"Pasien sudah bisa dipindahkan ke ruang rawat. Anda bisa mengikuti saya setelah ini." Dokter Kim mengalungkan stetoskopnya. "Pasien harus rawat inap selama seminggu."
"Terima kasih, Dok." Jiyeon membungkuk, lalu memungut jaket cokelatnya yang tergeletak begitu saja di kursi tunggu. "Hyung, pergilah dulu dengan Jimin. Akan kucarikan makanan."
"Em, oke." Yoongi menahan bahu Jimin karena pria itu baru saja akan membuka mulut. "Aku titip kola."
Jiyeon menghela napas sebelum menatap Jimin. "Kau?"
"Kopi?"
Jiyeon melotot. "Lagi?"
Jimin meringis. "Milk coffe?"
"Baiklah, sana."
Yoongi menepuk bahu Jimin dan menariknya pergi menuju kamar rawat Seungyoon. Jiyeon menghela napas ketika kedua pria itu sudah menghilang, masuk ke persimpangan jalan. Gadis itu mengambil ponsel dan juga botol airnya, namun pergerakannya ditahan begitu saja. Spontan, Jiyeon menyentaknya dengan kasar.
"AKU BENCI PENINDAS!!!" Jiyeon memejamkan matanya, menetralisasikan napasnya. "Menjauh dariku, Taehoo."
"Hei, Jiyeon," panggil Hyera sembari memeluk Jiyeon dari samping. "Pergilah dulu."
Soojin merangkul Hyera setelah Jiyeon bergegas pergi meninggalkan keduanya bersama ketujuh pemuda yang dicap penindas.
"Kita bisa mengajaknya berbicara nanti."
***
Jiyeon menghela napas setelah memperbaiki ikatan rambutnya.
Jaket cokelatnya terikat mengelilingi pinggangnya. Jas almamaternya masih dipasangnya. Dasinya sudah tidak berbentuk lagi. Wajahnya snagat lelah juga kusut. Salah satu tangannya memegang erat sebuah kantung plastik bening yang berisi beberapa makanan juga minuman.
Jiyeon kembali menghela napas, bersandar lelah di kursi yang ada di depan kamar rawat Seungyoon.
"Masuk tidak, ya..." Jiyeon mengetuk kakinya di atas permukaan lantai. "Napsuku hilang begitu saja."
Nyut...
Jiyeon mendesis. "Aish, dingin- Jaehyun?"
"Ambil."
Mau tak mau, Jiyeon mengambil sekaleng kola yang dingin, menyentuh pelipisnya. Jaehyun menghrla napas dengan kasar sebelum menjatuhkan diri di samping Jiyeon. Keduanya saling menabrakkan kaleng minuman mereka sebelum meminumnya dengan sekali tegak.
"Pinjam ponselmu."
Jaehyun mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Jiyeon. "Kau tidak masuk?"
"Sebentar." Jiyeon berdecak. "Kata sandi?"
"1706."
"Seperti tanggal lahir Yeonhee."
"Berisik."
Jiyeon terkekeh sebelum mengembalikan ponsel Jaehyun. "Cepat sekali."
"Hanya meminta nomor ponsel. Kalau menunggu, urusanku bisa terbengkalai begitu saja." Jiyeon mendekatkan ponselnya pada daun telinga. "Halo, selamat malam, Kepala Sekolah Yoon?"
Spontan, Jaehyun menyemburkan minumannya. "Yak, kau-"
"Ya, ini saya, Lee Jiyeon. Semoga Anda tidak melupakan perjanjian yang saya buat sebelum ikut andil dalam acara akhir tahun." Jaehyun menganga setelah mendengarnya. "Saya akan mengirimkan apa yang kuperlukan. Besok, jam keempat sebelum istirahat."
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] S. Daddy - P. Babygirl
Fanfiction[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] S. Daddy [Sexy Daddy] P. Babygirl [Princess Babygirl] Lee Jiyeon -Siswa tingkat akhir- tidak pernah diberi kebebasan dalam mengejar cita-citanya oleh ayahnya. Kerja, kerja dan kerja. Ayahnya selalu saja menek...