Aera pov
"eomma?"ibuku terperanjat karna terkejut atas kedatanganku yang bersifat tiba-tiba,ia menoleh singkat padaku lalu menutup sebuah tas besar yang diletakkan di ranjang kamarnya
"Ah,aera?- ad-ada apa?" Ibuku mengukir senyum palsu di hadapanku dan itu membuatku cepat curiga dengan gerak-gerik aneh nya
"tidak,aku hanya ingin pamit keluar" kulangkahkan kaki ku untuk masuk dan mendekat pada ibuku yang terlihat sangat jelas seperti menyembunyikan sesuatu disana
ibuku mengangguk cepat,tanpa mengiyakan atau bicara satu katapun, "eomma wae?" Tanyaku akhirnya
"Aniya gwaenchana.. gwaenchana.."
"eomma waee?!" jujur aku terpaksa berteriak didepannya,ia menyembunyikan sesuatu yang sudah kulihat dengan jelas
ibuku menangis lalu menyatukan kedua tangannya seperti tanda memohon didepanku, "mianhae-yo aeraya,mianhaee" tangisannya makin menjadi kala aku ternyata ikut menangis juga "naega mianhae aeraya"
"eomma- w-waaee,katakan padaku ada apa" kugoyangkan kedua bahu ibuku demi menyadarkannya jika saja ia melakukan semua ini tanpa sadar
"Aku harus.."
mataku masih lekat menatapnya yang menangis sangat deras,detak jantungku sudah tidak beraturan lagi karna memikirkan kalimat mengerikan apa yang akan ibuku katakan saat ini. aku mendengar ibuku melanjutkan ucapannya namun tidak bersuara, dan itu menyulitkanku untuk mendengar dengan jelas apa yang ia katakan
"eomma.."
"EOMMA?!!"
Pada akhirnya aku terbangun dengan refleks memukul tembok disamping ranjangku dengan keras,menciptakan darah segar yang mengalir sekaligus sengatan bak listrik yang mengabsen seluruh tanganku pagi ini
Mimpi itu terasa begitu nyata bagiku,aku bersumpah itu sangat nyata.
pukulanku ternyata membuat shik ahjumma masuk kedalam kamarku dengan tatapan panik,ia melihat kearah tembok yang sudah berserak noda darah dan padaku yang menyender pada kepala ranjang dengan lemas secara bergantian
"Aera-ya gwaenchana??"
aku menggeleng pelan karna aku benar-benar tidak dalam kondisi yang baik saat ini.
"dimana eomma?"
itu kalimat terakhirku pada shik ahjumma sebelum akhirnya mataku memaksa untuk menutup dan seluruh duniaku menjadi hitam gelap.
——————
Aku tidak mencium aroma obat-obatan serta melihat ruangan serba putih saat mataku terbuka untuk sadar. Awalnya sulit bagiku untuk mengingat kembali kejadian apa yang terjadi sebelum ini,namun tanganku yang mengilu saat aku coba gerakkan menjelaskan semuanya secara singkataku pingsan beberapa jam yang lalu akibat bangun dari tidurku dengan langsung memukul dinding keras dikamarku. Kupikir saat tidur pun aku sudah tidak beres,saat sedang bermimpi saja aku bisa emosi sampai seperti ini
kupandang tembok disampingku yang masih tersisa sedikit bekas darah,aku menghelas napas berat setelah mendapati tanganku kini terbalut sebuah perban dan rasanya sakit sekali,aera yang malang sekaligus bodoh.
YOU ARE READING
serendipity || park jimin
RomanceMalam itu lebih dari sebuah kebetulan,itu semacam takdir yang memang sudah direncanakan untuk bertemu denganmu. Perihal kejadian itu,aku tidak tau harus senang atau ikut sedih. Kita ikuti saja alurnya.. jika berakhir dengan senyuman maka aku akan me...