"Fokus."
Hantaman keras Seokjin terima dari sisi kanannya. Sejenak Seokjin kehilangan keseimbangan, jika itu dirinya dua bulan lalu mungkin ia telah bertemu dengan lantai keras yang akan menambahkan luka memar di tubuhnya.
Sudah dua bulan pula sejak kematian orangtua Ken. Dua bulan sejak ia bertatap muka dengan Ken. Dua bulan sejak Ken membencinya. Dua bulan Seokjin dan Namjoon pindah ke pondok di tengah hutan antah berantah.
Setelah kematian orangtua Ken, Nona Park memutuskan untuk memisahkan Seokjin dengan Ken. Keduanya tentu butuh untuk berbicara, namun tidak untuk saat ini, tidak saat Seokjin menolak untuk bicara dan Ken tak dapat menahan manifestasi achlys-nya saat berhadapan dengan Seokjin. Tidak disaat keduanya belum siap. Kapan mereka dapat siap dan kembali berbicara? Tak ada yang tahu. Setelahnya Nona Park memutuskan untuk menaruh Seokjin ke bimbingan Namjoon dan Ken dibimbing oleh Yoongi.
Selama dua bulan Seokjin berlatih tarung dengan Namjoon. Ia berhasil memanifestasikan sanctum miliknya, flute warna violet dengan suara sebagai senjata. Apa bedanya dengan flute violet sebelumnya? Manifestasi utama Seokjin bukanlah bentuk fisik dari flute itu sendiri, namun suaranya. Tak peduli bentuk alat musik yang ia mainkan, selama ia bisa mengeluarkan suara semuanya sudah cukup. Saat itu ia dapat melihat reaksi Namjoon yang penuh dengan kontradiksi, senang namun sedih, bersyukur namun menyesal.
"Kita berhenti sejenak, Park mengirimkan sesuatu."
Seokjin menangguk pelan dan seketika tubuhnya ambruk telentang di lantai. Astaga hal ini begitu melelahkan, namun ia tidak akan memilih hal lain. Ia sudah mendapat tamparan keras dari Ira mengenai dirinya yang masih lemah. Menjadi seorang Zero bukan berarti kau bisa langsung kuat dan mengalahkan dunia. Seokjin menghela nafas pasrah. Ia menatap langit-langit ruang latihan sambil berusaha menjaga kewaspadaan terhadap Namjoon.
Pikirannya mengaung mencoba memahami sosok pria itu. Dewasa, dingin, dan tanpa ampun. Itulah hal yang Seokjin lihat dari aura Namjoon, namun begitu banyak hal kompleks yang ia lihat dalam tingkah Namjoon. Sebut saja saat ia memainkan Pavane, kemudian saat ia melihat warna sanctum dan manifestasi milik Seokjin. Tingkah Namjoon terkadang dapat lembut namun juga kasar. Ia bisa bertingkah masa bodoh, tapi juga penuh rasa khawatir. Akan tetapi, hal yang dapat terlihat jelas oleh Seokjin adalah bagaimana Namjoon diselimuti aura melankolis, seakan ia kehilangan sesuatu. Sesuatu apa? Seokjin tak tahu dan tidak mau tahu.
Ia tidak ingin terlalu terlibat dengan dunia kompleks para Arcana dan Clairs. Seokjin sudah cukup terlibat dengan menjadi seorang Zero, sesuatu yang seharusnya tak ada.
"Ikut dengan ku. Kita akan pergi."
Tarikan tanpa aba-aba Namjoon membuat Seokjin reflek menepis genggaman Namjoon, "apa yang terjadi?" Sesuatu jelas terjadi jika Namjoon berusaha mengajak Seokjin lari. Tindakan Namjoon selalu memiliki tujuan.
"Park diserang."
Mata Seokjin membulat. Bukankah baru dua bulan lalu para Arcana menyerang? Bagaimana bisa mereka menyerang balik ketika lebih dari setengah pasukan yang datang dihancurkan oleh penghuni mansion? Apakah Nona Park baik saja? Jika ia baik saja harusnya ia tidak akan repot-repot memanggil Seokjin dan Namjoon kembali. Apa mungkin...
Namjoon yang memprediksi pemikiran Seokjin langsung menjawab, "dia dapat bertahan hidup..."
"Apa maksudmu bertahan hidup?"
"Aliran achlys-nya dibuat kacau... Terlalu kacau untuk dikembalikan."
Dia akan mati. Itulah hal yang secara tak langsung Namjoon hendak ucapkan. Aliran achlys dan sanctum pada tubuh mereka seperti aliran darah atau mungkin degup jantung, jika aliran itu terganggu atau degup jantung tidak teratur maka itu tidak lagi sebatas flu. Hal itu mengancam nyawa, namun tidak mustahil untuk dikembalikan. Hanya saja jika aliran achlys atau sanctum tak bisa dikembalikan seperti normal maka hanya ada satu akhir. Jika kau seorang Gilda maka kau akan menjadi Gilda Liar, kehilangan akal dan haus darah. Saat kau seorang Arcana maka warna sanctum milik mereka akan berubah menjadi hitam, Somnus.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZERO [Namjin]
FanficSeokjin merasa puas di kehidupan normalnya. Ia hanya anak kuliah biasa yang memiliki sedikit perbedaan. Tak masalah. Mungkin itu yang Seokjin dan temannya pikirkan, namun untuk 'mereka' Seokjin adalah ancaman. Seokjin adalah anomali. Seokjin adalah...