↠Fate

637 114 9
                                    

"ugh-" Mingyu membuka matanya perlahan, mengedipkannya beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Mingyu membangkitkan dirinya, ia duduk terdiam untuk beberapa saat, menatap laut lepas berwarna biru yang terhampar di hadapannya. "a-ah, gimana ceritanya aku bisa ada disini?" Mingyu mundur perlahan, segera menjauh dari laut.

"ah..." Mingyu mencoba mengingat apa yang telah terjadi semalam, bagaimana ia mengalami kecelakaan dan berakhir tenggelam.

dan berakhir tenggelam.

Mingyu sudah sangat yakin ia tenggelam. "kenapa aku masih hidup?" tanya Mingyu entah pada siapa, ia memukul pipi kanannya beberapa kali perlahan, hanya untuk memastikan bahwa semua ini bukan mimpi. Mingyu bersyukur ia masih hidup, tapi ia hanya kebingungan.

Mengingat Yohan yang sedang terbaring sakit di rumah, Mingyu sebisa mungkin mengabaikan rasa bingung yang tengah ia rasakan. Ia berdiri, menoleh ke arah dinding pemecah ombak yang begitu tinggi, tidak mungkin baginya untuk kembali ke atas dengan memanjat. Beruntung, karena ia berada tidak jauh dari dermaga. Mingyu menyusuri karang itu sampai menuju dermaga, sesampainya disana ia menaiki tangga dermaga. Banyak nelayan yang menatapnya dengan pandangan aneh, pasalnya Mingyu memang sedikit terkenal di kota ini karena sifatnya yang ramah dan ketidaksukaannya dengan laut. Tapi Mingyu mencoba mengabaikan tatapan mereka, membalasnya dengan senyuman dan sapaan.

Mingyu kembali berjalan, ke tempat kejadian perkara tadi malam, untuk mengambil sepedanya. Sepeda Mingyu terbaring disana dengan keadaan yang cukup baik, semua bagiannya masih utuh, hanya ada lecet sedikit. Mingyu menggeleng-gelengkan kepalnya sendiri mengingat kecerobohannya, padahal bukan salah Mingyu sepenuhnya.

"Mingyu!" Yohan membanting pintu rumah terbuka begitu Mingyu berdiri di depan pintu. "hyung-" belum sempat Mingyu berbicara, Yohan seketika menerjangnya. Yohan memeluk Mingyu erat, "kamu kemana aja?" tanya Yohan dengan nada panik. Mingyu terdiam sesaat. "Hyung lapar ya?" tanya Mingyu. "Iya," Yohan melepas pelukannya lalu menatap Mingyu dengan mata berbinar. Mingyu tertawa ringan menatap kakaknya, walaupun Yohan lebih tua dari Mingyu, kadang Mingyu merasa Yohan itu seumuran dengannya. "Iya, aku mau masak." Mingyu berjalan masuk ke dalam rumah, merasa bersyukur karena Yohan tidak curiga.

"udah ga panas lagi hyung?" tanya Mingyu sambil memasak. "hyung kan emang ga sakit." jawab Yohan, ia sedang menonton TV di ruang tengah. "terus kemarin kenapa tiba-tiba pingsan di dapur?" tanya Mingyu lagi, sekarang menatap Yohan. "Hehe," Yohan hanya tertawa sambil menengok ke arah Mingyu yang menatapnya. Mingyu kembali memasak sambil menyunggingkan senyuman.

Hidup tanpa ayah dan ibunya pun, Mingyu masih merasa bahagia berkat kakaknya.

Setelah Mingyu selesai memasak, mereka berdua memakan sarapan bersama di meja makan seperti biasanya. Mingyu menatap Yohan yang memakan masakannya dengan lahap.

Sepertinya hyung sudah sembuh.., syukur kalau begitu. Apalagi dia tidak menyadari ada yang janggal. Mingyu melanjutkan sarapannya dengan tenang.

"Mingyu," panggil Yohan setelah menghabiskan sarapannya. "hm?"

"Kenapa bajumu bau laut?" tanya Yohan.

‧͙⁺˚*・༓☾  ☽༓・*˚⁺‧͙

"Hyungjun,"

"Hyungjun,"

"Hyungjun!" Wonjin menarik boneka beruang yang sedang dipeluk Hyungjun. Hyungjun seketika terbangun, ia membuka matanya perlahan, menggeliat sambil meregangkan tubuhnya. "Sudah jam 8, kamu gak bakal menghadiri acara kelulusanmu?" Wonjin mendekatkan wajahnya ke wajah Hyungjun "h-hyung?" Hyungjun menutupi wajahnya dengan kedua tangannya karena jarak wajah Wonjin yang begitu dekat dengan miliknya. "Hyungjun, cepat bangun!" Minhee tiba-tiba masuk ke kamar Hyungjun, Wonjin refleks menjauh dari wajah Hyungjun. "Eh, iya, iya." Hyungjun segera bangkit dari kasurnya lalu berlari ke kamar mandi.

Serendipity || Minglem/MingjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang