Episode 4 / Latihan atau...?

315 59 2
                                    

"AFYA!"

Kedua mataku segera terbuka, beranjak duduk di ranjang karena kaget. Siapa yang meneriakkan namaku dalam mimpi tadi?

"Hei!" Layar hologram muncul di tangan kiriku, menunjukkan wajah kedua sahabat baikku yang cemas. Sepertinya mereka berdua bangun karena kaget.

"Kenapa video call malam-malam begini?" Aku mengucek mata, merapihkan anak rambut di dahi.

"Mana aku tahu. Tanya saja Zandar, dia yang duluan menelponku." Lani mendengus kesal, melirik Zandar.

"Kalian tidak akan percaya ini!" Aku menoleh pada Zandar, menatap heran.

"Tidak percaya apa?" Aku segera membuat tameng di sekitar kasur, setidaknya agar suaraku tidak terdengar oleh orangtuaku di kamar sebelah.

"Elios baru saja memberitahuku, kalau kita akan pergi ke Dunia Bayangan dalam waktu dekat! Tanah leluhurku!" Zandar berseru riang, terlihat lebih senang daripada saat menerima kue ataupun cokelat.

"BENARKAH?!" Aku dan Lani melotot kaget, benar-benar tidak percaya. Kami akan segera pergi ke dunia paralel baru, dan itu adalah tanah leluhur Zandar: Dunia Bayangan!

"Tapi, aku tidak tahu kenapa kita harus pergi ke sana. Bukankah itu sedikit aneh? Tiba-tiba saja kita disuruh pergi ke dunia paralel lainnya dalam waktu cukup berdekatan, hanya beberapa bulan." Raut wajah Zandar yang tadi gembira berubah menjadi murung dan menyelidik.

"Aku tidak tahu kenapa kita akan pergi ke Dunia Bayangan, tapi entah mengapa perasaanku tidak enak setelah tadi menonton siaran televisi di Kerajaan Zoltria," Lani dan Zandar menatapku beberapa saat, lalu terdiam.

"Siaran langsung dari gedung Institut Hukum kerajaan? Kami melihatnya." Lani berkata pelan, terlihat lesu. "Kurasa ada kaitannya dengan perjalanan kita ke Dunia Bayangan."

Aku mengangguk, berpikir hal yang sama. Sekarang aku mencemaskan pria empat puluhan itu. Bagaimana ia bisa menghadapi rakyatnya sendiri yang menganggap dirinya sebagai pertanda buruk?

"Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Tuan Lucius? Kau tahu, setelah melihat berita itu," Zandar bertanya, mulai bingung harus berkata apa.

"Dia sedikit stres dengan berita itu, tapi sejauh ini kakek terlihat baik-baik saja." jawabku seadanya. "Lucius yang menunjukkan siaran langsung televisi itu siang tadi, dan sejak itu dia terlihat lesu."

"Kita harus mencari cara membantunya. Meski dia pemilik kekuatan terhebat di dunia paralel, dia tetap manusia biasa yang membutuhkan orang lain di saat seperti ini,"

Aku dan Lani saling tatap, kemudian mengangguk. "Ya, Zandar. Kita akan mencari cara untuk membantunya di pagi hari. Kembali saja tidur—"

Sebelum aku selesai, ada portal muncul tepat di bawahku. Tanpa siaga aku segera jatuh masuk ke dalam.

***

"SIAPA YANG MEMBUKA PORTAL INI?!" aku berteriak panik, masih berada dalam video call. Dari sisi lain, aku bisa mendengar teriakan Lani dan Zandar. Ada apa sebenarnya?

Cahaya terang muncul dari depan, dan pada sekejap berikutnya portal terbuka di tempat lain. Aku mendarat di atas lantai marble putih, dan tidak jatuh. Refleksku semakin cepat, berkat latihan kecil.

Berbeda beberapa detik, dua lagi portal terbuka di langit-langit, dan kedua sahabatku muncul. Mereka mendarat dengan baik, tapi sepertinya tidak untukku. Ya, portal itu terbuka di tempat yang sama, membuatku tertindih dan menjadi landasan empuk.

"Bisa kalian turun dariku?" Teriakku kesal, membuat Lani dan Zandar segera sadar lalu menyingkir.

"Maafkan aku telah memanggil kalian secara tiba-tiba," Suara khas itu terdengar dari belakang kami, membuatku menoleh.

"Miss Anna?" sahutku kaget, dibalas senyuman oleh guru IPA termuda di sekolahku itu.

"Ah, ya, selamat datang di laboratoriumku," Miss Anna berbalik badan, mulai berjalan. Kini aku baru memperhatikan seisi ruangan ini.

Ruangan ini luas, tapi tidak besar seperti yang di istana atau restoran bintang tujuh milik Elios. Berbentuk balok dengan tinggi langit-langit tiga meter dan luas lantai simetris tujuh meter. Laboratorium ini terlihat umum, hampir tidak ada teknologi canggih Dunia Cahaya seperti layar hologram. Kecuali satu meja di pojok ruangan yang muncul bentuk hologram beberapa benda dan blueprint besar di permukaannya.

"Miss Anna tidak pernah memberitahu kami tentang bakat dalam bidang teknologi," gumam Lani tanpa sadar, takjub melihat belasan mesin yang sepertinya dibuat sendiri oleh Miss Anna, bekerja membuat sesuatu yang tidak terlihat lazim.

"Itu tentu rahasia, tapi sekarang tidak lagi." Miss Anna tertawa kecil, berdiri di meja yang ada di pojok ruangan sambil menggerakkan jari di udara. Memperbesar atau memperkecil hologram benda aneh yang sedang ia kerjakan.

"Benda ini terlihat seperti granat EMP, tapi sepertinya bukan," Zandar maju lebih dulu, memperhatikan dengan saksama hologram proyek Miss Anna.

"Ya, kau benar. Ini memang terlihat seperti granat, tapi ini sangat berbanding terbalik dengan benda militer itu," Miss Anna mengambil benda berbentuk oval di atas meja, lantas melemparnya ke belakang.

Kami bertiga refleks mengangkat tangan. Kedua tanganku bercahaya, belasan bola cahaya muncul di udara. Lani melirik ke beberapa tanaman di sekitar, perlahan memerintahkan mereka untuk siaga. Sedangkan Zandar membuat tameng transparan di lengan kirinya yang terangkat.

BUM!

"Tunggu..."Aku menurunkan tangan, bola-bola cahaya di udara langsung lenyap. "...ini terlihat seperti kebun binatang."

Lani dan Zandar bernapas lega, menurunkan tangan. Kami bertiga menunduk, memperhatikan sebuah kebun binatang mini berbentuk persegi dengan panjang rusuk 50 senti di lantai yang terisi berbagai macam hewan aneh. Hanya satu yang terlihat normal, naga cahaya. Eh—itu kan nagaku!

"Kenapa nagaku bisa ada di sini?" gumamku, menurunkan telapak tangan. Nagaku yang memiliki panjang tubuh 18 meter kini menyusut menjadi sebesar bola kasti. Naga itu segera terbang di tanganku.

"JANGAN!" Miss Anna berteriak sepersekian detik sebelum cahaya terang muncul. Lima detik kemudian, terdengar suara gerungan pelan.

"Hei, kawan," Naga cahaya itu menindihku dengan kepalanya. Ia membuka mulut, dan lidahnya keluar menjilat pipiku. Aku menoleh, melihat Lani dan Zandar yang terjebak di punggung naga, bersama Miss Anna yang berdiri di samping mereka. "Eh, maafkan aku, Miss,"

Miss Anna menggeleng-gelengkan kepala, menjentikkan jarinya. Seketika, nagaku kembali menyusut, dan kembali terbang ke kebun binatang mini. Kekacauan di laboratorium dengan cepat terselesaikan hanya dengan teknik kinetik.

"Tidak apa, Afya. Aku yang lupa memberitahu," Miss Anna tertawa pelan, menunduk dan menekan besi di tengah kebun binatang mini. Terdengar suara mendesing, dan dalam sekejap kembali menjadi bentuk granat.

"Akan kujelaskan kapan-kapan cara kerja benda ini, yang terpenting saat ini adalah latihan kalian di Dunia Bayangan nanti,"

"Maksud Miss apa?" Lani melangkah maju, penasaran sekali. Aku dan Zandar ikut melangkah.

"Hyper Jump."
***
Please support me by vote and follow! {^~^}

TMA Series 2: ILUSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang