38 • Kabar Baik

116 8 0
                                    

Aku menyukaimu. 
Kamu juga menyukai kata pertama di kalimat tadi, 'kan?

Gadis itu dengan cepat menoleh tatkala dirinya menepuk pundak gadis tersebut pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gadis itu dengan cepat menoleh tatkala dirinya menepuk pundak gadis tersebut pelan.

"Apa kabar ...," katanya, " ... Nyai?" Sapaannya terdengar kikuk. Ia tidak tahu harus memanggil Ayu dengan apa dan takut menghancurkan mood gadis itu. Semenjak peristiwa di jembatan, mereka berdua hanya bisa bertegur sapa lewat lambaian tangan. Grazio pikir alasan sapa sebatas lambaian itu karena Ayu canggung setelah hari itu, tetapi Ayu memang menghindar darinya kala ia mencoba menghampiri gadis itu. Mungkin Ayu tak enak hati pada dirinya, tapi kecanggungan ini lebih buruk dari apapun.

"Ba-baik ...," jawab gadis itu sangat pelan, sangat pelan hingga membuat Grazio takut salah dengar apakah Ayu benar-benar menjawab sapaannya atau tidak.

Seperti biasanya, gadis itu menghindarinya. Setelah sapaan itu, Ayu berusaha kabur. Namun kecekatan Grazio—yang merupakan salah satu sifat paling ia banggakan—, membuat tangan kanannya reflek menempel pada loker di dekat wajah Ayu. Gadis itu sedikit tersentak sekaligus menambah keributan siswa siswi yang menyaksikannya.

"Kali ini jangan kabur lagi," bisik Grazio. Ia lalu menarik pergelangan tangan Ayu dan berjalan ke rooftop dengan tergesa-gesa. Ayu memang tak memberontak sama sekali saat berjalan menuju tujuan, tetapi setibanya di rooftop ia langsung melepaskan cengkeraman itu.

"Zi, gue ma—"

"Kenapa? Mau kabur lagi?"

"Zi, kita nggak perlu ngebahas lagi."

Ayu berusaha pergi, namun Grazio menghadangnya. Laki-laki itu mengusap wajahnya dengan kasar lalu memaki-maki dirinya sendiri.

"Kalo emang lo tau itu nggak perlu diperjelas, kenapa lo kabur?"

"Hng ...."

"Gue makin nyesel pernah bilang itu, Yu. Gue nggak mau kita jadi jauh gara-gara itu."

"Gue ... takut."

Akhirnya Ayu berbicara. Namun jawabannya menyebalkan. Sangat menyebalkan bagi Grazio.

Grazio menghela napas sedalam mungkin. "Perlu gue bilang berapa kali sih kalo gue nggak pa-pa? Gue tau ini resikonya. Jauh sebelom hari itu, gue udah mikirin hari ini."

"Tapi rasanya aneh ...," ujar Ayu. "Kalo gue nyapa lo balik, ntar lo gagal move on. Dan gue nggak mau nanggung itu. Udah cukup gue nolak lo, jadi gue nggak perlu nyusahin lo lagi."

Bingo. Ucapan Ayu benar. Memang terasa lebih mudah melupakan gadis itu sejak hari itu karena minimnya komunikasi di antara mereka. Namun, bukan itu yang diinginkan Grazio. Bukankah jadinya hubungan mereka buruk hanya gara-gara itu?

Sakit memang rasanya ketika kita ditolak, tapi akan lebih sakit lagi bila hubungan kita dan dia menjadi renggang.

Jauh sebelum Aditya datang, rasa itu sudah memenuhi hati Grazio. Rasanya sangat menantang, sebab gadis yang ia sukai ini tidak pernah jatuh cinta dengan siapapun—hanya Asha, kucing Ragdoll yang berhasil memalingkan dunianya. Hampir lima tahun berteman, Grazio tahu betul bahwa Ayu adalah orang yang sangat peka namun suka berpura-pura tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Jadi, semahir apapun Grazio menyembunyikan perasan itu, Ayu pasti tahu. Oleh sebab itu Grazio selalu terang-terangan pada Ayu karena sia-sia juga menutupinya, tetapi ia tak pernah menunjukkan ketertarikannya itu ketika ada orang lain. Lambat laun, perasaan cinta tumbuh di benak Grazio. Saat itu ia bukannya jatuh hati pada sifat Ayu yang terasa istimewa terhadapnya, tetapi ia jatuh hati dengan sifat Ayu terhadap hidupnya sendiri. Grazio menyukai sosok Ayu yang tegar menghadapi hidup tanpa takut meski selalu dibayangi masa lalu yang kelam.

Get Away From You [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang