"Delyn? Kamu kenapa?"
Rene membuyarkan lamunanku. Kami sedang mengerjakan tugas di perpustakaan. Makalah praktik kerja lapangan memang sangat menjengkelkan.
"Hm? Gak papa. Hehe."
"Soal Verza? Atau Ares?"
Aku menghembuskan nafasku, "Gak papa kok. Besok aku pergi menginap di Villa dengan Verza."
"Jangan lupa bawa pengaman."
"Udah gila, ya?" Jengkel u.
Rene terkekeh, "Syukurlah hubungan kalian berjalan baik."
Aku hanya tidak ingin mengecewakan Rene kalau perasaanku pada Verza mulai hambar. Tapi semoga saja, setelah menginap di villa ini akan memperbaiki perasaanku.
Jadi aku akan dengan mudah melepas Ares dan membiarkan dirinya bahagia dengan Galuh.
"Tapi, aku masih gak paham. Kenapa akhir-akhir ini sikap Ares aneh ya? Dia jadi songong bangsat gitu. Walaupun memang sifat aslinya."
Aku terkekeh, "Lagi kacau aja. Udah gak papa juga."
"Hah, orang itu. Cewek-cewek yang lain tertipu sama fisik. Padahal gobloknya gak ada tanding."
"Kamu kalo ngomongin Ares pasti gak afdol kalo gak pake bahasa kasar ya."
"Habisnya, dia ngeselin sih."
"Iya, iya maaf kalo gue ngeselin." Orang yang kami bicarakan datang bersama salah satu temannya.
"Kalian demen banget julid si Ares, sih? Sekali-sekali ngomongin gue." Keluh Varrel duduk di sebelah Rene. Sedangkan Ares di sebelahku.
"Ngapain juga ngomongin lu. Gak guna, buang-buang ludah." Sarkas Rene yang sedikit menjauhkan kursinya dari Varrel.
"Kalian dari mana? Tumben cuma berdua." Tanyaku.
"Habis nemenin mereka ibadah. Tadi mau ngajak Dani tapi tau sendiri kalau dia anti banget perpustakaan." Ares membuka bungkus coklat kemudian memakannya. Dia menawarkan coklat itu padaku, namun aku menggeleng.
"Lu, perasaan dua hari kemarin udah pake baju yang sama. Sekarang dipake lagi?" Tanya Rene melihat kaos yang di pakai Varrel.
"Iya, emang kenapa?"
"Lu gak sadar badan lu bau? Jorok."
"Anjir, gue gak pernah bau badan! Mandi tiap hari, pake parfum, deodorant. Gak kayak si Dani. Bau tanah."
"Kurang ajar. Gue ngomongin lu kenapa malah ke Dani?"
"Lagian terserah gue! Gue gak mau ribet kayak lu ganti baju tiap hari. Sayang air harus nyuci tiap hari."
"Ih, gue gak nyuruh lu nyuci tiap hari! Setidaknya bajunya jangan sampe di pake 3 hari berturut-turut!"
Selagi Rene dan Varrel ribut, aku dan Ares yang sedang menikmati coklatnya pun hanya menatap mereka geli karena tingkah mereka.
"Kalian, gue jodohin mau?" Ucap Ares.
"Wha-!?" Jengkel Rene
"Bangke, Ares! Mana sudi sama cewek barbar!" Varrel pun menerima cekikan Rene yang lebih jengkel lagi padanya.
Aku dan Ares semakin tertawa kami saling menoleh pada satu sama lain. Aku menatap matanya yang menatap padaku. Kami berpaling dengan cepat dan merasa canggung. Padahal tidak masalah, tapi menatapnya seperti itu malah membuatku canggung.
"BERISIK!!" Teriak penjaga perpustakaan. Menegur kami yang ribut. Semua orang menoleh pada kami yang segera meminta maaf.
-
KAMU SEDANG MEMBACA
Still xx You (✓)
Novela JuvenilPerang berakhir, akhirnya kami berpisah. Namun kami masih terjerat dalam ikatan benang merah yang pernah menyatukan. . Gunting? Atau simpul kembali? Biar waktu yang menjawab.