16

49 3 0
                                    

"Waktu itu Ridho dimataku hanya orang biasa, tapi dia itu tidak ada gencar-gencarnya mendekatiku. Dan pada saat dimana dirinya ditolak oleh abiku untuk kesekian kalinya. Barulah dia belajar agama, ia memilih menghilang begitu saja tanpa kabar, sempat kukira dia sudah menyerah tapi" cerita Fatimah

"Tapi" tanya Rey

"Dia datang dengan sangat mengejutkan, semua orang tak percaya akan kehadirannya saat itu. Begitu pula saya"

"perubahannya yang sangat drastis itu membuat saya" terjeda

"Suka gitu, secepat itu" tanya Rey

"Ya engga, dengerin dulu makanya" jawab Fatimah

"Perubahannya yang drastis itu membuat aku kagum sama dia, apalagi dia sekarang udah jadi ustadz" pernyatan Fatimah

"Ya udahlah, kalah aku sekarang sama dia, kamu mainannya ustadz apalah aku yang hanya manusia biasa" celoteh Rey

"Kamu gak tau aja diri kamu Rey, karena kamu belum bisa mengenal diri kamu sepenuhnya, kamu bisa kok jadi kayak ridho atau bahkan selebihnya" tegas Fatimah

"Jadi kamu mau bahas aku atau ridho nih" tanya Rey

"Eh iya, terus dia ngelamar aku untuk ke tiga kalinya, saat itu juga ridho mampu, membuat abi ku terkagum sama lantunan ayat suci, yang ia bacakan. Nah semenjak itu abiku menyetujui aku nikah sama dia" jelas Fatimah

"Terus kamu terima dia"

"ya iyalah, karena pada saat itu, aku juga mencintainya, tapi sekarang hati ku sudah dimiliki oleh orang lain dan mungkin dirinya tak pernah tau" pernyatan Fatimah

Rey pun tersenyum lega mendengar perkataan itu, nampaknya Rey mengetahui siapa laki-laki yang dimaksud oleh Fatimah. Namun berita buruknya dia harus mengkubur dalam-dalam dan mengikhlaskan perasaannya kepada orang yang ia suka. Ia lebih memilih mengalah kepada Ridho, karena bagaimana pun juga, Ridho saat itu sedang sakit keras. Rey ingin dimasa terakhir Ridho dihabiskan dengan kebahagian saja.

"Terus gimana" tanya Fatimah

"Apanya" jawab Rey dengan dingin

"Dikira kamu mau bakal bilang aku menyukaimu" berbicara dalam hati

Dia berbalik arah menuju kamar Ridho.

"Aku sangat mencintaimu" nada kecil

***
Keesokan harinya, Rey mencoba menemui Hawa, untuk minta diajarkan agama olehnya. Karena yang dia pikirkan saat itu, adalah bagaimana dirinya, bisa berubah lebih baik karena penciptanya, bukan karena perempuan. Dia menemui Hawa, karena dia binggung harus meminta tolong ke siapa lagi kalau bukan keHawa. Sementara guru yang sering mengajarinya, sedang berada di rumah sakit.

"Wa, aku boleh minta tolong gak sama kamu" pinta Rey

"Minta tolong apa, jangan bilang kamu minta aku deketin kamu sama Fatimah" tanya Fatimah

"emang sebegitu terkenalnya aku, sampai jadi bahan gosip dikalangan anak-anak, hehehe" ucap Rey

"Bukan begitu, tapi hatiku sakit Rey, kalau kamu minta tolong aku, deketin kamu sama Fatimah" berbicara dalam hati

"Ya kirain aja, kan biasanya tuh laki kayak gitu" balas Hawa dengan kesal

"Enak aja aku tuh beda sama laki-laki pada umumnya, tapi boleh deh" ledek Rey

"Tuhkan" nada pelan

"Ishh kok jadi kesana, aku tuh niatnya, minta tolong diajarin agama sama kamu, bisa kan" Pinta Rey

"Perkataan kamu barusan, justru buat aku merasa khawatir, bagaimana tidak, dengan begitu aku harus lebih keras lagi, dalam menjaga hati ini" berbicara dalam hati

"Kenapa kamu gak minta sama Rizka aja" tanya Hawa

"Kalau aku minta ke Rizka, sama aja aku bikin masalah sama temen aku sendiri, kamu kan tau sendiri, kalau Dimas suka sama temenmu itu. Lagi pula sejak kapan sesama islam menolak untuk membagi ilmunya kepada orang lain yah kan. Apalagi ini dalam hal kebaikan, masa kamu mau nolak kebaikan, ini orang mau berubah lebih baik loh" ucap Rey

Pada saat itu, Hawa dilanda rasa bimbang yang tak terarah, ia pun sempat bertanya-tanya pada hati kecilnya. Apakah dia harus menolongnya atau tidak, tetapi kalau ia menolaknya, apa alasan yang kuat,  untuk menolak permintaan Rey. Apa pikir Rey nanti, terhadap Hawa. Selang waktu, ketika Hawa sedang memikirkan jawabannya, Rey pun mengagetkan Hawa sampai dirinya tersedak.

"aku baru tau loh, kalau orang kaget, responnya tersedak" ledek Rey

"Ya iyalah emang dikira minum doang" ketus Hawa

"Ya udah jadi" tanya Rey memastikan

"Jadi apa" kata Hawa

"Jawabannya, gimana kamu mau ajarin aku gak"

"Iya iya saya mau" Hawa menerima permintaan Rey dengan pasrah

"Ah makasih"

"Aku tunggu kamu besok dirumahku jam 3 sore, nanti bakal aku share lokasinya, jangan sampe telat" perintah Hawa

"Siap bu guru, gitu kek dari tadi kan enak" ucap Rey

***
Esok hari dirumah Hawa

Tok tok tok, ketukan pintu pun berbunyi dari arah luar, dengan cepat hawa membuka pintu.

"Ayo masuk"

Tak mudah bagi Hawa, untuk menahan perasaannya sendiri, apa lagi saat itu posisi Rey, jaraknya sangat dekat dengannya. Entah apa, yang harus ia lakukan, untuk menahan rasa nervousnya. Tak lama terdengar suara gelas jatuh, "Plakk" suara itu tiba-tiba saja, mencuri perhatian Rey, untuk mendekat kearah Hawa. Ketika Hawa, mengetahui keberadaan Rey, yang mendekat kearahnya. Tiba-tiba saja Hawa berteriak "jangan mendekat". Rey yang penasaran, tetap saja mendekati Hawa tanpa menghiraukan ucapan Hawa.

"Astagfirullah, tanganmu wa" panik Rey

"Saya bilang jangan mendekat" tegas Hawa

"Kenapa, sebentar kok kamu nangis, sakit yah" tanya Rey

"Jangan coba pegang tanganku, aku bisa obatin sendiri"

"Aku tau kamu pasti menolak, untuk aku obati, aku juga paham sekali kalau kamu bisa ngelakuinnya sendiri. Tapi aku gak bisa diam aja kaya patung, sedangkan aku bisa menolongmu saat ini"

Hawa terdiam sejenak

"Kenapa kamu diam, kamu masih mikir kita bukan mahrom, sekarang gini, Rumah Sakit aja mayoritas dokternya laki-laki. Kalau gitu apa yang kamu lakukan saat itu, apa kamu lebih milih untuk membatalkan niat kamu gitu aja. Sedangkan kamu tau kalau kamu mengalami sakit parah dan harus ditangani oleh dokter. Masa kamu mau minta ganti dokter ataupun Rumah sakit"

Hawa tertawa.

"Kok kamu tertawa" tanya Rey

"Islam tuh gak kaya gitu Rey, kalau semua laki-laki pikirannya kayak kamu, mereka bebas dong mencari alasan untuk bisa megang perempuan yang bukan mahromnya" jelas Hawa

"Kok gitu bukannya alasan ku benar" bela Rey

"Iya tapi pengertiannya yang salah, kamu bedalah sama dokter
Kalau dokter itu memang sudah niatannya menolong orang yang sakit dan memang sudah profesinya"

"Apa bedannya sama aku" tanya Rey beberapa kali.

"Bedanya kalau kamu pake nafsu, kalau dokter memang sudah pekerjaannya begitu. Lagi pula dokter itu sudah terikat syariat, yaitu dokter ada untuk menyembuhkan penyakit. Lagi pula sebenernya kalau masih bisa cari dokter perempuan lebih baik sama dokter perempuan aja deh biar sama-sama aman" Hawa memberi pengertian

Hawa tersenyum

Rey paham maksud jawaban Hawa, yang ada dirinya merasa malu, karena mendengar jawaban yang keluar dari mulut Hawa. Rey pun salting, itu semua tertangkap jelas oleh penglihatan Hawa. Hawa yang saat itu melihat Rey yang sangat aneh itu, langsung meledeknya.

"Jadi mau ngobatin sayanya gak" ledek Hawa

"Gak jadi" nada membentak sambil mendirikan badannya

Namun hawa masih saja tak henti-hentinya menertawakan Rey, seusai ia mengurus lukanya, Hawa dan Rey bersiap untuk memulai pelajaran pertamanya.

Salting : salah tingkah

Ketika ❤ menjemput islamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang