Jiwon berjalan menuruni anak tangga. Paman dan bibinya sedang bersantap pagi di ruang makan. Begitu melihat mereka berdua, Jiwon segera membungkukkan tubuhnya dengan sopan.
"Tidak biasanya kau terlambat sarapan." Choi Minsik menoleh ponakannya setelah ia melirik arloji.
"Maafkan saya, Paman."
"Duduk dan makanlah sarapanmu. Nanti kau bisa terlambat kerja." Bibinya mengangguk.
Jiwon masih berdiri di tempatnya. "Ada sesuatu yang harus saya sampaikan pada Paman dan Bibi."
"Kau bisa katakan nanti setelah beres makan." Kata Paman Minsik.
Jiwon berdiri di seberang meja makan. "Aku dan Taehyung telah membatalkan pertunangan kami." Gadis itu menegakkan kepalanya. "Kuharap Paman dan Bibi bisa mengerti keputusan kami dan menerimanya dengan baik."
Paman dan Bibi Jiwon saling bertukar pandangan.
"Apa kau mabuk?" Bibi Kim Sung-Ryung menatap kemenakannya dengan wajah bingung. "Kau pasti bercanda."
Jiwon tersenyum pedih. "Aku tidak mabuk atau bercanda, Bi. Aku bukan lagi tunangan Kim Taehyung. Maafkan aku karena telah membuat kalian kecewa."
"Katakan apa yang terjadi." Paman Minsik meletakkan sendoknya dan menatap ponakannya dengan sorot tajam.
"Jiwon-ah, kau tak mungkin serius! Ini... ini..." Sung-Ryung menebah dada.
Airmata mengambang di pelupuk matanya, namun Jiwon berkata dengan tenang, "aku baru menyadari bahwa kami berdua bukanlah sebuah boneka. Aku dan Taehyung adalah manusia yang terbuat dari darah dan daging." Bibirnya tersungging tipis. "Kami berdua memiliki perasaan tersendiri."
"Itu bukanlah sebuah alasan, Kim Jiwon!" Pamannya spontan memukul meja makan. "Pasti ada sesuatu yang telah terjadi. Cepat katakan pada Paman ada apa sebenarnya."
Jiwon menarik nafas panjang. "Taehyung dan aku ternyata tidak berjodoh. Lebih baik kami berpisah seperti ini daripada kelak seumur hidup mesti menyesali pernikahan yang tiada artinya."
"T--tapi mana bisa seperti ini? Ini terlalu tiba-tiba!" Bibinya membelalak sengit. "Kalian tidak boleh membatalkan pertunangan kalian seenaknya saja. Kalian sudah bertunangan selama bertahun-tahun. Dan itu bukan main-main, Jiwon! Pertunanganmu dengan Taehyung itu nyata dan resmi. Bibi sama sekali tak mengerti. Kukira kau mencintai Kim Taehyung. Apa yang telah mengubahmu?"
Jiwon memandang lantai yang terasa dingin dan kaku. "Cintalah yang telah membuatku dan Taehyung mesti berpisah."
"Tidak masuk akal! Kau bicara ngawur!" Choi Minsik mendengus marah.
Jiwon tersenyum, ia hampir saja tercekik oleh kata-kata yang ingin diucapkannya, "dan karena aku mencintai Taehyung, aku harus melepaskannya... Maafkan aku karena gagal membuat Paman dan Bibi bahagia. Tapi kuharap Paman dan Bibi mau menerima keputusan kami." Gadis cantik itu sekali lagi membungkukkan tubuhnya sebelum ia meninggalkan ruang makan keluarga Choi.
Tak ada perasaan yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang yang begitu kita cintai dengan setulus hati. Jiwon sangat mengerti duka yang satu itu. Meskipun selama bertahun-tahun ia tak pernah yakin akan perasaan Taehyung terhadapnya, namun ia cukup bersyukur karena Taehyung selalu peduli padanya, mengasihinya, dan melindunginya selama ini.
Mereka berdua sama-sama yatim piatu. Ia dan Taehyung selalu berbagi rasa sepi dan duka bersama. Mereka juga selalu berbagi kebahagiaan serta saat-saat penuh kekonyolan bersama. Taehyung adalah tempat yan selalu Jiwon tuju tiap kali ia merasa sedih. Dan Taehyung juga merupakan satu-satunya orang yang ia ingat di kala hatinya merasa bahagia. Jiwon ingin memberikan seluruh hidup dan dirinya hanya untuk Taehyung. Dahulu segalanya terasa begitu sempurna dan ia mengira mereka akan terus seperti itu selamanya....
Namun kini pundak Taehyung bukanlah miliknya. Kedua tangan lelaki itu takkan lagi mendekapnya erat. Senyumannya tak mungkin menjadi miliknya lagi. Dan hatinya... Mungkin tak pernah tertuju untuknya. Di manakah salahnya? Mengapa hatinya, impiannya, serta hidupnya hancur di saat yang bersamaan? Taehyung berkata bahwa dirinya mencintai Yoona melebihi segala yang ada di dunia ini dan Tuhan memberikan gadis itu untuk Taehyung. Lalu apa yang tersisa untuk Jiwon? Cintanya pada Taehyung jauh lebih besar daripada dunia ini, lebih dalam daripada palung di lautan, namun mengapa Tuhan tak lantas memberikan lelaki itu untuknya? Apakah ini semua adil?
