.
.
Matahari sudah hampir terbenam, namun Jungkook masih berdiri di tempatnya semula. Keringat sudah membanjiri pakaiannya dan wajahnya terlihat pucat. Sudah beberapa jam ini Jungkook mempraktikan apa yang Taehyung jelaskan. Berkonsentrasi, memikirkan tentang pergerakan angin dan alam sekitar, juga fokuskan energi di ujung telunjuk. Semua sudah Jungkook lakukan, namun sama sekali tak membuahkan hasil. Nafas Jungkook mulai memburu, sekitarnya mulai berputar, dan perutnya terasa diaduk. Jungkook kemudian menggelengkan kepalanya beberapa kali, berharap rasa pusing di kepalanya hilang. Namun percuma, semua itu sia-sia. Jungkook malah merasa semakin pusing dan kakinya tidak mampu lagi menahan berat tubuhnya. Maka, dalam satu kedipan mata tubuh Jungkook tiba-tiba ambruk.
Di sisi lain, Taehyung terus memperhatikan Jungkook yang terus berlatih. Anak itu tidak istirahat sama sekali sejak tadi. Ia bahkan tidak menyadari jika Taehyung terus memperhatikannya. Mata abu-abu Taehyung tidak melewatkan sedikitpun Jungkook dari pandangannya. Bahkan Taehyung dapat melihat dengan jelas Jungkook yang menggelengkan kepalanya dengan wajah pucat. Taehyung segera bangkit dan berjalan mendekati Jungkook. Perasaannya mulai tidak enak saat memperhatikan anak itu yang semakin pucat, apalagi Taehyung dapat melihat dengan jelas tubuh Jungkook yang berketingat dan sedikit bergetar. Pada akhirnya, Taehyung melebarkan matanya dan melangkah buru-buru saat melihat Jungkook mulai limbung. Taehyung kemudian segera menangkap tubuh Jungkook sebelum ambruk menyentuh tanah.
"Jungkook!" Taehyung panik.
"Jungkook, kau mendengarku?" Taehyung terus memanggil nama Jungkook saat mata anak itu mulai terpejam.
Taehyung melihat sekeliling. Belum ada tanda-tanda Hoseok dan Xukun kembali. Taehyung kembali menatap wajah Jungkook yang pucat. Ia kemudian memejamkan matanya dan menggumamkan kalimat pelan. Dan setelahnya, Taehyung mengangkat tubuh Jungkook, membawanya ke tempat yang lebih teduh dan membaringkannya di sana. Taehyung menyeka keringat di leher dan dahi Jungkook.
"Seharusnya kau berhenti saat lelah." Taehyung mengusap lembut kepala Jungkook.
"Kau sudah berusaha keras. Aku akan membantumu hingga akhir." Taehyung tersenyum tipis. Ia kemudian mengecup dahi Jungkook, mempertahankan posisinya lumayan lama sambil menggenggam tangan Jungkook.
*****
Hoseok dan Xukun kembali saat matahari terbenam. Keduanya sama-sama mengerutkan dahi saat melihat Jungkook yang tertidur di samping Taehyung yang tengah duduk sambil memandang langit.
"Master," Xukun menghampiri Taehyung dengan langkah lebar.
"Apa kalian dapat sesuatu?" Taehyung menatap Xukun yang menghampirinya.
Xukun menggeleng lemah, dan Taehyung bisa melihat Hoseok yang mengangkat bahunya.
"Tidak ada senjata yang dijual di wilayah ini. Sebagian besar penduduk Roslyn adalah pengrajin kayu. Mereka tidak mengizinkan senjata dijual secara bebas di sini." Hoseok menjelaskan saat ia duduk di hadapan Taehyung.
"Para penduduk juga mencurigai setiap orang asing yang singgah." Lanjut Hoseok.
"Untung saja anak itu tetap di sini." Xukun menunjuk Jungkook dengan dagunya.
"Master, kita tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Peduduk Roslyn sangat tertutup pada orang luar. Mereka bisa melukai kita jika merasa terancam."
"Tapi kita bukan ancaman." Taehyung menyahut cepat.
"Kita akan pergi dari tempat ini setelah menemukan orang yang kita cari." Lanjut Taehyung.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizard [Taekook] END ✓
FanfictionJeon Jungkook, anak matahari yang ditakdirkan menjadi bulan. Anak bungsu pemalu yang ditakdirkan hidup mandiri. Mencari sang matahari untuk menyempurnakan sinarnya, yang sebenarnya tanpa ia sadari sang matahari selalu berada disampingnya, melindungi...