telah berkali-kali menepuk pipinya agar dirinya beranjak dari kasur, Grazio tetap diam pada posisinya. Kakinya masih terlalu enggan ditarik ke luar dari selimutnya.

"Zio ... bangun. Udah jam delapan ini, lho." Gracia masih menggoyang-goyangkan tubuh putra pertamanya itu. Bagi Gracia, meskipun anaknya telat masuk, setidaknya anaknya masuk sekolah dan bisa menyusul pelajaran yang ia lewatkan ketimbang ijin dengan alasan klasik. Karena jika anaknya ijin maka banyak pelajaran yang harus disusul, sementara jika telat beberapa jam anaknya hanya telat beberapa mata pelajaran.

Sebagai anak, Grazio tentu sudah hapal pandangan mamanya itu. Dan mamanya adalah salah satu hal yang ia banggai. Gracia adalah ibu idaman semua anak di mata Grazio.

Gracia mengembuskan napasnya dalam-dalam. Ia tidak mengerti mengapa putra satu-satunya ini sangat malas pagi ini. Biasanya jika Grazio sengaja telatpun, Grazio sudah mandi jam segini. Namun sampai detik ini Grazio justru masih dalam keadaan selimutan.

Mendadak, naluri keibuan Gracia ke luar. Perlahan ia membelai rambut putranya itu dengan lembut dan membiarkan anaknya kembali tidur.

"Kamu kenapa sih, Bang? Cerita sama Mama, dong ...," ucap Gracia lembut.

Grazio yang masih guling-gulingan itu enggan menjawabnya. Meski mamanya akan memaksanya menjawab nanti, ia memilih untuk tidak menjawab dahulu. Ia sengaja membiarkan Gracia menebak-nebak isi hatinya lewat naluri keibuan Gracia yang biasanya tak pernah salah.

"Hayo, kalo kayak gini pasti ada sangkut pautnya sama hati 'kan, Bang?" Gracia mulai merasakan kegelisahan Grazio. Sepertinya tebakannya benar. "Kayaknya tebakan Mama bener, ya, Bang?"

Grazio nampak gusar. "Apaan sih, Ma. Nggak jelas banget."

Gracia menahan tawanya. "Kali pertama Abang uring-uringan itu gara-gara gagal lolos turnamen PUBG. Nah, sekarang uring-uringannya beda lagi. Jadi, nggak mungkin 'kan Abang gagal lolos turnamen lagi? Abang 'kan top global looting, masa iya sih kalah lagi?"

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang