Bagian 14

15K 1.5K 262
                                    

Dalam keremangan di bawah sinar rembulan yang menembus tembok kaca kamar apartemen, ada dua tubuh yang saling membagi hangat, meringkuk saling memeluk. Hayu berharap waktu bisa berhenti, agar tak kejam lagi memisahkannya dengan lelaki ini. Andai ia bisa melakukannya.

Selama lima tahun status mereka sebagai sepasang kekasih, gaya pacaran mereka bukan termasuk bebas. Buktinya Hayu masih bisa mempertahankan kegadisannya saat lelaki yang menjadi belahan jiwanya ini meminta lebih dari hanya sekedar menyentuh. Hayu memiliki prinsip yang kuat, hanya akan melakukannya saat sama-sama sudah resmi.

Bukan Hayu tak menginginkan atau tahan godaan. Panji lelaki yang dicintai dengan segala kesempurnaannya. Hayu sama dengan lelaki ini yang mati-matian menahannya. Mereka adalah dua orang dewasa yang sama-sama tak cukup memiliki kendali diri bila sedang berdekatan.

Bila dari awal Hayu sudah menyerah dengan hubungan mereka, lain lagi dengan lelaki ini, Panji masih saja keukeuh mempertahankannya.

Bohong bila Hayu tak sakit hati. Bohong bila Hayu tak terluka. Bohong bila dunianya baik-baik saja setelah pernikahan kekasihnya. Bohong bila Hayu bisa tidur nyenyak seakan tak terjadi apa-apa. Dan bohong pula bila Hayu tak trauma. Panji yang awalnya akan melamarnya jadi berbalik arah menikahi gadis lain. Belasan tahun mereka dekat dan lima tahun merajut kasih, wanita mana yang rela hubungannya kandas begitu saja?

"I love you. I love you so much." Lelaki itu mengencangkan pelukannya, sampai dada Hayu terasa sangat sesak.

"Kamu harus janji, nggak akan pernah ninggalin aku. Tolong, tetap di sisiku." Lanjut Panji bergumam.

Hayu mengangguk. "Aku nggak akan kemana-mana. Trust me."

Entahlah, Hayu juga bingung. Akan dibawa kemana hubungan ini. Pasti akan banyak orang yang tersakiti jika tetap dilanjut. Hayu tidak mampu melawan cinta Panji yang terlalu besar padanya. Yang sebenarnya, hubungan mereka lebih dari rasa saling mencintai. Lebih dari sepasang kekasih yang sudah kandas. Jauh sebelum mereka memutuskan untuk berkomitmen sebagai sepasang kekasih, mereka adalah saudara. Panji layaknya kakak bagi Hayu, juga orang tua yang membiayai pendidikannya. Hayu banyak berhutang pada lelaki ini dalam segala hal, baik materi maupun moril. Terlalu banyak yang sudah Panji berikan padanya, sampai Hayu tak bisa membalasnya. Untuk itu, Hayu akan melepas egonya, mengabaikan perasaannya yang hancur. Ia akan mengabaikan sakitnya dan merelakan lelaki ini. Hayu akan lebih bersabar penghadapi Panji. Pelan-pelan untuk memberinya pengertian. Hayu akan membuka mata hati Panji untuk menerima kenyataan bila mereka memang tidak berjodoh.

Namanya, dokter Hayu Ardya Larasati Sp. A. Seorang wanita yang mengimani takdir Tuhan. Hayu paham dan tahu bila jodoh, maut dan rezeki sudah ada yang menentukan. Jadi ia tak mungkin menentangnya. Hayu bukan wanita bodoh yang mau berhubungan dengan lelaki beristri. Hayu bukan wanita murahan yang tak bermoral. Dari dulu Hayu dikenal sebagai wanita yang bijak, logis dan dewasa. So, tidak mungkin Hayu melakukan hal serendah itu. Mungkin segelintir orang yang tak mengenalnya sulit memercayai. Silakan bertanya pada rekan seprofesinya atau siapa saja yang mengenalnya, pasti mereka akan langsung menembak lantang, dokter Hayu pediatri kan? Motivator bijak yang jumlah akun Instagramnya sudah ratusan ribu. Ya, itulah dia.

Bila ada di antara mereka yang memaki Hayu wanita yang tak tahu diri, penggoda tak berperasaan, perebut lelaki orang, dan lain sebagainya. Dipastikan Hayu tak akan membalas mereka semua dengan kutukan, justru ia akan berdoa untuk kebaikan mereka agar tak dijatuhi nasib sepertinya. Nasib ditinggal menikah lelaki yang sangat mereka cintai. Ditinggal, di saat cinta-cintanya. Ditinggal di saat harapan yang melambung tinggi. Ditinggal di saat dirinya tak salah apa-apa. Itu berat dan itu tidak mudah.

Hayu paham perasaan Dian. Hayu tak pernah menyalahkan Dian atas apa yang terjadi. Semua ini sudah kehendak penentu takdir. Saat waktu itu Dian mendatanginya, hingga mengutarakan unek-unek secara gamblang, Hayu sangat memakluminya. Dian bisa pegang janji Hayu, bahwa pernikahannya dengan Panji akan baik-baik saja. Bila Hayu berada di posisi Dian dan mendapati suaminya masih berhubungan dengan masa lalu, pasti ia juga akan melakukan hal yang sama. Hayu justru sangat bangga dengan ketegasan Dian. Itu artinya, Hayu tidak salah melepas Panji pada orang yang tepat.

Ini hanya tentang waktu, Hayu yakin kebersamaan Panji dengan Dian akan mengikis rasa itu padanya. Karena Dian adalah gadis yang manis. Gadis yang layak dicintai. Gadis yang layak dimiliki dan diperjuangkan. Mungkin ikatan mereka masih rentan patah, namun seiring berjalannya waktu semua pasti akan berubah. Tak menutup kemungkinan hati Panji akan berpaling darinya. Tak bosan Hayu merapalkan doa untuk kebahagiaan mereka.

Hayu akan bertindak tegas dengan hubungannya. Hayu pasti akan memutuskan semuanya. Tapi itu semua ia lakukan step by step. Tanpa grusa-grusu. Pohon pisang saja masih tetap tumbuh bila hanya dicabut, perlu menghilangkan pula akar-akarnya agar benar-benar bersih hingga tak ada tunas baru. Seperti halnya hubungan Hayu dengan lelaki ini, butuh pemikiran yang waras dan hati yang legawa agar tak meninggalkan penyesalan pada akhirnya.

Bilamana mereka harus berpisah, mereka harus berpisah baik-baik. Harus dalam keadaan sama-sama ikhlas. Hayu tidak ingin perpisahannya kelak mengoyakkan hubungan baik mereka yang sudah terjalin selama bertahun-tahun.

"Maafkan aku. Maafkan aku."

Hayu tersenyum lega, dan membalasnya dengan berbisik, "Sudah lebih dulu aku maafin."

Panji, lelaki yang masih memenuhi isi hatinya, memang yang terbaik. Panji selalu bisa menahannya. Panji berhenti saat melihatnya menangis. Tak banyak lelaki baik di dunia ini yang seperti dia. Tak banyak lelaki dua puluh sembilan tahun kuat menekan hasrat di saat kebutuhannya yang sudah mendesak. Panji berhasil melalui itu. Panji yang menghargai wanita di atas segalanya. Yang tak malu mengakui kesalahannya dan mengucapkan maaf.

Dan seperti inilah yang mereka lakukan sepanjang malam sampai pagi menyambut, hanya berdekapan, tak ada aktivitas yang berarti seperti yang sudah-sudah.

Aku, Kamu dan Pengikat (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang