First Sight

235 20 2
                                    


Mata dunia tertutup untuknya, mata dunia tak lagi memandangnya. Dia tersisih, tersingkir dan teraniaya. Remuk redam dasar hatinya. Gelap dan tanpa cahaya. Seindah gemerlap langit malam, hatinya tak lagi bersinar. Terpuruk, sendirian, memeluk sepi bergelung dengan kepedihan hati.

Langkah tertatih dalam kaki telanjang, menyusuri kegelapan ruang. Mata terpejam dan pedih menjalar. Rasa sakit sudah terlalu familiar. Bahkan menjadi teman tidur setiap malam. Tak ada lagi belas kasih apalagi sampai taraf cinta. Dia jatuh terlalu dalam pada satu nestapa dan entah sampai kapan bisa bertahan.

Craakk
Traakk

Bruukk..

Tubuh lemahnya terdorong secara kasar, terjerembab pada lantai yang dingin dan lembab. Keremangan masih mendominasi. Tak bisa ia ligat dengan jelas apa yang ada di sekitarnya. Kecuali sebuah alas tidur yang setidaknya nampak lebih bersih dibandingkan dengan lantai yang ia duduki saat ini.

Dia beringsut perlahan, tangannya gemetar dan pusing hebat mendera rongga kepala. Dia mengaduh lirih, tak ada yang mendengar kecuali sepi. Ada rantai di kedua kakinya, yang membuatnya bisa melangkah tapi tak mampu berlari. Pakaiannya terkoyak di beberapa bagian. Kulit mulusnya tergores dan mengeluarkan cairan anyir. Tubuhnya, penuh luka dan nampak lusuh.

“Hei.. siapa nama mu…?”

Tubuh lemah yang baru saja ia sandarkan di tembok yang dingin, terlonjak seketika. Ada suara yang tertangkap daun telinganya. Dari sudut gelap ruang itu. Rupa nya ada penghuni lain disini.

“Jangan takut, kita bernasip sama,”

Maka, muncul lah sosok manusia lain yang kini sudah berhadapan dengannya. Kedua matanya mengedip tidak percaya. Jika yang ada di depannya ini masihlah manusia.

“Lihat, apa yang telah mereka lakukan pada mu.. ckckck… barang bagus di hancurkan,” Tukas orang itu sambil memegang rahangnya yang sebenarnya masih terasa pedih.

“Barang…? Apa maksud mu…?”

“Suara mu bahkan manis, aku Jimin,”

Uluran tangan lusuh itu, meminta untuk di sambut. Dengan gerakan halus, dan tangan gemetar, mereka berjabat untuk yang pertama kalinya.

“Jj- Jungkook,” Balasnya, dengan nada yang masih sama.

“Apa yang terjadi pada mu..? Kenapa kau bisa sampai ke tempat ini…? Apakah orang tua mu punya hutang…?”

“Aku tidak tahu, aku terbangun sudah ada di tempat ini bersama dengan orang-orang asing yang mengerikan, dan tanpa memberi penjelasan mereka langsung menyiksa ku,”

“Kau di jual? Tch… kasian. Apa orang tua mu masih…?”

“Aku yatim piatu sejak kecil dan tinggal bersama dengan saudara yang mereka bilang masih dalam silsilah keluarga ku,”

“Berapa umur mu…?”

“16 tahun,”

“Ya Tuhan… kau masih sangat muda, harusnya kau masih sekolah kan…?”

“Tidak, mereka menghentikan pendidikan ku dan meminta ku bekerja,”

Seseorang yang bernama Jimin, mengusap punggung tangan Jungkook. Gerakan lembut itu bisa Jungkook rasakan dan nyaman. Ditengah rasa takutnya, masih ada seseorang yang setidaknya berlaku manis padanya. Setelah apa yang ia dapatkan dari orang-orang asing berwajah mengerikan. Pukulan, cambukan, sayatan bahkan pelecehan seksual.

“Tidurlah, istirahatkan tubuhmu, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok,”

“Jimin hyung, sebenarnya ini tempat apa…?”

Angel Love Vain ( Vkook ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang