Tuti membawa Maya dan Bowo ke tengah sawah. Tuti memandang jauh dan air matanya mulai tumpah. Tuti mengira rumah tangganya akan hancur dan berakhir.
Danu sampai di rumah mbah putri tidak menemukan Tuti. Mbah putri memberitahu Danu, kalau Tuti sedang berada di sawah. Danu langsung lari menyusul Tuti.
Tuti terus menatap Maya dan Bowo, Tuti menyeka air matanya. Dadanya sesak karena menahan penderitaan karena Maya dan Bowo selalu menanyakan ayahnya.
Mas, anakmu terus memanggil...
Seandainya kamu ada di sini, kita bisa menikmati indahnya ciptaan Tuhan...
Ya Allah... apakah aku masih bisa bertemu dengan suamiku...Teriakan hati Tuti terus berkobar sambil memandang anak-anak kampung bermain layangan.
Dari kejauhan Danu mengendap-endap ingin memberi kejutan pada Tuti. Maya yang sudah mengenali Danu langsung teriak.
"Papah... " teriak Maya.
Maya loncat-loncat kegirangan sambil teriak. Tuti hanya diam dan tidak menyadarinya. Tuti mengira Maya sudah sering teriak memanggil ayahnya. Danu dari belakang langsung memeluk Tuti.
"Sayang... " bisik Danu.
Tuti terkejut dipeluk Danu dan mendapat bisikan sayang. Tuti seperti tidak percaya Danu ada disampingnya. Maya langsung memeluk ayahnya. Bowo langsung tertawa dan minta ikut ayahnya.
Tuti salah tingkah, tidak tahu apa yang harus diucapkan. Tuti merasa bersalah sudah meninggalkan Danu. Tuti tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.
"Sayang, kamu baik-baik saja, kan?" tanya Danu.
"Aku baik-baik saja, Mas!" jawab Tuti.
"Maafkan keluargaku, ya? Mas janji mereka tidak akan lagi berani menyakitimu," ucap Danu.
"Mas, bolehkan aku tinggal di sini saja? Aku lebih suka tinggal di desa, Mas!" pinta Tuti.
"Boleh, tapi apakah kamu siap jika aku harus keluar kerja dari pertamina?" tanya Danu.
"Asalkan dekat dengan Mas, aku selalu siap, Mas! Di sini udaranya sejuk dan banyak pemandangan yang indah," jawab Tuti.
"Baiklah, kalau itu yang kamu mau, Mas akan pertimbangkan!" ucap Danu.
Sudah satu minggu Danu tidak bekerja, Danu bingung karena sudah meninggalkan pekerjaan. Tuti memperbolehkan Danu untuk pulang dan mengurus pekerjaannya. Tapi Danu tidak tega meninggalkan Tuti dan anak-anak.
Setelah usia Bowo setahun lebih, Tuti mengandung anak ketiga. Saat Danu bertugas di Jakarta, Danu mengajak istrinya. Tuti melahirkan anak ketiga di Jakarta. Danu memberi nama anak ketiganya Leni Rahayu Oktaviana.
Usia Maya tiga tahun sudah memiliki dua adik. Tuti pernah mencoba memakai semua alat kontrasepsi agar tidak cepat hamil tapi tidak satu pun ada yang cocok. Tuti selalu sakit ketika memakai alat kontrasepsi, dari suntik, pil sampai spiral. Akhirnya Danu melarang Tuti menggunakan alat kontrasepsi.
Tuti dan Danu hijrah kembali ke Bogor, Tuti lebih betah tinggal di Bogor. Diusia Maya yang keempat, Tuti hamil lagi. Tuti melahirkan anak keempatnya di Bogor. Anak laki-laki yang mungil diberi nama Deden.
Danu mulai resah, dengan empat anak yang masih balita, Tuti semakin repot dan mulai sakit-sakitan. Danu membujuk Tuti agar mau kembali ke Cirebon.
"Sayang, apa sebaiknya kita kembali ke Cirebon? Karier Mas lebih bagus di sana," bujuk Danu.
"Terserah Mas saja, aku ikut kemana pun Mas pergi," jawab Tuti.
Danu merasa heran Tuti pasrah dan menuruti keinginannya. Danu tidak banyak bertanya lagi. Danu langsung berkemas dan memuat semua barang ke dalam dus dan koper. Tuti terlihat pucat dan tidak bergairah karena masih sakit.
Danu menuju rumah orangtuanya, Danu belum bisa mencari rumah kontrakan. Kamar di rumah orangtuanya masih banyak. Danu berpikir sementara tinggal di rumah orangtuanya sampai bisa mencari rumah baru.
Sampai di stasiun Cirebon, Danu disambut banyak orang. Semua pegawai dan pedagang kenal dengan Danu karena ayahnya Danu bekerja di PJKA. Danu dari kecil sering dibawa ayahnya ke stasiun. Danu sangat bahagia melihat orang-orang antusias membawakan barang-barang bawaannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Anak Menggali Makam Ibunya Part I
Документальная прозаEmpat anak menggali makam Ibunya Part I 40 tahun yang lalu adalah peristiwa yang tidak bisa aku lupakan, Ibuku meninggal dunia disaat aku berusia 5 tahun. Aku dan tiga Adikku mejalani hari-hari penuh kesedihan. Usia balita yang seharusnya...