Tetapi karena Jiwon tak bisa menentang takdir... Ia terpaksa kehilangan Taehyung dan merelakannya untuk gadis lain.
......................................................................
"Halabeoji," Taehyung memanggil kakeknya pelan. Lelaki yang sudah menginjak usia senja itu tengah duduk membaca koran di bangku kebun rumahnya. Milyarder itu menoleh Taehyung tanpa menurunkan koran yang tengah dipegangnya.
"Ada yang mau kau bicarakan?"
Taehyung mengangguk. Ia berjalan menghampiri kakeknya.
"Katakan." Kakeknya melipat kertas koran dan melepas kacamata bacanya.
"Aku mengakhiri pertunanganku dengan Jiwon."
Kakeknya sama sekali tidak terlihat kaget maupun marah. Pria sepuh itu menyender ke punggung bangku. "Taehyung-ah," ia membuka mulutnya yang dipenuhi keriput, "jangan merusak suasana pagi yang tenang seperti ini." Kakek Kim memungut kembali korannya dan membuka halaman terakhir yang tadi sedang dibaca olehnya.
"Halabeoji," Taehyung memanggil kakeknya dengan sopan sekali lagi, "aku di sini untuk memberitahu kakek bahwa takkan ada pernikahan antara aku dan Jiwon. Pertunangan kami sudah berakhir.""Hari pernikahanmu sudah ditentukan dan tak ada yang bisa membatalkannya. Kau dan Jiwon akan menikah musim semi tahun depan." Kedua mata Kakek Kim terkunci di kertas koran.
"Hhhh...," Taehyung tersenyum gemas. "Kakek tak pernah mendengarkanku. Kakek selalu melakukan apa yang kakek ingin lakukan... Tapi kali ini aku akan membuat kakek mendengarkanku dan mengikuti apa yang ingin kulakukan, meskipun hanya untuk sekali ini saja."
Kakek Kim mengambil kacamata bacanya yang ia letakkan di atas bangku dan mengelap kedua kacanya. "Apa yang sebenarnya kau inginkan, Kim Taehyung?""Aku tak bisa menikahi Jiwon dan ia mengerti betul kenapa. Kami sudah sepakat untuk mengakhiri pertunangan kami. Aku tidak mencintai Jiwon, tidak sebagai seorang lelaki kepada seorang perempuan. Jika aku menikahinya, aku hanya akan menyakiti dan membuat hidupnya menderita. Aku tak ingin melakukan itu semua."
Kakek Kim terus mengelap kacamatanya dan menganggap kosong perkataan Taehyung barusan. "Kakek tahu kau tak pernah mencintai Jiwon. Dan itu adalah hal yang baik. Pernikahan tak melulu butuh cinta. Yang penting kalian berdua saling memahami peranan satu sama lain."
Taehyung mengerutkan dahi. "Apa yang barusan kakek katakan?" Ia tercengang. "Kakek tahu aku tak pernah mencintai Jiwon?"
"Kakek mengetahui semuanya, Taehyung. Kau adalah cucuku, sudah menjadi kewajibanku untuk mengetahui segalanya tentangmu."
"Kakek tahu segalanya tentangku? Kakek mengerti kenapa aku tak bisa menikahi Kim Jiwon?"
Pria tua itu menatap cucu satu-satunya dengan dingin dan tawar. "Suatu hari nanti kau akan mengerti mengapa kau harus menikahi Kim Jiwon."
Taehyung menggertakkan giginya. "Kakek tahu aku tak pernah mencintai Jiwon, tetapi kakek tetap memaksakan pernikahan kami? Untuk apa? Apa artinya perjodohan bodoh ini untuk kakek?"
Kakek Kim memakai kacamata bacanya. Ia menatap Taehyung seperti dahulu ia biasa menatap cucunya itu setiap kali Taehyung berulah nakal. "Perjodohanmu adalah jaminan kehidupanmu. Karena aku ingin kau hidup dengan baik."
Taehyung tak habis pikir mendengar kata-kata kakeknya yang sama sekali tak masuk akal. Ia membuka mulut berkali-kali, namun tak ada kata-kata yang keluar. Akhirnya Taehyung menarik nafas. "Aku sama sekali tak mengerti...." Ia terlihat bingung, "tapi satu hal, kakek takkan mendapatkan apa yang kakek inginkan."
Pemuda tampan itu meninggalkan kakeknya yang memandangnya keluar dari kebun rumah mereka.
Kakek Kim menoleh pada kepala pelayan yang berdiri tak jauh darinya. "Telepon Gong Yoo dan suruh dia datang kemari."[]
================================
KAMU SEDANG MEMBACA
Then I Met You (Vyoon ff)
FanfictionYoona dan Taehyung bertemu karena sebuah insiden yang membuat keduanya menghabiskan suatu malam yang indah dan romantis di Pulau Jeju. Ketika mereka bertemu lagi untuk yang kedua kalinya di Seoul, kenyataan tentang siapa Taehyung yang sebenarnya su...