Prolog

2.7K 56 4
                                    

01 Juni 2019, Garis Perbatasan Teritorial Laut Indonesia.

Suara debur ombak yang menghantam bagian bawah kapal membuat kapal bergerak naik turun seperti menari di lautan lepas. Semilir angin yang cukup kencang membuat anak rambut berkibar tak tentu arah. Langit sore itu begitu cerah, beberapa bintang mulai tampak di gradasi senja yang menawan. Air laut yang beriak menampilkan sang bagaskara yang kemerahan menuju peraduan, refleksinya pada air laut menjadi ikut bergoyang sedikit kabur sesuai arus. Bulan mulai nampak di sisi lain langit, seperti sedang berkejaran dengan matahari, mencoba menyusul matahari. Suasana sore itu begitu damai bagi seseorang yang tak henti-hentinya memandang kagum pada lukisan Tuhan yang terhampar di hadapan matanya. Sebelum sebuah suara dari walkie-talkie di saku celananya mengusik kedamaian itu.

Nobita di sini. Ada pesan darurat untuk Detectif!” kata salah satu anggotanya melalui walkie-talkie.

Menghela napas dia beranjak dari tempat nyamannya dan menuju suara itu berasal. Ruang komunikasi. Di sana sudah berdiri salah satu anggota sekaligus sahabatnya, Zaki yang tengah sibuk melihat monitor Andi, salah satu stafnya yang ahli dalam IT. Mengetahui seseorang mendekat, Zaki menoleh dan sedikit menyingkir dari belakang tubuh Andi yang terduduk sambil berbicara melalui pesawat radio, memberi ruang pada kapten mereka yang baru saja datang.

Mengetahui raut bingung kapten mereka, tanpa banyak kata Andi memberikan pesawat radio yang di pegangnya pada kaptennya yang diterima dengan alis berkerut.

“Kapten Gavin Bagaskara Putra Pratama.” Suara di seberang memanggilnya tegas. Satu kata yang terlintas dalam pikiran Gavin saat mendengar suara itu ialah Komandan.

“Hormat, Kapten Gavin siap melaksanakan tugas.” Gavin menjawab tak kalah tegas, tentu dong bisa di turunkan pangkat kalo dia jawab songong.

“Baik. Sebuah kapal berkapasitas 100 orang sedang berada dalam 200 mil dari tempatmu sekarang. Kapal di duga milik warga negara asing dengan anak buah kapal berjumlah sepuluh orang bersenjata. Kapal itu sudah dikonfirmasi merupakan kapal penyelundup narkoba dari Thailand. Jadi urus dan amankan segera.”

Selama mendengar komandan mereka memberi perintah, Gavin sibuk memberi arahan pada Andi untuk memberikan informasi radar guna melacak koordinat kapal yang dimaksud. Memang sebuah kapal terdeteksi oleh radar kapal mereka dan terus bergerak ke arah teritorial Indonesia dengan kecepatan konstan.

“Siap, perintah dilaksanakan.” Jawab Gavin tegas sebelum sambungan terputus.

“Zak, tolong kumpulin semua awak kapal di dek satu lima menit dari sekarang. Ada perintah dari komandan.”

“Misi lagi?” tanya Zaki. Andi juga ikut menatap Gavin, menanti jawaban dari kapten mereka yang terlihat santai-santai saja.

“Hmm.” Jawab Gavin acuh.

“Oh, ayolah! Kita kan lagi nggak bertugas.” Ratap Zaki nelangsa. Kalau dipikir-pikir kapan dia akan menikmati liburan yang sebenarnya.

“Gimana gue dapet gebetan kalo tiap hari gue ama ni komputer mulu. Sekali-kali ama Nikita Mirzani kek.”

“Auk tuh, sekali-kali dapet tugas ngawal cewek cantik ngapa biar bisa cuci mata. Empet gue tiga bulan di atas air laut mulu, lama-lama temenan juga gue ama dugong.” Cerocos Kevin, salah satu staf Gavin yang jago jinakin bom.

Gavin berlalu menuju dek satu, meninggalkan seruan-seruan protes dari anggotanya sambil bersiul cuek.

🔫🔫🔫

“Sepuluh menit bersiap dan menuju posisi masing-masing.” Gavin mengakhiri pertemuan yang membahas strategi penyerangan itu setelah melihat anggotanya mengerti dan tak ada yang bertanya.

The Doctor and The ArmyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang