Najma POV
Hari ini aku akan menyusul Putri di Jogja, menggunakan mobilku tentunya, mobil mama dipakai Dhira untuk ngapel pacarnya.
Daritadi kok ga sampai-sampai sih, batinku.
Saat asyik membaca gps di handphone, tiba-tiba, Brakk!! Aku terkejut lalu aku menginjak pedal rem.
Ternyata aku menabrak seseorang. Aku segera keluar dari mobil dan memastikan bahwa orang itu baik-baik saja."Mbak, gapapa?"
"Gak papa kok mas,"
"Lhoh? Putri?" pekikku kaget.
"Eh Najma," Diapun sama kagetnya.
"Kamu gakpapa? Sini aku bantu," Aku membantunya berdiri.
"Makasih, aku pulang dulu ya?" Ucapnya terburu-buru, dia pun jalan dengan kondisi kaki yang pincang.
"Gak, aku anterin kamu pulang, aku kesini juga nyariin kamu," ucapku menarik tangannya. Diapun hanya menurut.
"Putri, aku mau ngomong,"
"Iya, ngomong apa?"
"Apa bener kamu suka sama aku? Kalo iya, kenapa kamu gak bilang putri?" tanyaku memelas.
"Apa kalo aku bilang, kamu juga bakal suka sama aku?"
"Mungkin, karena aku sudah tahu perasaan kamu,"
"Ya, kalo sekarang aku suka sama kamu, kamu mau apa? Diem aja kan? Atau mungkin bahkan mengejar cinta Rani? Najma, mungkin aku perempuan paling bodoh dalam urusan ini. Mengharapkan kamu yang juga nggak tahu apa yang aku rasakan. Dan lebih bodoh lagi, aku nggak pernah mampu mengatakannya padamu. Tapi satu hal yang aku tahu, kamu paham akan itu; cinta bukan hanya tentang menyatakan, bukan hanya tentang memberitahu kepada orang yang kamu cintai. Tapi tentang bagaimana kamu mampu mempertahankan perasaanmu pada orang yang kamu cintai. Seperti yang aku pertahankan padamu hingga sekarang. Kamu sadar nggak sih, kalau aku belajar banyak tentang cinta dari kamu. Lalu kenapa kamu nggak belajar menyadari kalu aku mencintaimu?"
Putri menyeka bias air mata. Akupun merasa sakit mendengar penjelasan Putri.
"Najma, apa kamu sudah menemukan alasan untuk bahagia?" ucapnya terdengar lirih. Ia berusaha menghadirkan senyum dibibirnya. Berusaha agar tidak sedih. Ia berhasil memaksa bibirnya senyum. Tetapi ia gagal menahan air matanya yang terlanjur mengaliri pipinya.
"Aku sudah menemukan alasan ku bahagia, dan ternyata itu kamu. Aku baru sadar ternyata selama ini ada perempuan baik yang menunggu kehadiranku, menanti kedatanganku. Maaf aku dulu nggak pernah sadar soal perasaanmu," ucapku mantap. Aku harus mulai belajar mencintai Putri.
"Najma..,"
"Mulai sekarang, kamu milikku dan aku milikmu. Semua penantianmu kini terbayar," Aku memeluk Putri yang masih kaget dengan ucapanku tadi.
"Lalu, bagaimana dengan Rani?"
"Rani sudah bahagia, dia sudah menemukan pilihan hatinya. Sekarang kamu bahagiaku," ucapku tersenyum sambil memandang wajahnya.
🌸🌸🌸
Rani POV
Aku berjalan melewati koridor kampusku. Lalu tiba-tiba sebuah pesan singkat dari Dhira masuk ke ponselku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahagiamu, Bahagiaku.
Novela JuvenilSebetulnya, alasanmu kecewa itu bukan karena orang lain atau hubungan yang gagal terjalin. Melainkan harapan pribadi yang kamu sematkan terlalu tinggi. Bahagiamu itu tanggung jawabmu sendiri.