Letak keberadaan tempat tinggal Aries berada di tepi California, dekat dengan pepohonan cemara yang menjulang tinggi ke langit. Kawasan di sekitar rumahnya pun tidak begitu ramai. Cenderung sepi bahkan laiknya tak berpenghuni. Setelah kebakaran hutan tahun lalu, tidak sedikit penghuni wilayah itu yang berpergian, berniat mencari tempat yang mereka anggap lebih aman.
“Berapa banyak orang yang tinggal di sini sekarang?” tanya Ashley yang bersisian dengan Aries. Mereka sedang berjalan menuju rumah kayu keluarga Gale. “Aku tidak bermaksud apa-apa.”
Aries hanya tersenyum miring. “Tidak lebih dari tiga puluh orang, kurasa. Memang kenapa?” Ia balik bertanya.
“Tidak.” Ashley menggeleng. “Aku menyukai suasana seperti ini. Sungguh menyukainya.” Usai mengatakannya, Ashley berputar-putar menghirup oksigen segar yang mengelilingi mereka.
“Yah, pun dengan mereka yang berada di sini, dulu. Menyukai suasana sejuk yang menenangkan siapa saja, sampai akhirnya kebakaran melahap ketenangan itu, dan menciptakan trauma akan suasana yang diidamkan.”
“Kau tidak perlu merasa bersalah seperti itu,” kata Ashley.
Tidak ada kata yang keluar untuk menanggapi kalimat penyesalan Ashley. Aries hanya tersenyum, mencoba menerima apa yang Ashley katakan, dan menyetujuinya. Namun, bagaimana pun juga, andai saja ia berada di rumah ketika kebakaran terjadi, mungkin nyawa ibunya dapat terselamatkan. Mungkin.
▲▽▲▽▲
“Kau belum tidur?”
Aries dengan sigap mengusap air matanya yang jatuh ketika mendapati keberadaan Ashley di sekitarnya.
“Ah, belum.” Ia menjawab seiring menghirup napasnya yang sesenggukkan. “Kau sendiri?”
Ashley memberi jawaban melalui gelengan kepala. Ia berjalan untuk duduk di sisi Aries, membuat yang dihampiri menyembunyikan selembar foto ke bawah bantal yang ada di pelukannya.
“Jadi ... yang kita lakukan sekarang hanyalah berdiam diri sampai besok, ya?” Ashley merengganggkan tubuhnya di atas sofa. “Benar-benar membosankan. Entahlah, kadang aku tidak bisa membedakan hal antara kesepian dan kebosanan.”
“Hahaha!” Aries tertawa menyembunyikan sakit yang dirasa. “Mungkin keduanya?” Ia menggedikkan bahu mengembalikan pertanyaan.
Tidak ada lagi percakapan yang berdiri di antara keduanya. Mereka menghirup napas dan mengembuskannya bersamaan dengan harap dapat membuang kesedihan yang menghantui.
Lamunan keduanya menginjakkan kaki di menit kesepuluh. Semua tetap tenang sebagaimana semestinya, sebelum sebuah teriakan menggelegar mengejutkan keduanya.
“Arghhh!”
Suara itu sontak membuat keduanya berpandangan. Netra mereka lalu mencari-cari dari mana asal suara tersebut.
“Aku akan memeriksa ke luar. Kau ambil senjata kita!” perintah Aries, Ashley mengangguk. “Jangan macam-macam dengan rumah yang baru kuperbaiki ini.”
Aries berlari ke luar pondok. Ia berdiam di depan sana dengan mode siaga mencari sosok yang mengeluarkan suara tersebut. Namun, ia tak menemukan apa-apa. Bahkan sampai Ashley ikut keluar dengan benda-benda pusaka di pelukannya.
“Tidak ada apa-apa di sini.” Ia berbalik badan untuk berbicara dengan Ashley. “Kita harus--”
“AWAS DI BELAKANGMU!” Ashley berteriak histeris memotong perkataannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zodiac's Series: The Chosen
Fantasy[Fantasy minor Adventure || 15+] Ophiuchus datang membalaskan dendam. Membunuh sepuluh utusan zodiak dari dua belas yang ditakdirkan. Motif yang terbilang abu membuat dewa-dewi Olimpus kelabakan mencari solusi, bahkan bagi Zeus sekalipun. Di sisi la...