Awal Fajar

1.1K 117 3
                                    

||[P R O L O G]||

|-|

Akulah sang tak terlihat, saat dia berada di dekatku.
Akulah sang gelap, di balik wajah cerahnya.

-- Khalil Gibran

|-|

Agustus 2019

Hiruk pikuk menggema dalam sebuah ruangan besar. Dekorasinya sederhana tapi indah; banyak bunga nuansa putih memberi aroma di dalamnya. Ada panggung rendah yang jadi tempat berdirinya sang bintang, dengan banner bertuliskan sebuah judul karya sebagai latarnya. Sebentar lagi akan menjadi bahan perbincangan.

Orang-orang kini bersorak tepuk tangan saat si bintang utama pada acara hari ini beranjak dari tempatnya dan siap untuk berdiri di depan.

Di dekat tempat duduknya ada sahabat dan keluarga kecil yang ia cintai, sedang melempar senyum sambil memberi semangat dengan isyarat bahasa tubuh. Di bangku belakang ada teman sekelas dan junior masa sekolah yang kini menjadi sahabatnya, duduk berjajar dengan beberapa orang lainnya yang juga rekan sedari sekolah menengah dulu.

Ia sudah di panggung, melempar senyum dan memandang empat orang berpengaruh dalam hidupnya itu, kemudian pada tiga orang lainnya yang duduk berjejer tak jauh dari sana. Sebelum akhirnya ia bersuara, melontarkan salam dan ucapan terima kasih, lalu masuk pada inti topik...

"Tak pernah saya sangka, bahwa penggalan-penggalan dalam kisah ini dapat dibukukan. Padahal awalnya hanya ingin disimpan sendiri."

Ia tertawa sebentar sambil memandang benda persegi panjang dengan sampul putih dalam genggaman.

"Seseorang pernah mengatakan kepada saya, bahwa ada kalanya kehadiranmu adalah kehidupan bagi orang lain. Kehadiranmu adalah alasan bagi orang lain untuk tetap bertahan." Wanita berkisar dua puluh tujuh tahun itu melanjutkan.

Salah seorang wartawan mengacungkan tangan, siap menyodorkan tanya pada si narasumber.

"Apa itu adalah titik balik Anda menulis buku ini?" Pria muda bertanya, siap dengan rekaman dalam genggaman.

Si wanita mengangguk "Kehadirannya adalah kehidupan bagi saya, sosoknya adalah inspirasi saya sejak awal menulis amatir."

"Seberapa besar pengaruh orang tersebut hingga Anda mengakatan bahwa beliau adalah 'kehidupan' bagi Anda?" Wartawan lain ikut bertanya.

"Bisa ceritakan, seperti apa orang yang Anda sebut inspirasi itu?" Wartawan lainnya menimpali.

"Apa orang itu sedang hadir di tempat ini juga?"

Wanita itu diam sejenak, melempar pandang ke sekitar; membiarkan orang-orang di sana mengabadikan dirinya, kemudian memandang lurus pada tujuh orang yang juga mematapnya dengan senyum mengambang.

Lalu tatapannya fokus pada satu orang dalam pangkuan, sedang melambai-lambai ke arahnya.

Si wanita tersenyum.

"Dia adalah..."

[]

Honda Hitomi datang merangkul rekan seangkatan masa sekolah dulu, bahkan masih menjalin relasi persahabatan sampai detik ini. Wanita berprofesi sebagai Juru Masak itu mendekap erat sang sahabat dengan perasaan bangga. Nyaris menitikan air mata karena terlalu bahagia.

Acara hari ini telah usai dan para wartawan, reporter, serta para penggemar sudah selesai dengan keperluan masing-masing. Tinggal beberapa staff yang bekerja membereskan berbagai perihal di sana. Tapi masih ada beberapa rekan yang tinggal untuk memberi selamat sekaligus melepas rindu satu sama lain.

S  A J A KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang