titik hitam

54 11 8
                                    

Bolehkah aku iri?
Melihat mereka tersenyum
Hatiku serasa dicubit
Sang prahara tak kunjung pergi
Aku butuh ob-

Kertas yang sedari tadi dipegang ima direbut aya dengan sekali sentakan. Aya si tukang jahilpun membaca puisi aya sambil berlari mengelilingi ruang tamu. Ima berusaha mengejar aya, tidak rela jika aya tahu isi hatinya. Aksi kejar-kejaran itu berhenti saat mendengar ucapan tari.

"Gue bosen belajar terus, gue butuh refreshing. Gimana kalau kita jalan-jalan keluar? " ucapnya dengan membanting pensil ke meja.

"Aku nggak bisa tari, aku tadi cuma minta izin buat ke rumah aya aja, " aku aya apa adanya. Dia tidak pernah berbohong dan tidak pernah membatah perkataan orang tua.

"Egois lo! Ini yang namanya sahabat? Gue selalu ngikutin mau kalian. Sekali aja kalian nurutin gue, Apa susahnya sih! "Ucap tari dengan emosi yang menggebu-nggebu.

"Yaudah, kita keluar! Terserah kamu mau kemana, kita ikutin. "

Tidak ada pilihan lain bagi ima selain menyetujui keinginan tari. Sedangkan aya dan fina turut mengikuti tanpa keluar sepatah katapun. Ima menyadari emosi tari saat ini tidak bisa di ajak kompromi. Sebenarnya bukan hanya izin orang tua yang ima khawatirkan, tapi juga jam saat mereka keluar saat ini. Jam setengah delapan, mungkin belum terlalu malam namun bagi ima ini sudah melewati batas dirinya keluar rumah, selain keperluan sekolah.

Mereka ber-empat menyusuri jalan malam dengan menaiki sepeda motor.  Mereka saling ber-boncengan, ima dengan tari sedangkan aya dengan fina. Semakin sepeda motor melaju, semakin bertambah pula jantung ima berdetak. Ada perasaan mengganjal dalam hatinya yang sulit untuk di jelaskan. Tapi ima berusaha untuk berfikir positif. Dia berdoa, semoga apapun tempat yang di tuju tari bukanlah jurang yang akan memasukkan mereka pada lubang yang berbahaya.

Selama ini, siapa warga sekolah yang tak mengenal persahatan ima dan teman temannya. Persahabatan yang di elu-elukan teman teman dan guru gurunya. Dikenal karena kepitarannya dalam berbagai mata pelajaran. Dikenal karena sikap ramah pada semua orang. Dikenal karena aktif dalam berbagai ekstrakulikuler. Memikirkan itu semua, membuat hati ima seketika berdesir. Dia bersyukur bisa di pertemukan dengan teman temannya. Setiap dia salah selalu di ingatkan. Bukankah pertemanan harus saling mengingatkan ketika temannya berbuat kesalahan.

Karena asik melamun, ima tidak sadar dirinya dan teman teman sudah keluar dari wilayah perkampungan. Ketika tari mengerem mendadak karena ada kucing lewat barulah dia sadar dari lamunannya. Ima bingung di mana dia sekarang. Jalanan sepi sekali hanya ada satu, dua mobil yang melintas. Saat ingin bertanya pada tari, ima melihat ada gerombolan laki laki di depannya sekitar 2 meter dari sepeda motornya berjalan. Tidak tahu berbuat apa, mau menepuk bahu tari untuk balik arahpun dirinya tidak bisa. Ima bingung semua yang di fikirkan seketika nge-blank. Apalagi saat motor yang di kemudikan tari berhenti tepat di mana gerombolan laki laki itu berada. Jantungnya bertalu-talu, keringatnya menetes di sekitar pelipis bahkan dia sampai menahan napas.

Salah satu laki laki itu mendekat ke arah tari dengan senyuman yang menyeramkan. Laki laki dengan pakaian ala badboy, jaket hitam dan kaos sebagai pakaian dalam serta celana jins. Mukanya juga ala badboy yang biasanya ada di novel yang sering ima baca. Namun mukanya tidak setampan seperti yang di ceritakan di novel, dia berwajah pas-pas an bahkan jauh dibawah standart. Laki laki itu dengan tari saling pandangan, ima tidak mengerti apa yang mereka amati. Apakah mereka berbicara melalui telepati? Hanya mereka dan tuhan yang tahu. Ima hanya duduk dengan harap harap cemas menunggu kata yang keluar dari mulut si laki laki itu. Ima ingin kabur tapi ketakutan menghambatnya untuk berlari.

"Kamu ternyata ke sini juga tar, aku kira kamu berbohong, " ucap laki laki itu setelah sekian lama diam membisu. Sedangkan tari membalasnya dengan senyum malu malu. Lalu membalas perkataan laki laki itu.

Titik HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang