"Lo duduk di sini ya. Gue ambilin air putih dulu," kata Aresha mendudukan Dehaan di sofa, kemudian berjalan ke dapur dan mengambil segelas air.
"Nggak mau, gue mau tidur aja," kata Dehaan berbaring di sofa. Aresha yang baru saja kembali dari dapur dengan segelas air di tangannya menghela napas, kemudian duduk di sofa yang lain. Memperhatikan Dehaan.
"Lo tadi kemana, Sha?" tanya Dehaan.
"Gue beli buku tulis. Lo minum berapa gelas hah?" tanya Aresha, Dehaan pura-pura berfikir lalu menunjukan tiga jarinya pada Aresha.
"3 gelas?!" tanya Aresha tidak percaya.
"Botol," jawab Dehaan lalu tersenyum lebar. Itu malah lebih buruk dari 3 gelas.
"Gila lo!" ucap Aresha.
Dehaan menautkan alisnya, "Eh nggak tau, nggak ingat juga," ucap Dehaan.
Aresha berdecak mendengar itu, Dehaan menyebalkan dan aneh. Tapi sialannya dia ganteng.Aresa benci itu, dia tidak pernah gagal membuat Aresha terpesona walaupun dia sedang mabuk.
"Oke, terserah lo deh," ucap Aresha hendak pergi ke kamarnya. Namun tiba-tiba Dehaan kembali bicara.
"Gue punya jokes, tadi gue denger dari temen gue." Dehaan berucap. Aresha berjalan mendekati Dehaan lalu mengangkat alisnya.
"Apa?" tanya Aresha.
"Kucing apa yang selalu salah?" Tanya Dehaan, ia tersenyum, menunggu Aresha menjawab. Aresha berfikir sebentar, ia tidak tahu jawabannya.
"Kucing apa emang?" Tanya Aresha penasaran. Lagipula Dehaan bukannya tidur malah memberinya jokes.
"Kucing ga-wrong!" Jawab Dehaan kemudian tertawa. Aresha menautkan alisnya. Kemudian mendenguskan tawanya dan berjalan masuk ke kamar.
"Lucu kan? Gue aja sampai ngakak gini dengernya." Dehaan berucap, kemudian Aresha keluar dari kamar dan melempar bantal pada Dehaan.
"Makasih, Sha." Dehaan memeluk bantalnya kemudian segera tidur. Dehaan benar-benar aneh.
--
Aresha terbangun dari tidurnya, kemudian melotot melihat jam di meja nakas. Ia segera keluar, kemudian menghela nafas saat melihat Dehaan sudah bangun, bahkan sudah bersiap-siap untuk ke sekolah.
"Kenapa lo nggak bangunin gue hah?" Tanya Aresha panik kemudian segera masuk dan bersiap-siap. Dehaan hanya tertawa.
"Buruan sana." Dehaan berucap menyebalkan. Setelah beberapa lama, Aresha keluar. Berdecak kesal melihat Dehaan yang tengah duduk santai di sofa sembari melihat ponselnya.
"Dehaan! Kita udah telat. Ayo buruan,"Dehaan mengambil kunci motor. Meraih tangan Aresha.
"Ayo. kita pake motor," kata Dehaan. Mereka keluar dan turun memakai lift. "Gue nggak ngapa-ngapain kan semalam?" tanya Dehaan khawatir menggenggam tangan Aresha, cewek itu menggeleng.
"Ayo Dehaan! Buruan!" kata Aresha.
Mereka segera berlari ke parkiran, Dehaan segera memakaikan helm pada Aresha. Dehaan mengeluarkan motornya, dan Aresha segera duduk di belakang.Dehaan mengambil tangan Aresha agar memeluk Dehaan. "Pegangan."
Aresha hanya tersenyum. Dan mereka segera pergi ke sekolah. "Pak, buka pintunya," kata Aresha turun dari motor.
"Udah telat banget ini, neng." Satpam itu berucap sembari menunjuk gerbang sekolah.
"Iya Pak. Maaf," kata Aresha. Dehaan berdecak kesal dan menghidupkan klakson, mengagetkan Satpam dan Aresha. Pak satpam itu segera membuka pintu dan menatap sinis pada Dehaan, cowok itu benar-benar tidak sopan.
"Naik, Sha," kata Dehaan. Ia kembali naik dan Dehaan segera masuk, juga memarkirkan motor.
"Lo enggak sopan banget, ih." Aresha berucap, melepas helmnya.
"Maaf," ucap Dehaan meringis. Saat mereka ingin ke kelas. Ada guru piket yang menanti mereka. "Mau kemana?" tanya beliau.
"Mau masuk, buk," jawab Dehaan.
"Ikut saya."
Aresha menghela nafas sedih, lalu menarik tangan Dehaan agar mengikuti Bu Tiara itu. Mereka mencatat nama lalu segera menemui Pak Ali.
"Kalian ini niat ke sekolah tidak?" tanya Pak Ali retoris. "Lari keliling lapangan 5 kali sekarang."
Mereka menganga tidak percaya mendengar itu kemudian segera pergi, dan Aresha terlihat sedih. Dehaan menarik ikat rambut Aresha yang hampir jatuh dari rambutnya lalu mengikatkan rambut cewek itu kembali.
"Ayo," Dehaan melepas tas Aresha. Ia meletakan tas mereka di tepi lapangan, dan mulai berlari bersama.
"Kenapa lo nggak bangunin gue sih tadi?" tanya Aresha geram.
"Gue nggak mau bangunin lo,” jawab Dehaan, menggaruk tengkuknya.
"Kenapa?" tanya Aresha menasaran, mereka terus berlari. Cowok itu melirik Aresha kemudian menghela napas.
"Gue takut," kata Dehaan. Aresha tertawa memukul Dehaan, cowok itu ikut tersenyum.
"Takut kenapa?" tanya Aresha penasaran.
"Gue takut udah ngelakuin hal buruk ke elo, Sha," jelas Dehaan, Aresha berfikir sebentar, kemudian menggeleng.
"Nggak. Lo nggak ngapa-ngapain. Malah lo kasih jokes receh semalam," kata Aresha.
"Jokes receh apaan?" Tanya Dehaan penasaran. Aresha tertawa, ternyata kalau dipikir-pikir jokes kemaren lumayan lucu. Selera humor Aresha ternyata rendah juga, dan sepertinya Aresha sama anehnya dengan Dehaan.
"Kucing apa yang selalu salah?" Tanya Aresha. Dehaan berfikir sebentar kemudian tertawa.
"Kucing ga-wrong! Hahahah! Si Reza bilang jokes itu ke gue, katanya dia liat dari tweet orang gitu." Dehaan menjelaskan kemudian tertawa.
"Itu yang di sana! Jangan pacaran terus!" tegur Pak Ali menggetkan mereka.
Aresha mengulum senyumnya dan berlari terlebih dahulu, meninggalkan Dehaan. Mereka terus berlari, tapi mereka baru mengitari lapangan selama 2 kali. Dan Aresha mulai lelah.
Aresha tiba-tiba barhenti. Dan Dehaan tak sengaja menabraknya dari belakang.Dehaan ikut berhenti memegang bahu Aresha. "Lo kenapa, Sha?" anya Dehaan panik.
Aresha pasti kelelahan, mereka bahkan belum sarapan dan Aresha harus berlari 5 keliling lapangan. Aresha bernafas terengah-engah, lalu membungkuk memegang lututnya.
Dehaan berjongkok, mendongak menatap Aresha dengan cemas. "Gila sih, pegel gue lari-lari mulu. udah 2 keliling ini," kata Aresha mengusap keringatnya.
Dehaan mengusap rambut Aresha, lalu berbalik, ia berdiri kemudian sedikit merendahkan tubuhnya. Ia menepuk bahunya, menoleh ke belakang.
"Sini, gue gendong." Dehaan berucap, Aresha tersenyum lebar, dan langsung melingkarkan lengannya di leher Dehaan.
Dehaan menyelipkan tangannya di kedua lutut Aresha lalu mengangkatnya. menggendong cewek itu di punggungnya. Dehaan menoleh ke samping, menatap Aresha.
Wajahnya yang berdekatan membuat mereka berdua berdebar. Aresha malah dengan sengaja menempelkan pipi mereka sesaat.
"Ayo!" kata Aresha dengan santai, seolah tak melakukan apa-apa yang membuat Dehaan berdebar seperti ini.
Dehaan segera berlari sambil menggendong Aresha. Aresha tertawa bahagia. Dan Dehaan tersenyum mendengar tawa bahagianya. Entah kenapa, Dehaan ikut tertawa bahagia mendengarnya. Karena Aresha adalah kebahagiaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Live With A BadBoy 2✔️ [sudah terbit]
Teen Fiction[sudah diterbitkan oleh Momentous Publisher tanggal 25 Maret 2021] [Beberapa Part sudah dihapus] Penulis : Ohdaraa (darainbxws) p.s : Cerita ini hanya fiktif belaka dari imajinasiku. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu...