Di hari pemaksaan ini..,
...Ini adalah hari dimana aku mendapat
kejutan tiap detiknya.-----------------
"Tante, aku boleh keluar sebentar?" tanya ku seramah mungkin pada seseorang yg notebenenya adalah teman lama ibu. Karena kenyataannya, yang mau gak mau aku terima saat ini, aku dikacangin.
"kamu bosen ya... bentar, tante panggil anak tante dulu biar gak kesepian." ucap shella diikuti dengan senyum hangatnya yang bersahabat. "Ga..., sini dong, ada temen bunda, juga."Aku tersenyum, sedikit mengernyit. Sampai akhirnya sosok pemuda datang dengan tangan dimasukkan ke kantong celananya.
What!!!, mataku fokus ke wajah pemuda itu, yang kini berdiri disamping Shella, mulutku terbuka sedikit, mataku juga tidak kedip menatapnya. Dia menatapku balik dengan santai, seolah tak pernah mengenalku. Lelucon apa lagi ini?aku tersadar ketika Shella mengenalkan pemuda itu kepadaku, seketika aku merasakan waktu berhenti berputar, napasku tersekat, seraya menatap Shella dengan berusaha bersikap normal.
"Freya, kenalin ini anak tante, Arga."Aku menggeleng pelan, Gak mungkin, ini pasti mimpi!
"Dan Arga, ini ...--" terpotong "Freya" singkat Arga.
"Lho, kalian saling kenal?" tanya Ratih, kaget. Aku hanya melirik ke Arga kemudian ke Shella dan ratih bergantian.
"Iya tante, Freya ade kelas saya." ujar Arga seramah mungkin.
"Wah..., tante seneng deh, kalo begitu Freya jadi punya temen deket dong. Sekali kali gak apa lho mampir kerumah, ga" tawar Ratih, membuatku monoleh tidak terima. apa apaan nih?
"Berangkat dan pulang bareng juga gak apa ko, lagipula searah kan?." timpal Shella
"Iyaa, siapa tau aja kalian nanti...--" terpotong
"Ibu..." aku memotong cepat ucapan ratih karena aku tau kearah mana pembicaraan yang dilontarkan ratih. Aku menekuk wajahku, kesal.
"Tante, aku izin keluar, ya" pintaku lagi agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.Kini aku berada di balkon, bersama pemuda yang sempat diminta untuk menemaniku, Arga. Alhasil aku terjebak bersamanya.
Ini sungguh hari yang paling menyebalkan bagiku!posisiku tepat diteras rumah yang terbilang luas. Bahkan aku merasa seperti berada di hotel bintang... Bintang berapa ya? Gak tau dah. Pokok, intinya rumah ini memberi kesan 'wow!' saat pertama kali aku memasuki gerbang rumah ini. Belum lagi dengan teras rumah yang cukup luas, yang dihiasi dengan berbagai tanaman yang terawat dan memberikan kesan plus plus. Ada balkon yang menjadi tempat ku bersinggah saat ini, kolam ikan yang berada tidak jauh dari balkon yang tidak lupa terdapat air mancur yang menuju ke kolam itu. Belum lagi ketika didalam rumahnya.
Aku merasakan hilir angin malam yang menyejukkan dan mencoba duduk senyaman mungkin disamping Arga. Suasana malam menjadi terasa canggung dan aneh. Sampai akhirnya, Arga pergi, untuk mengambil minum untuknya. garis bawahi, hanya untuknya. Menyebalkan bukan, bahkan dia gak nawarin aku, seenggaknya hanya basa basi saja, tidak. tapi yasudahlah, apa peduliku. Yang penting sekarang aku tidak bersamanya. Sono, pergi jauh jauh, jangan kembali lagi.
Aku mencubit punggung tanganku, berharap ini hanya mimpi, tapi... Aw!, aku gak mimpi. Sial! mengingat soal vivi, membuatku jadi benci banget sama dia, kenapa harus terjebak disituasi seperti ini sih?
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Mimpi dan Dia
RandomFreya, seorang gadis yang memaknai semua hal dengan kata bintang.. Hatiku seperti halnya angin terkadang berubah tidak tentu arahnya, terkadang aku tak mengerti tujuanku? yang aku tau, aku hanya tidak ingin merasakan bimbang dan bayangan yang mengh...