15 | Penolakan & Pernyataan (18+)

119K 3.3K 57
                                    

Deva sama terkejutnya dengan wanita yang-katanya-akan menjadi calon istrinya. Dunia memang benar-benar sedang mempermainkan pria itu.

"Jadi lo anak Tante Dewita?" tanya wanita itu.

Deva mengangguk. "Ella? Kamu Ella sahabat Adara, kan?"

Wanita itu mengangguk. "Oh, gosh!" gumam Ella, kesal.

Dewita dan Dinda saling tatap. Mereka senang melihat kenyataan jika kedua anak mereka ternyata sudah saling mengenal.

"Kalian sudah kalian kenal?" tanya Dewita dengan senyum sumringah. "Walah, sudah cocok berarti. Kalau bisa sehabis ini kalian langsung tunangan, ya. Nggak usah pendekatan lagi."

"NGGAK!"

"NGGAK!"

Jawab Deva dan Ella bersamaan. Mereka tidak habis pikir dengan ibunya masing-masing, mengapa sangat antusias sekali akan perjodohan tak masuk akal ini.

"Kita nggak sedekat yang kalian pikir," kata Ella. Dia melirik Deva, meminta bantuan.

Deva menerima sinyal itu dengan baik. Maka dia secepat mungkin memutar otak agar bisa menghentikan perjodohan sialan ini. Mana mungkin dia menikah dengan Ella. Seharusnya dia menikah dengan sahabat Ella.

"Saya kenal Ella karena Ares dan sahabatnya pernah jadi klien saya. Hanya sampai di situ. Kita cuma saling tahu nama, nggak lebih," ujar Deva.

Ella mengangguk.

"Dan kita nggak mungkin nikah." Ella menambahkan.

Dinda terkejut dengan respons putrinya. Padahal semalam Ella sudah mengiakan untuk menerima perjodohan ini karena sampai batas waktu yang sudah ditentukan Ella masih belum mempunyai pasangan.

"Ella," tegur Dinda. "Kamu semalam sudah janji sama Mama akan nerima perjodohan ini. Mama nggak suka kamu ingkar janji."

"Iya kalau aja bukan Deva orangnya."

"Memang kenapa, Nak?" tanya Dinda.

"Pokoknya kami nggak bisa melanjutkan perjodohan ini. Tante Dinda bisa jodohkan Ella dengan pria lain." Alih-alih Ella yang menjawab, justru Deva yang lebih dulu membuka mulut.

Dia gerah dengan suasana ini.
Dia gelisah.
Dia takut hubungannya dengan Adara terancam.

"Saya nggak bisa. Ella juga nggak bisa. Nggak ada kecocokan diantara kami sejak awal, jadi saya mohon batalkan perjodohan ini," ucap Deva, pada Dinda dengan nada memohon.

"Deva!" Dewita menyentak anaknya. Da tak suka dengan ucapan Deva barusan. "Jangan malu-maluin, Mama," desisnya.

Deva diam. Dinda juga belum menanggapi.

"Tante Dewi, maaf aku juga nggak bisa. Deva ... " Ella melirik Deva, meminta izin pria itu untuk menceritakan mengenai Adara.

Deva mengedipkan kedua matanya.

"Deva itu sebenarnya sudah ada pa-"

"Dinda!!"

Ucapan Ella terpaksa terhenti saat Dinda tiba-tiba limbung dan nyaris pingsan. Dinda memegangi kepalanya. Dewita membantu memapah wanita paruh baya itu untuk duduk.

"Mama kenapa?" tanya Ella, panik.

Dinda masih diam. Dia terduduk lemas dan juga syok mendengar pernyataan dari Ella dan Deva. Mungkin juga dia kecewa.

"Kita ke rumah sakit aja. Mama pucat banget," kata Ella.

"Dev! Bantuin Tante Dinda dong!"

Deva buru-buru membantu Ella memapah ibunya ke mobil. Mereka berempat pergi ke rumah sakit untuk mengecek kondisi Dinda yang tiba-tiba drop.

Because Of You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang