"Ra, kok, kamu sendiri? Syahirah mana?" Azki bertemu dengan Syakira saat keduanya sama-sama ingin ke masjid melaksanakan shalat isya berjama'ah sekaligus shalat tarawih.
Syakira menuliskan sesuatu dibuku catatannya. Ia memberitahu Azki tentang Syahirah yang menangis hebat tadi siang. Dan memberitahu tentang Syahirah yang tidak mau makan. Hanya memakan satu buah kurma dan minum air putih untuk berbuka. Syahirah tidak berselera makan. Padahal Syakira sudah membawakan dua piring nasi beserta lauk-pauk. Yang satu untuk dirinya dan yang satu untuk Syahirah. Tapi, perempuan itu menolak.
"Terus Syahirah kenapa nggak ikut shalat?" Azki bertanya lagi. Syakira melihat dikedua manik mata laki-laki itu tersirat kekhawatiran untuk Syahirah.
Syakira mengangkat bahunya. Ia juga tidak tahu alasan mengapa Syahirah tidak ingin pergi ke masjid. Syahirah hanya bilang, enggak apa-apa. Dan karena adzan isya sudah berkumandang, Syakira berangkat duluan. Tidak tahu Syahirah akan menyusul ke masjid atau tidak.
Tidak terasa suara iqomah telah berkumandang. Syahirah sebenarnya merasa badannya lemas, tidak berdaya. Tapi, ia tidak ingin meninggalkan kewajibannya. Yaitu, melaksanakan shalat berjama'ah dan shalat sunnah tarawih.
Keringat dingin keluar dari pori-pori kulitnya. Syahirah berpeluh keringat. Syahirah sudah mengambil wudhu tadi di pondok sebelum ia berangkat ke masjid. Lalu ia melihat masih ada Syakira yang berdiri di depan masjid bersama seorang laki-laki yang sangat ia kenali. Azki.
Syahirah memanggil keduanya, "Syakira, Azki!" Kedua si empunya nama sama-sama menoleh dan melihat kehadiran Syahirah. Syakira menghampiri Syahirah dan menuntunnya berjalan.
"Kamu baik-baik aja 'kan Sya?" tanya Azki. Syahirah mengangguk. "Ayo, sudah iqomah. Sudah memasuki waktu shalat," ajak Syahirah.
***
Syakira merasa ada yang aneh. Sejak sujud dirakaat pertama, Syahirah sama sekali tidak beranjak berdiri untuk i'tidal rakaat kedua. Selesai mengucapkan salam di rakaat terakhir. Syakira langsung menepuk-nepuk bahu Syahirah yang masih dalam posisi sujud. Santriwati yang berada di sebelah kanan Syahirah ikut melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan Syakira.
"Kak Syahirah. Kak," Santriwati itu menggoyangkan tubuh Syahirah. Perempuan itu terguling. Syakira terkejut melihat Syahirah yang memejamkan kedua matanya. Pikiran-pikiran negatif menghantuinya.
Santriwati itu bersikap tenang. Ia juga merasa khawatir, takut terjadi apa-apa dengan Syahirah. Santriwati itu mengambil tindakan dengan memeriksa deru nafas Syahirah. Syahirah masih bernafas, denyut nadinya juga masih berdetak. Tapi detaknya tidak normal, sedikit lemah.
"Kak Ira jangan khawatir. Kak Syahirah hanya sedang pingsan," kata Santriwati yang memeriksa kondisi Syahirah. Beberapa Santriwati membantu membopong badan Syahirah. Membawa Syahirah ke UKS yang tersedia di pondok pesantren.
Syakira menemani Syahirah di UKS. Beberapa Santriwati yang membawa Syahirah ke UKS sudah kembali ke masjid untuk melanjutkan shalat tarawih. Syakira hanya ikut shalat isya saja. Dia tidak ingin meninggalkan Syahirah sendirian dan menunggu Syahirah hingga bangun dari pingsannya.
Syakira memegang kening Syahirah. Memeriksa kondisi teman sekamarnya itu. Syahirah sudah ditangani bahkan sudah diberikan suntikan dan di infus. Kondisi Syahirah yang sekarang sangat memprihatinkan. Syakira tidak tahu apa yang telah membuat kondisi perempuan itu hingga turun sangat drastis seperti sekarang.
Pintu UKS terbuka. Syakira menoleh kearah pintu dan tersenyum ramah ketika mendapati Hanna-lah yang datang ke UKS. Hanna menutup pintu dan berjalan ke tempat Syahirah dirawat.
"Kamu jaga sendirian, Ra?" tanya Hanna. Syakira mengangguk. Hanna memeriksa kondisi Syahirah. "Astahfirullah, panas banget." katanya terkejut.
"Biar aku bantu jaga Syahirah ya, Ra? Soalnya tadi Azki titip Syahirah ke aku dan khawatir kamu kerepotan jaga Syahirah sendirian," kata Hanna lagi. Syakira mengangguk.
***
Pagi harinya. Aldo pergi ke apartemen milik ayahnya. Apartemen yang dibeli oleh ayahnya untuk dirinya. Aldo berniat untuk melihat-lihat apartemen yang diberikan oleh ayahnya itu. Karena Aldo akan menempati apartemen itu ketika dirinya dan Hanna sudah menikah.
Ayah dan mamanya tidak mengetahui tentang dirinya yang pergi ke apartemen. Aldo memakirkan mobilnya. Lingkungan apartemen masih terlihat sepi. Mungkin penghuninya masih tertidur setelah sahur dan mungkin juga sudah ada yang berangkat bekerja. Aldo menyusuri setiap kamar apartemen. Sampailah Aldo di kamar apartemennya yang terletak di lantai empat nomor 420.
Aldo memasukan kata sandi pintu kamarnya. Pintunya tidak terbuka. Sekali lagi Aldo memasukan kata sandi yang ia ketahui. Tetap tidak terbuka. Ia salah memasukan kata sandi.
Waktu itu, ayahnya pernah bilang, "Kata sandinya adalah ulang tahun kamu". Jadi Aldo memasukan angka ulang tahunnya. Mau itu dimulai dari tanggal, bulan, tahun ataupun dimulai dari tahun, bulan, tanggal. Tetap saja tidak terbuka. Sekarang tinggal satu pilihan. Ia pun memasukan angka ulang tahunnya yang dimulai dari bulan, tanggal, kemudian tahun. Tapi, masih tidak terbuka.
Aldo berdecak kesal.
Seorang wanita paruh baya melewatinya dan mengenali Aldo. Wanita paruh baya itu menyapa Aldo.
"Selamat pagi," sapa wanita paruh baya sambil tersenyum. Aldo menoleh dan tersenyum canggung.
"Selamat pagi juga bu," Aldo balik menyapa.
"Nak Aldo datang sendiri? Istri mas Aldo yang memakai hijab itu nggak ikut?" tanya wanita paruh baya.
"Maksud ibu, Hanna?"
"Bukan. Tapi, Sya ... Sya, Sya siapa ya?" Wanita paruh baya itu mencoba untuk mengingat.
Aldo mengernyitkan dahinya. Dengan ragu Aldo menjawab, "Syahirah?" Wanita paruh baya itu mengangguk. "Iya, nak Syahirah." Wanita paruh baya itu berseru.
"Tapi Syahirah bukan istri saya, bu."
"Lho, kok, bukan istri? Kamu lupa atau gimana sih? Syahirah itu istri kamu. Kamu dan dia sudah tinggal di sini dua tahun, ibu kan tetanggaan sama kamu sudah dua tahun. Kamu lupa?" kata wanita paruh baya itu. Lalu ia sedikit maju. "Apa kamu selingkuh?" katanya pelan. Aldo kebingungan.
"Syahirah itu wanita yang sangat baik dan penyabar. Kamu jangan menyia-nyiakan wanita seperti Syahirah. Atau kamu akan menyesal," kata wanita paruh baya itu. Ia pun berlalu pergi meninggalkan Aldo yang masih kebingungan.
"Apa maksudnya?" gumam Aldo sambil menggaruk pelipisnya. Ia pun mengirim pesan ke ayahnya untuk meminta kata sandinya.
Tidak butuh lama baginya untuk mendapat jawaban. Ayahnya membalas dengan cepat.
Ayah: Coba kmu tnya ke Syahirah.
Syahirah? Mengapa harus bertanya ke perempuan yang sama sekali tidak ada hubungan dengannya? Wanita paruh baya tadi juga mengatakan hal tentang Syahirah. Kini untuk membuka kata sandi pada pintunya harus bertanya ke Syahirah. Jika dirinya saja tidak tahu, apakah Syahirah mengetahuinya?
Ya Allah. Tolong beritahu hamba. Siapa Syahirah sebenarnya? Apa hubungan hamba dengan perempuan itu? Tolong berikan petunjuk bagi hamba untuk mengetahui segala yang tidak diketahui oleh hamba, ya Allah, ya Rabb.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah 2: Aldo ✔
RomanceJodoh itu rahasia Allah. Jika memang Allah sungguh menakdirkan kita untuk bersama. Percayalah, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali dan akan hidup bahagia bersama. Seperti nabi Adam dengan Siti Hawa yang dipertemukan kembali setelah sekia...