Biar kuceritakan sesuatu pada kalian. Ini adalah kisah pertemanan dari Lee Haechan dan Lee Jeno. Mereka adalah sepasang sahabat yang mulai berteman sejak kelas 1 SMP. Saat itu, mereka sekelas dan karena satu kelompok, mereka akhirnya dekat satu sama lain. Entah takdir atau hanya kebetulan, sejak saat itu mereka menjadi teman sekelas hingga sekolah menengah. Bahkan, mereka satu kampus saat ini meskipun beda jurusan. Hal itu menjadikan mereka semakin dekat satu sama lain.
Haechan selalu memahami Jeno, begitu juga sebaliknya. Meskipun mereka pernah bertengkar, memiliki teman baru, tidak lagi satu geng, mereka berdua tetap saja tidak terpisahkan. Bahkan Haechan tanpa sungkan selalu bermanja pada Jeno hingga banyak orang yang salah paham bahwa mereka sesungguhnya adalah kekasih.
Tapi percayalah, baik Haechan dan Jeno telah mendedikasikan diri satu sama lain untuk menjadi teman, tidak lebih. Kalau kata Haechan, "Aku dan Jeno itu sudah mentok. Tidak bisa kemana-mana lagi. Tidak bisa lebih dari ini,"
Dan Jeno juga selalu berkata, "Haechan itu sudah seperti adikku. Kalau harus memilih pacar dan Haechan salah satunya, dia adalah pilihan terakhirku,"
Dan itu semua karena satu alasan yang sama, mereka tidak mau kehilangan satu sama lain. Mereka ingin terus seperti itu, sudah nyaman seperti itu. Mereka tidak bisa membayangkan kalau akhirnya mereka menjadi orang asing hanya karena menjadi kekasih dan putus.
Jeno pernah berkata pada Haechan saat mereka sedang pergi berdua, "Chan, nanti kalau aku dan kau sudah menikah dengan pasangan masing-masing kita tidak akan bisa seperti ini lagi. Jadi ayo kita main sepuasnya sekarang," dan Haechan yang sedang bersandar di pundah Jeno langsung bangun dan memeluk leher Jeno seperti tidak terima. Sedangkan Jeno hanya menepuk tangan Haechan dan tertawa.
Sedekat itu Haechan dan Jeno. Bahkan, meskipun mereka berdua sudah memiliki kekasih masing-masing tetap saja mereka berdua akan bersikap seperti itu jika sedang berdua.
Kekasih masing-masing? Ya, tentu saja. Asal kalian tau, Haechan punya kekasih namanya Mark sedangkan Jeno itu saat ini punya kekasih namanya Siyeon.
Mereka berdua tentu saja tau segala seluk beluk percintaan masing-masing. Itu juga yang membuat Haechan selalu protektif pada Jeno. Karena Haechan tau, sesungguhnya Jeno belum bisa move on dari kekasih pertamanya Jaemin. Dan alhasil, Jeno harus dikendalikan kalau tidak mau manusia yang terlalu baik itu membuat orang lain salah paham dan jadi baper pada sikap Jeno.
Seperti Siyeon misalnya.
"Gimana ya Chan ya," Jeno menatap nanar pada layar ponselnya yang menampilkan puluhan pesan dari Siyeon. Jeno sedang kabur dari pacarnya itu omong-omong.
"Bodo ah, Haechan capek denger Jeno ngeluh mulu. Orang udah dikasih tau, Jeno tuh cuma sekedar tertarik sama Siyeon. Kan Haechan udah bilang, kalau gak beneran sreg gausah jadian. Dulu dibilangin sama Haechan ngeyel, sekarang bingung putusnya gimana. Haechan gamau tau ah," sungut Haechan yang bodo amat dan masih asik meminum jusnya.
"Kan aku pernah bilang Chan. Kupikir dia bisa bikin aku suka dan senang. Siyeon awalnya juga sangat baik dan manis. Dia juga sering bikin aku ketawa. Apalagi dia sudah ngenalin aku ke orang tua dan neneknya,"
"Yaudah dicoba lagi dulu. Jangan menghindar, kan Siyeon juga kasian. Kenapa sih dari dulu Haechan bilang putus aja kalau emang nggak ada rasa lagi, malah ngeyel. Kenapa coba?" Haechan memandang Jeno dengan tajam.
"Kan kamu tau sendiri Chan kalau-"
"Iya, Jeno gak mau mutusin Siyeon. Kasian kan, maunya Siyeon aja yang mutusin Jeno. Tapi liat sekarang, Siyeon lebih kasian kalau Jeno begini terus," Haechan memotong ucapan Jeno karena gemas.