Hujan lebat menambah dingin suhu kamar sempit pojok kos-kosan putri di pinggir jalan besar itu. Gadis manis yang sedang berada di dekat jendala memberanikan diri menatap keluar mencoba menerka keadaan, apakah memungkinkan untuk pergi menimba ilmu yang menjadi kewajiban yang di lakukannya sehari-hari.
Kring...krinnggg. Bunyi telpon itu membuyarkan lamunan dan terkaanya hingga akhirnya ia lebih memilih untuk mengangkat telpon yang barangkali penting itu
"assalamualaikum.. ada apa cha?" iya chaca panggilan akrab gadis di berbicara di sebarang telpon dengannya
"cepetan dateng dosen udah ada in!!!"
"auuhhh... beneran nih?" dengan segera dan secepat kilat fiza langsung menyamber tas ransel kecil hasil rajutan tangganya itu untuk segera pergi ke kampusnya.
"santai kali broh, dosen ngak dateng kok" kata nina sambil tertawa terbahak-bahak
"dasar... kebiasaan ya awas aja kalau ketemu" timpal fiza dan langsung mematikan hpnya denga marah.
Tik...tik..tikk tetesan air hujan mulai membasahi jilbab panjang dan gamis nafiza. Tak sadar saking kesalnya dengan Nina membuatnya tak menyadari bahwa kini dirinya basah kuyup terkena hujan. Karna sudah terlanjur basah, fiza memilih meneduhkan buku dan rangsel serta handphonenya itu. Iya menikmati mandi hujan di awal semester yang begitu menyegarkan.
"Saidana Nafiza". Gadis sederhana yang merantau ke kota untuk menimba ilmu dan bercita-cita membahagiakan orang tua. Tak pernah jatuh cinta dan terluka oleh "pria". Dia gadis manis yang di taksir oleh banyak teman laki-lakinya, tapi dia sama sekali tak tertarik dan tak ambil pusing soal itu. Dia selalu rajin masuk kulyah dan masuk perpus. Gadis desa yang berhidup datar dan takut mencoba hal baru. Untuk memotivasi dirinya dia mempunyai motto "live is shorter than you think, so don't make it shortest " . untuk urusan cinta dia tak pernah terpikir ke sana, dia hanya mempercayakan itu kepada Sang Pencipta.
Hujan deras ini terus menguyur tubuh bongsor nafiza. "hujan... sebenarnya aku tidak punya kenangan yang indah saat hujan". Ia memilih berjalan di sekitar kosnya yang notabenya sepi. Dia berjalan mengikuti arus genangan air yang meluap karna sawah sudah tak sanggup menampung volume air yang besar ditambah hujan yang menguyur seharian . Nafiza terus berjalan menyusuri jalan yang penuh dengan genangan air itu. Hingga suatu kejadian yang mengingatkanya dengan masa lalu yang begitu lalu.
Ya.. itu memang masa lalu yang indah di kenang tapi sangat menyakitkan bila dirasakan. Tapi karna sudah menjadi kisah usang yang disebut kenangan, akan manis begitu terlebat dalam pikiran.
Saat itu nafiza masih gadis kecil yang beranjak remaja. Memang masih sangat belia umur segitu sudah bisa merasakan lonjakan perasaan yang disebut cinta maupun suka. Tak ayal jika nafiza tidak terlalu memikirkan yang namanya cinta karna sudah terlalu lama dia tak lagi jatuh cinta
Saat itu nafiza sedang mengikuti acara outdor yang dilaksanakan oleh organisasinya semasa SMA. Saat itulah benih-benih cinta tumbuh dalam hatinya layaknya cinta pandangan pertama. Nafiza memang tak menyangka kenapa hatinya berdebar-debar menatap pria tinggi dan tampan yang sama sekali tak di tau namanya itu. Seharian ia mencari tau siapa nama pemuda itu.
Hingga tibalah saatnya waktu yang di tunggu nafiza, dia mencuri dengar pembicaraan laki-laki itu dengan gadis centil yang sangat menaikkan darah dan memancing emosinya. Tapi dia bersyukur karna berkat gadis itu ia tau nama laki-laki pujaanya itu.
Ahmad fakruddin zain.... Begitulah kira-kira namanya. Nama yang bagus sebagus orangnya. Nafiza selalu mencuri pandang pada laki-laki itu. Laki-laki itu tidak tahu menahu jika beberapa hari ini nafiza sudah meng-kepo-in nya.
YOU ARE READING
Jejak-jejak Pertemuan Singkat
Romance"Hei kamu, iya kamu yang pakai kerudung hitam" kata laki-laki itu, Seketika aku tertegun dan darah seperti berhenti mengalir. Dia memanggilku (teriak ku dalam hati) "Aku yakin kita pasti bertemu" Nimas pov "Sampai jumpa bullet" zain pov cerita ini m...