[1]- Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
((مَنْ تَعَلَّقَ شَيْئًا؛ وُكِلَ إِلَيْهِ))
“Barangsiapa yang menggantungkan/bergantung (kepada) sesuatu; maka dia dijadikan (oleh Allah) bersandar kepada hal tersebut.”
[HR. Ahmad (IV/310 & 311), At- Tirmidzi (no. 2073), dan Al-Hakim (IV/216). Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam “Ghaayatul Maraam” (no. 297)]
[2]- “Bergantung bisa dengan hati dan bisa pula dengan perbuatan, atau dengan keduanya. (Barangsiapa yang menggantungkan/bergantung (kepada) sesuatu); maka Allah akan menyerahkannya kepada sesuatu yang dijadikan gantungan (harapan)nya.
Sehingga:
- Barangsiapa yang bergantung kepada Allah, mengadukan kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah, bersandar kepada Allah, dan memasrahkan segala urusannya kepada Allah; maka Allah akan mencukupinya, mendekatkan baginya segala yang jauh dan memudahkan baginya segala yang sulit.
- Dan barangsiapa bergantung kepada selain Allah, atau dia merasa tenang dengan pendapatnya, akalnya, obat yang dimilikinya, bahkan jimatnya (!), dan semisalnya; maka Allah akan memasrahkannya kepada hal-hal tersebut dan Allah akan menghinakannya.
Dan (kedua) hal ini sudah diketahui (kebenarannya); baik dari dalil-dalil maupun realita yang terjadi.
Allah -Ta’aalaa- berfirman:
...وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ...
“…Dan barangsiapa bertawakkal kepada Allah; niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya…” (QS. Ath-Thalaq: 3).”
[Fat-hul Majiid (hlm. 150), karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Hasan Alu Syaikh -rahimahullaah-]
Penulis: Ahmad Hendrix