Kana berjalan sambil terus-terusan mengusap air matanya yang mengalir di pipinya. Gadis itu tidak percaya ketika mendapat kabar bahwa Didi kecelakaan. Tanpa waktu lama, Kana bergegas untuk pergi ke rumah sakit dimana Didi berada.
Dia tidak memperdulikan ini siang atau malam. Yang dia inginkan, hanya melihat kondisi orang yang sangat disayanginya. Yaitu Didi.
Dugaannya benar kalau cowok itu berbohong, dugaannya benar kalau ternyata cowok itu sebenarnya tidak di rumah ketika tadi jam sepuluh malam.
Kana kesal, ingin sekali dia menabok pipi Didi dengan sendalnya. Tetapi tidak mungkin, Kana sayang dengan cowok itu.Kana terus melangkahkan kakinya untuk sampai ke rumah sakit itu. Sekarang jam dua belas malam. Tepat tengah malam pastinya. Dan dia, seorang perempuan yang berjalan di tengah jalan sepi seperti ini.
Tiba-tiba, tiga orang cowok menghampirinya. Cowok itu berpakaian bak preman, tetapi memang preman. Kana terkejut ketika cowok itu semakin mendekat dan ingin menarik tangannya.
"Siapa kalian? Pergi! Saya harus buru-buru untuk menjenguk pacar saya, hikss... Pergi..." usir Kana kepada tiga cowok itu dengan terisak. Bukannya mengasihani Kana, cowok itu malah tersenyum miring kepada Kana. Dia semakin mendekat ke arah Kana, sontak Kana memundurkan langkahnya.
"Neng manis gausah takut, kita cuma mau main kok, janji deh, gak akan main kasar," kata salah satu cowok itu dengan smirknya.
"Maksud kalian apa?! Pergi!"
"Kalau galak biasanya lebih enak deh cuy, jadi gak sabar gue." Salah satu cowok itu ikut menyahut. Sekarang, posisi Kana sudah terhalang dengan pohon besar di belakangnya. Oleh karena itu, dia tidak bisa mundurkan langkahnya lagi. Tiga cowok itu tersenyum kemenangan. Lalu semakin mendekati Kana, tangan cowok itu membelai pipi Kana. Kana mengeluarkan tangisannya sampai terisak.
"Jangan ganggu saya! Saya mohon," kata Kana berusaha memohon. Tetapi tetap saja, lelaki tersebut sekarang malah makin liar, dia mendekatkan wajahnya pada wajah Kana. Lalu dia meniup wajah Kana.
"Sabar ya neng cantik, kita gak main kasar kok." Tangan cowok yang berbicara seperti itu mengelus tangan Kana. Bulu kuduk Kana berdiri, dia merinding. Air mata Kana pun sudah mengalir tak beraturan melewati pipinya.
Bugh!
Salah satu pukulan mengenai rahang cowok yang sedang mengelus tangan Kana. Cowok itu tersungkur. Kedua cowok di belakangnya pun terkejut dengan kedatangan pahlawan kemalaman.
"Siapa lo? Berani sama kita?!" tantang kedua preman itu kepada cowok yang menyelamatkan Kana.
"Lo gak perlu tau siapa gue, kalau lo tanya gue barani sama lo, kenapa tidak?" tantang balik cowok yang tadi menyelamatkan Kana.
"Sialan."
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Bugh!Pukulan demi pukulan mengenai wajah preman-preman itu satu-satu. Mereka pun tersungkur ke tanah, bahkan hidung dan sudut bibirnya sudah mengeluarkan darah akibat pukulan cowok yang berperan sebagai pahlawan kemalaman itu.
Ketiga preman itu berdiri, sambil mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Dia menatap cowok pahlawan kemalaman itu dengan tatapan tajam.
"Bangsat lo!" kata salah satu preman, kemudian, dia menarik kedua temannya untuk pergi dari sana.
Kana menatap cowok pahlawan kemalaman itu dengan tatapan bingung dan takut. Takut jika cowok itu ternyata sama jahat nya dengan preman yang tadi.
"Gausah takut, gue gak ada niat jahat sama lo," kata cowok itu sambil tersenyum pada Kana.
KAMU SEDANG MEMBACA
La-Luna (Selesai)
Ficção Adolescente[Fiksi Remaja] -- Alkana Febiola Alfarieta, gadis yang biasa disapa Kana adalah seorang gadis yang belum mengetahui kehidupannya yang sebenarnya. Gadis itu memiliki wajah cantik. Berkulit putih, hidung cukup mancung, bulu mata lentik, dan mata canti...