Jogjakarta

49.3K 3.2K 151
                                    

Hii hiii..
Welcome bekk😂😂😂

Maafkan ya dilapak ini emang selow update😆

Maafkan juga, buat comen2 yang belum aku balas😿 lebaran bener2 sybuk😂😂

Cuss lah eksekusi😂😂

Btw updatenya midnight nih ya😂😂

Happy Reading all😍

Secha keluar dari kamarnya dengan setelan celana jeans hitam dan kaos V-neck berwarna senada, dipadu dengan handbag dan flatshoes berhiaskan berlian nan indah, rambut gelombangnya ia ikat asal dan wajah tanpa riasan, sangat cantik.

"Mas, sudah..", ucap Secha berdiri tepat disamping Seto yang nampak fokus dengan iPadnya.

Seto mendongak, ia menaikan sebelah alisnya, ia lupa kapan terakhir melihat Secha dengan tampilan fresh seperti sekarang ini, ia terlalu sering disuguhi wajah sayu Secha dengan daster kumuhnya.

"Koper Secha masih dikamar mas.", sergah Secha saat Seto beranjak menyahut kunci mobilnya.

Seto menoleh kesal,."Manja sekali! Kenapa nggak sekalian kamu bawa turun sendiri?!"

Secha menunduk, "i-iya mas, Secha ambil.", ia segera naik kembali ke kamarnya.

Jangan pikir Secha benar-benar manja, seminggu ini memang benar-benar badannya terasa sangat lemas dan kurang bertenaga, ditambah dengan lebam dipergelangan tangannya yang terasa begitu nyeri saat mengangkat benda berat.

Dan jangan tanyakan darimana Secha mendapatkan lebam itu, pastilah dari suami brengsek yang amat ia cintai, yang tega mengikat kedua tangan Secha di tiang kasur sehari semalam, beberapa waktu yang lalu.

***

Secha sedikit kecewa, ia pikir ia hanya pergi berdua dengan Seto, nyatanya, kini ia harus merelakan kursi samping pengemudi yang diduduki Seto, untuk ditempati Meira, sedangkan ia duduk sendirian di jok belakang.

Meira adalah sekertaris Seto, yang sering kali datang kerumah, dan berlama-lama menahan Seto diruang kerja, entah apa yang bahas dan bicarakan, yang jelas hal itu membuat Secha cemburu, bahkan diam-diam Secha kerap kali menitikan air matanya, saat tawa Meira dan Seto terdengar hingga keluar ruang kerja Seto.

"Bu Seto, ini nggak papa saya duduk di depan?", tanya Meira melirik Secha yang nampak menekuk wajahnya dari kaca spion.

Secha tersenyum, dan mengangguk lemah "nggak papa Mei, santai aja.", jawab Secha sekenanya, ia lebih memilih untuk memalingkan wajahnya ke jendela dan menikmati pemandangan disamping jalan tol.

Secha lebih memilih mengambil sisi positif disetiap hal yang ia jalani, dan hari ini ia dapat menikmati kembali rasanya udara dan pemandangan diluar rumah.

****

Secha membuka kedua matanya perlahan saat pipinya terasa ditepuk oleh seseorang.

Secha mengerutkan keningnya, dan segera menegakan tubuhnya."Mas?"

"Turun, kita makan. Aku tidak mau direpotkan jika kamu sakit saat sampai dirumah ibuk nanti.", ucap Seto datar, lalu meninggalkan Secha menuju restoran yang tersedia di rest area.

Secha tersenyum kecut mendengar pernyataan Seto, 'Andai kamu tau Mas, aku adalah orang pertama yang akan sangat khawatir saat kamu sakit, dan aku pun orang pertama yang paling siap dan ikhlas direpotkan ketika kamu sakit.' -batin Secha merana.

*****

Setelah selesai makan malam direst area, Secha tak lagi melihat keberadaan Meira, dan kini pun Seto tengah duduk santai disampingnya sambil menikmati pemandangan malam, karena kemudi telah diambil alih oleh Pak Mardi, supir kepercayaan Seto, yang entah kapan datangnya.

Secha yang merasa canggung, lebih memilih mengedarkan pandangannya keluar jendela, hingga ia mendapati spanduk besar beruliskan salah satu merk bakpia terkenal di jogja, karena memang kini mereka telah masuk di perbatasan kota Jogjakarta.

Leher Secha tertarik menoleh walau mobil yang mereka tunggangi telah melaju jauh.

'Kok tiba-tiba pengen banget makan bakpia gini sih?' -Batin Secha  namun ia tak berani mengungkapkannya pada Seto.

Semakin jauh mobil mereka menjauh, semakin besar keinginan Secha untuk memakan bakpia itu, rasa-rasanya ia belum pernah menginginkan sesuatu hingga seperti ini, namun ia tetap menahannya, ia tak ingin membuat Seto murka, karena keinginannya.

*****

Ratna menyambut kedatangan anak dan menantunya dengan gembira, Joko, suaminya pun demikian.

"Walah nduk.. Kok pucet banget? Mau ibuk kerikin?", Secha menggeleng cepat.

"Nggak usah buk, Secha cuma kecapean sedikit kok, dibuat istirahat nanti pasti sembuh.", hibur Secha sambil menikmati teh hangat buatan mbak Rum, pembantu dirumah mertuanya.

Ratna mengangguk, "Ibuk loh seneng banget Nduk, akhirnya kamu bisa main ke jogja.", sambung Ratna bahagia,.membuat Secha tersenyum.

"Wis buk, Ngobrolnya besuk lagi. Kasian Secha sama Seto sudah keliatan ngantuk.", ucap Joko, Ratna pun mengangguk patuh.

"Yasudah le, sana bawa mantu ibuk ke kamar kalian, istirahat ya, besok temenin ibuk ke pasar.", Seto mengantuk.

"Nggih buk, pak.", jawab Seto, sambil meraih tangan Secha, dan membawanya ke kamar.

*****

Seto terpaksa membuka matanya dengan kesal, ia menatap tubuh Secha yang nampak belingsatan tak menentu.

Sementara Secha, sudah hampir menitikan air matanya, karena posisinya yang tak nyaman.

"Kamu ini kenapa sih?!", bentak Seto mencengkram bahu Secha, membuat mpunya tersentak.

"au...mas.. Sa-sakitt..",.ringis Secha.

"Pejamkan matamu sekarang dan jangan banyak tingkah!", Ucap Seto tak terbantahkan.

Secha menahan tangisnya saat Seto menghempaskan lengannya kasar, dan kembali tidur memunggunginya, sedangkan ia berusaha tenang, menahan isak tangis dan rasa tak nyamannya, agar tidak membuat Seto bangun, dan bertindak lebih kasar lagi.

Cuttt😘😘😘😘

(un)Loved Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang