Sehebat apapun rasa, kalau allah bilang "Tidak". Kita bisa apa?
¤
¤
¤
"Sekian..." ucap Dosen itu kemudian berlalu pergi dari kelas kami.
Aku hanya ingin pergi dari kampus ini saat ini, pergi dan tidak kembali lagi. Tapi itu keinginan terberat yang pernah aku inginkan. Bagaimana mungkin aku bisa pergi dari kampus ini, sementara aku hanya lah mahasiswa yang kuliah dengan jalur beasiswa. Ya rabb, bantu aku melewati semua ini.
Aku mengambil pulpen yang terjatuh saat ingin mengemaskan barang-barang ku, dan disaaat yang bersamaan aku melihat kaki seseorang berhenti tepat di depan pulpen yang ingin ku ambil. Aku menoleh ke arah pemilik kaki, dan alangkah terkejutnya ketika mataku bertemu dengan milik Khalif.
Khalif ? Kenapa dia ada disini? Bukankah dia ingin bertemu dikantin denganku? Lalu kenapa dia ke kelasku?. Ahh Khalif, berhentilah membuatku menjadi objek pembicaraan mahasiswa.
"Astaghfirullah, afwan pak." Aku kaget. Sumpah!. Duh Khalif.
Aku segera berdiri dan bersikap ramah ke arahnya, aku tak ingin terjadi fitnah antara aku dan Khalif.
"Assalamu'alaikum Zayna, maaf sudah mengagetkanmu. Saya kesini ingin mengajakmu makan siang bersama, sekalian ada hal penting yang harus saya sampaikan padamu. Tapi kamu tenang saja, Talita akan ikut bersama kita. Ya kan Ta?" Jelas Khalif panjang lebar, di tambah lagi dengan kehadiran Talita yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku. Mau lari kemana lagi kamu Zayna?. Ahh
"Oh, eh, mm iya pak" dengan sangat terpaksa aku mengiyakan permintaan Khalif, karena menolaknya juga tidak mungkin.
Khalif berjalan lebih dulu, sementara aku dan Talita berjalan berdampingan di belakangnya. Alina menggenggam erat tanganku, dan pandangannya sendu, ada apa dengan mereka, sepertinya ini sesuatu yang penting. Tunggu saja Zayna.
"Hasbiyallah.." sebut ku dalam hati. Sepanjang perjalanan, kami hanya saling diam. "Kenapa suasananya jadi tegang gini ya". Batinku mulai berisik.
Aku ingin sekali bertanya kepada Talita, namun urung ku lakukan karena kami hampir sampai di kantin. "Nanti aja deh nanya nya" ujarku dalam hati.
Aku melihat sekeliling kantin, tidak banyak mahasiswa yang makan siang disini kali ini. Khalif mengambil kursi dekat jendela di bagian sudut kantin. Dia mempersilahkan aku duduk di samping Talita.
"Kamu mau pesan apa.. Ta?" Khalif membuka suara. Aku kira dia bertanya padaku. Ternyata bertanya ke Talita.
"Aku Jus jeruk aja Mas" ujar Talita
Detik berikutnya, "Kamu Mau apa Zay?" Tanya nya padaku.
Aku mendongakkan kepala ke arahnya "Mm aku ngikut Talita Aja mas."
"Mbok.." dia belum menjawab perkataanku. Namun langsung memanggil mbok Dita untuk memesan makanan.
Aku menjadi serba salah berada di sini. Rasanya itu campur aduk, mau pergi saja takut di bilang kurang ajar. to the poin aja Khalif. Aku udah kebelet ini. Eehh.
"Ehm... Zayna?" Khalif memanggilku. Aku gak salah dengarkan?
"Ii ya pak, eh Maaf Mas." Ujarku gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Zayna
RomanceUntukmu imam dunia akhiratku, ahlaan bikum min jadid habibati alhalal. Tenang saja, aku bisa mengatasi bagaimana aku setelah ini. Tak perlu merisaukan aku disini. Doakan saja agar aku bisa berkumpul kembali denganmu nantinya. _ _ _ _ _ _ _ Ini nov...