#21; Degup cemas.

2.4K 136 3
                                    

"Yo ayo Ginting!!!"

"INDONESIA!!"

"BISA TING, BISA!!!"

"Hadeuh, mo nonton disitu.." Lea mendengus saat melihat layar televisi yang tersedia di players lounge.

Ia hanya bisa melihat suaminya itu bermain lewat televisi, ia tidak bisa ke side court karena ia sangat merasa lapar dan tak boleh membawa makanan ke area court.

Jadilah Ginting menyuruhnya untuk tinggal di Players Lounge.

Lea memasukan kentang terakhirnya kedalam mulutnya, kemudian ia bersandar pada sandaran sofa yang sedang ia duduki.

"Ah, kenyang juga.." Lea menepuk perutnya perlahan.

"Boleh gak ya kesana?" Lea berpikir sejenak. "Coba tanya aja deh dulu ke situ.."

Lea berdiri dari sofa kemudian menghampiri salah satu atlet indonesia juga yang sedang bersantai di players lounge.

"Vito..mau nanya dong, kalau sekarang Gue boleh ga masuk ke side court?" Tanya Lea.

Vito menggeleng. "Udah gabisa mbak, soalnya takut menganggu panitia yang keluar masuk lapangan."

Lea membulatkan mulutnya. "Oh gitu, makasih ya Vito, ganteng deh, semoga anak Gue nanti kaya Lo."

Vito hanya tersenyum sesaat, kemudian ia kembali fokus pada ponselnya.

Lea berjalan kembali ke arah sofanya, tapi kemudian ia teringat sesuatu hal.

"Kalau nonton di bangku reguler boleh kali ya? Kan kata Niken juga tinggal nunjukin ID cardnya Ginting?."

Tanpa berpikir panjang, Lea langsung keluar dari Players Lounge dan berjalan menuju pintu masuk utama.

----

"Akhirnya sampe juga, eh gila jauh amatan ya."

Setelah berjalan cukup jauh akhirnya ia menemukan pintu utama untuk masuk ke lapangan itu, tapi ia tak menemukan petugas untuk menunjukan ID card milik Ginting.

ID card di periksa sesaat oleh petugas, setelah diperiksa lalu dikembalikan lagi pada Lea.

"Thanks" Ucap Lea, kemudian ia masuk kedalam GOR.

Didalam GOR ia menengok kekanan dan kekiri mencari posisi kursi yang kosong.

Lea mendengus. "Ga ada gitu yah kursi khusus buat bumil? Sebel deh masa Gue berdiri?"

Masih mengedarkan pandangannya, tiba tiba ia merasa ada yang memegang lengannya dengan sangat kencang.

Refleks Lea menoleh dengan cepat.

"Ikut Gue."

Lea memicingkan matanya. "Lah, Meiwa, ngapain Lo---Aww!"

"Ikut Gue atau Gue tendang perut Lo!"

"Gamau! Lagian Gue mau nontong Ginting! Jahat amat Lo mau---" Ucapan Lea terpotong karena ditarik secara paksa oleh Meiwa keluar dari GOR tersebut.

"Gamau! Lagian Gue mau nontong Ginting! Jahat amat Lo mau---" Ucapan Lea terpotong karena ditarik secara paksa oleh Meiwa keluar dari GOR tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ginting masuk ke Players Lounge sambil mengusap kepalanya yang basah terkena keringatnya yang bercucuran saat bertanding tadi.

"Selamat Ting lolos ke semifinal!" Ucap Jonatan sembari menghampiri Ginting.

Mereka berpelukan sesaat.

"Thanks Jo, semoga nanti kita ketemu di final oke?"

Jonatan tersenyum. "So pasti kita harus ketemu"

Ginting tersenyum kemudian mengangguk, merasa badannya cukup lelah ia memutuskan untuk duduk di sofa yang letaknya dibelakang Jonatan.

Ia menyandarkan badannya di sofa yang sangat empuk itu menurutnya.

"Jo." Panggil Ginting.

"Hm"

"Sini dulu deh."

Jonatan menghampiri Ginting, lalu duduk di sampingnya. "Paan?."

"Menurut Lo bahaya gak sih posisi Meiwa saat ini?"

Jonatan mengernyit. "Kok Lo tiba tiba nanya gitu?"

"Ya Gue nanya aja." Ginting menghela nafasnya. "Gue yakin Meiwa kesini karena sengaja cuma mau ketemu Gue doang bukan karena alasan yang tadi dia bilang ke Gue."

"Kalau menurut Gue sih, ya cukup bahaya. Apalagi di kondisi Lea yang lagi hamil begitu."

Pandangan Ginting seketika menatap lurus kedepan, dalam hatinya ia bertanya tanya. Mengapa ia sangat mengkhawatirkan Meiwa berbuat yang tidak-tidak pada Lea.

Ginting terkesiap ketika Jonatan menepuk bahunya.

"Lea sekarang dimana? Biasanya beres Lo tanding langsung nyamperin?" Tanya Jonatan.

Ginting mengernyit. "Lah bukannya tadi sama Lo?"

Jonatan menggeleng. "Engga, Gue kan tadi lagi ngobrol sama Mbak Wid. Bukannya sama si Vito ya?"

Tanpa menjawab pertanyaan Jonatan, Ginting langsung menghampiri Vito.

"To, Lea mana?"

Vito menoleh. "Tadi sih ngomongnya mau nonton Lo."

"Nonton? Dimana?"

"Kayanya lewat jalur Reguler deh, soalnya kan aturan disini gaboleh masuk side court kalau udah mulai."

Seketika jantung Ginting berdegup kencang, entah kenapa ada perasaan tidak enak menyelimuti dadanya.

Dengan segera ia setengah berlari menuju pintu masuk Reguler ke dalam GOR.

Setelah sampai, ia masuk ke dalam GOR tanpa meminta izin kepada petugas, mungkin petugas sudah tahu bahwa ia seorang atlet.

Didalam, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh isi GOR.

Ginting mengusap wajahnya dengan Gusar. "Firasat Gue kok jadi ga enak gini anjir."

Drrrtttt, drrrtttt.

Merasa ponselnya bergetar, dengan segera ia merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya.

Seketika matanya membulat ketika melihat pop up notification.

'Kevin
Lea ngapain pergi sama Meiwa?'

Ginting segera berlari keluar GOR, dan dia berniat meminta bantuan pada teman-temannya untuk mencari Meiwa.

Karena ia tahu, sangat mungkin Lea dalam bahaya.

RankleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang