Mata Gun berbinar-binar saat melihat pizza di atas meja makan, aroma keju dan bawang menyeruak masuk ke dalam hidungnya membuatnya lupa akan kejadian yang baru terjadi beberapa menit yang lalu, dan perutnya berteriak minta diisi detik itu juga. Gun ingin mengambil sepotong pizza namun ibunya menghentikannya.
"Gun, kenapa tidak kau panggil kakakmu turun ke bawah dan makan bersama kita?"
"Kenapa aku? Dan dia bukan kakakku." Tolaknya, ibunya melotot kepadanya. "Belum kakakku...dia baru akan menjadi kakakku jika mama dan paman sudah menikah. Aku tidak ingin memanggilnya turun, dia sangat menyebalkan."
"Gun, tidak boleh bicara begitu." Tegur mamanya.
Ayahnya Off tertawa, ia membuka tutup botol wine, menuangkan isinya ke dalam gelas calon istrinya, "Aku bisa mengerti mengapa Off bersikap arogan seperti itu. Dia mungkin melihatmu sebagai musuh dan mungkin menyalahkan aku karena aku jarang menghabiskan waktu bersamanya, tetapi tidak ada alasan baginya untuk memperlakukanmu dengan buruk. Hatinya lemah terhadap sesuatu yang imut, jika kau berusaha sedikit saja, dia akan melembut."
Gun berakhir menganggukan kepalanya. Ayahnya Off tidak tahu alasan sebenarnya mengapa anaknya begitu mengesalkan. Ia kemudian bangkit berdiri dan meninggalkan ruang makan. Ketika ia berjalan menaiki tangga dan sampai ke depan pintu kamarnya, Gun menjadi malas untuk mengetuknya. Namun ia tidak ingin membuat ayahnya Off kecewa, jadi ia berakhir mengetuk pintu kamarnya.
Gun pikir Off akan mendiamkan ketukan pintunya, tapi yang mengejutkan Gun, dia langsung membuka pintunya.
Off mengenakan atasan ketat bergaris putih, pria itu bersandar di pintu. LRambutnya masih basah, dan celana jinsnya tergerai rendah, menampilkan bagian atas celana boxer hitam miliknya.Sepuntung rokok menggantung di mulutnya. Aroma asap menyebar dengan cepat ke lubang hidung Gun, pria itu menghisap panjang lalu perlahan dan sengaja meniupkan asap tepat di wajahnya. Suaranya rendah. "Apa lagi?"
Jika Off ingin terus bersikap seperti ini, Gun akan mengikutinya. Ia mengambil puntung rokok itu dari mulut Off, menaruhnya di ujung mulutnya dan menghisapnya sambil menatap ke dalam mata Off, lalu membalasnya dengan meniupkan asap ke wajahnya.
Gun kemudian mengembalikan puntung rokok itu kembali ke dalam mulutnya setelahnya. "Aku naik kesini dan memanggilmu karena ayahmu. Dia membeli pizza, jika kau kau turun. Jika kau tidak mau, aku tidak peduli."
Ia memutar tubuhnya dan berniat untuk kembali turun ke bawah saat suara Off menghentikan langkah kakinya, "Kenapa kau setuju dengan pernikahan mereka?" Tanya Off tiba-tiba.
"Aku hanya ingin ibuku bahagia."
"Meski itu artinya menyakiti ayahmu?"
"Ayahku sudah mati." Jawab Gun singkat. Lalu ia kembali berjalan turun dan meninggalkan Off dengan lidahnya yang sudah kaku.
***
"Aku sangat membenci Off Jumpol!" Gun berteriak sesaat setelah ia masuk ke dalam mobil White, New memutar tubuhnya dan memberikan bungkus Pocky untuk menenangkannya.
"Apa lagi yang ia lakukan kali ini?" Tanya White.
"Aku melihatnya telanjang di dalam kamar mandi dan ia menggodaku soal kita tidur bersama! Dan ia meniupkan asap rokok ke wajahku! Kau tahu aku benci saat pria melakukan itu padaku! Arghhh!" Ia berteriak sekali lagi dan menarik rambutnya kasar. "Pokoknya, nanti malam kita harus pergi minum ke Adonis!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Dearest Step Brother
Fanfiction[COMPLETED] Apa jadinya jika pria yang meniduri Gun di malam ulang tahunnya adalah calon kakak tirinya? Dan bagaimana jadinya jika mereka harus tinggal satu atap dan bertingkah seperti seorang kakak beradik saat jelas-jelas ada sexual tension yang b...