" Apa aku akan dikhianati lagi? Apa dia mau mempercayaiku? Kenapa aku menjadi orang yang mudah percaya kepada orang lain?!" Akutagawa cemas. Dirinya selalu memikirkan hal yang sama, sambil menunggu Atsushi datang. Melipat tangannya dan menutup mata serius membuat beberapa pelayan merasa aneh akan tingkah Akutagawa hari ini.
" Akuta-kun!" Atsushi melambaikan tangan didepan pintu. Akutagawa terkejut hingga hampir terjatuh dari duduknya. Ia menyuruh Atsushi untuk duduk. Mereka akan mengerjakan tugas di ruang tamu yang mejanya pendek dan membosankan.
Atsushi memiliki akal yang tinggi. Jangan meremehkannya. Ia menyuruh Akutagawa untuk duduk dibawah dengannya. Sekarang posisi meja lebih tinggi dan nyaman. Itu yang selalu Atsushi lakukan di desa karena yang ia punya hanya meja ruang tamu pendek untuk belajar.
Atsushi mengajari Akutagawa beberapa rumus yang sulit. Mereka juga sempat tertawa bersama karena kesal akan Akutagawa yang stres tidak bisa. Gin, adik Akutagawa berdiri di sudut atas tangga gelap menatap mereka sinis.
Akutagawa juga sudah berjanji mengajari Atsushi cara melindungi diri yang benar, saat senggang.
***
Tak terasa sudah cukup lama mereka belajar. Akutagawa terlelap dengan tangan dan kepalanya di meja. Higuchi, selaku pembantu dirumah Yukichi menyuruh Atsushi untuk pulang. Ia akan mengambil selimut untuk menghangatkan Akutagawa.
***
Setelah berpamitan, Atsushi mengambil tasnya dan keluar gerbang. Disitu mobil Yukichi tidak sengaja berpapasan dengan Atsushi. Atsushi memandangnya melongo. Mobilnya bersih dan mewah. Kemudian ia segera melanjutkan perjalanan pulangnya dengan bahu yang sedikit diangkat keatas.
Hari ini ia berencana mencari pekerjaan kecil didekat rumahnya. Sambung-sambung ia harus membayar biaya sekolahnya sendiri dan tidak mau merepotkan John dengan tempat tinggal yang sudah gratis.
Sebuah Cafe kecil dan harmonis menjadi tempat kerjanya. Neko Cafe. Cafe yang penuh dengan gadis-gadis pegawai imut atau maid menjadi teman kerja Atsushi. Kebetulan dirinya dari kecil selalu dibuat permainan teman sepanti dengannya dengan didandani seperti perempuan. Ia menjadi satu-satunya maid laki-laki disini. Managernya tidak kuat menahan tingkah psikopat para pegawai seksi itu. Dihadapan Atsushi mereka tunduk. Tahu apa alasannya?
Banyak pegawai pria yang melamar tahun lalu, pertama kali pembukaan Cafe. Tapi satu persatu mengundurkan diri karena berbagai alasan. Mereka disiksa habis-habisan oleh tingkah berlebihan para senior perempuan. Atsushi bersyukur ia diterima dengan mudah meski berat. Ia diperbolehkan bekerja besok.
" Kami tunggu besok pangeran~" Teriak ke-8 pegawai melambaikan tangan melepaskan Atsushi dengan ekspresi senang pastinya. Setelah membungkuk berpamitan, ia pulang. Tentu dengan membawa peta kemana-mana. Ia pun sudah sedikit hafal rute disekitar rumahnya.
***
Toko gelap. Apakah John menutupnya lebih awal lagi? padahal ia sudah meminta izin tadi.
" ONCLE!!" Atsushi berteriak menghampiri pamannya yang tersandar di mulut tingkat. Tokonya berantakan tidak karuan. Bencana besar baru saja John alami 10 menit lalu. Tokonya kecurian. Ia didorong hingga pingsan. Uang persiapan 1 bulan ini habis dirampok. John hanya bisa menangis merenungi nasibnya yang sangat malang. Apa yang akan ia pakai untuk menghidupi Atsushi? Ia mengkhawatirkan itu.
" Oncle... Itu tidak penting saat ini. Aku akan bekerja untuk mengganti uangnya." Tekat Atsushi dengan senyuman penyemangat. Ia berjanji kan mengganti kerugian meski dalam waktu yang cukup lama, padahal bukan salahnya. John mengagguk tidak serius. Ia tidak yakin apa ia harus memberatkan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BURIED (Funfiction Bungou Stray Dogs ) [hiatus]
RandomApa Atsushi bisa kembali kemasa ia masih segala polos? Rasa yang ia rasakan sekarang membuatnya tersiksa, sepertinya. Tak semudah itu ia bisa kembali. Mungkin takdir mengikat hatinya untuk menetap dirasa ini sekarang. Apa perasaan ini menggangunya...