Great Hall, Hogwarts. Two years ago
Suasana di Great Hall cukup ramai dipenuhi oleh penghuni empat asarama Hogwarts. Mereka saling berebut pandangan untuk melihat siapa yang akan menjadi penghuni baru asrama bersama mereka.
"Eric Gardon."
Seorang lelaki bertubuh tinggi melangkahkan kakinya menuju podium. Didepannya terlihat jajaran guru-guru dan juga Albus Dumbledore, selaku kepala sekolah Hogwarts.
Laki-laki yang dipanggil untuk maju dipersilahkan duduk di depan seluruh murid-murid. Wajahnya nampak bangga dan yakin dengan dirinya bahwa akan masuk di asrama pilihannya.
Profesor McGonagall menaruh Sorter Hat, topi tua yang digunakan untuk membantu memilihkan asrama tempat mereka tinggal. Topi itu terus bergerak-gerak mencari asrama yang pas untuk Eric, dan beberapa detik kemudian, topi itu terdiam sebentar.
Para murid Hogwarts sangat penasaran dengan asrama apa yang akan diucapkan oleh topi tua itu. Mereka saling tebak-menebak asrama yang akan dihuninya. Bahkan, ada yang saling bertaruh asrama apa yang akan dihuni olehnya.
"Murni Slytherin!" Ujar Sorter Hat yang terdengar hingga ujung Great Hall. Seluruh murid-murid bertepuk tangan memberikan selamat kepada Eric yang telah memasuki asrama Slytherin.
Profesor McGonagall kembali membuka kertas berisi daftar nama-nama baru. "Jacob Trycker," panggilnya.
Seorang lelaki maju dengan gagahnya dan duduk di kursi tempat pemilihan asrama. Senyum yang terukir di bibirnya tidak luntur sedikit pun. Beberapa saat kemudian, Profesor McGonagall meletakkan topi itu diatas kepala Jacob dengan pasti.
Ramona yang berada sejajar dengan posisi kursi pemilihan mulai jenuh dengan prosesi ini. Dirinya terus menerus menggerakkan kakinya untuk mencegah rasa bosan yang menghantuinya. Ia pun melihat kebelakang—mencari kakaknya. Hayden yang duduk di deretan murid Gryffindor hanya melambaikan tangannya dan mengacungkan jempol untuknya.
Ramona hanya menghela nafas perlahan. "Calon Gryffindor yang terlalu percaya diri," gumamnya yang mendengar ocehan dari Sorter Hat.
Seorang lelaki di depan Ramona bergerak mundur dan menginjak kakinya. Lelaki itu nampak kaget dengan kekhawatiran yang terlihat dari sorot matanya. Sesegera mungkin, lelaki itu meminta maaf atas perilakunya kepada Ramona.
"Hei, santai saja." Ramona menepuk pundak lelaki itu. Ia mengulurkan tangannya dengan senyuman yang terukir di wajahnya. "Siapa namamu?"
"Jordan Youther," Jawab lelaki itu dengan menjabat tangan Ramona.
"Mungkin kau yang akan maju setelah ini." Tutur Ramona dengan santainya. Jordan pun mulai panik dengan berdiam diri tanpa menunjukkan gestur apapun.
"Gryffindor!"
Tepukkan tangan dari seluruh murid Hogwarts menggema di ruangan inti sekolah itu. Profesor McGonagall mulai mengamati nama-nama murid baru yang akan menjadi penyihir kelas atas di kalangan penyihir.
"Yah, sepertinya memang dirimu yang akan dipanggil." Ramona berkata dengan datarnya. "Santai saja, kau hanya perlu duduk dan topi aneh itu akan mengoceh tentang pribadimu."
Profesor McGonagall pun membuka mulutnya. "Jordan Youther," serunya.
"Mungkin aku lebih berbakat menjadi peramal ketimbang penyihir. Tetapi, semoga beruntung, Tuan Youther." Ramona tersenyum tipis dan kembali menepuk pundak Jordan.
Sorter Hat kembali diletakkan di kepala seseorang. Ia kembali melekat dengan sempurna di kepala Jordan."Tidak butuh waktu lama, Hufflepuff!" Tanpa dikomando, semua pasang mata kembali bertepuk tangan dan menunggu siapa yang akan menggunakan Sorter Hat untuk selanjutnya.
"Ramona Zethrecrown," panggil Profesor McGonagall. Ramona pun mulai berjalan dengan langkah agak malas dan duduk di kursi sembari memutar matanya.
Sorter Hat terdiam cukup lama. Seluruh murid sangat penasaran dengan apa yang akan diucapkan oleh topi itu.
"Tolong cepat sedikit, topi tua." Ramona berbisik kepada Sorter Hat.
Sorter Hat sangat kaget dengan ucapan Ramona yang tajam. "Wow. Sabar sebentar, nona kecil. Topi tua ini sedang berfikir," oceh Sorter Hat.
"Ambisi yang kuat."
Deretan para Slytherin mulai penasaran dengan ucapan Sorter Hat selanjutnya. Mereka mulai menantikan kehadiran seorang calon penyihir hebat yang baru.
"Keberanian yang sangat tinggi."
Para Gryffindor mulai berdebat argumen tentang asrama yang akan dihuni oleh Ramona. Hayden yang juga mendengar ucapan Sorter Hat pun kembali mengacungkan jempolnya kepada adiknya.
"Tetapi hampir tidak kutemukan sifat-sifat seorang Ravenclaw disini. Katakan selamat tinggal kepada Ravenclaw." Para Ravenclaw mulai kecewa dengan ucapan Sorter Hat.
"Tunggu, kakakmu adalah seorang Gryffindor. Kau juga memiliki peluang Gryffindor." Perdebatan Gryffindor dan Slytherin mulai memanas dengan fakta-fakta dari Sorter Hat.
"Aku menemukan parseltongue! Wow, darimana kau mendapatkannya?"
Slytherin mulai membanggakan dirinya dengan ucapan Sorter Hat. Sedikit bibit keributan mulai terpercik diantara Gryffindor dan Slytherin.
Ramona cukup khawatir dengan keributan yang mulai menyerang kekurangan dari dua kubu asrama terpopuler. Ia hanya bisa berusaha tenang melihat kondisi Great Hall yang mulai ramai.
"Tunggu, aku menemukan kepedulian yang tinggi disini. Baiklah, Nona Zethrecrown, Hufflepuff adalah tempat yang cocok untukmu."
Ramona sangat kaget karena menurutnya asrama berwarna kuning itu merupakan asrama yang paling dibencinya. Ia pun turun dari podium dan berjalan gontai menuju deretan Hufflepuff.
Ramona berusaha menahan amarahnya yang mulai bergejolak di hatinya. Hayden mengerti apa yang dirasakan oleh adik satu-satunya, dirinya segera menarik Ramona dan menuju taman untuk mengobrol sebentar.
"Simon Knighton! Ravenclaw!"
Sayup-sayup Ramona mendengar suara Sorter Hat memilihkan asrama untuk murid baru. Hayden segera menarik Ramona agar beban adiknya sedikit hilang.
🌟
"Sudah kubilang, aku benci menjadi penyihir! Ini hari pertamaku, tetapi kenapa semuanya berjalan tidak sesuai harapanku? Lebih baik aku pergi menenggelamkan diri di—"
"Tenanglah, Rammie. Aku tahu ini tidak sesuai dengan harapanmu, tetapi seorang Hufflepuff adalah orang-orang yang kuat. Beberapa dari mereka merupakan Muggleborn, sehingga para Slytherin sangat mudah untuk meledek mereka. Tetapi kau spesial, seorang Hufflepuff yang berbeda."
Ramona terdiam sebentar, tak lama kemudian Hayden menariknya kedalam pelukannya. "Aku menyayangimu lebih dari apapun, ini adalah pintu kita menemukan Ibu kembali," ujar Hayden sembari mengelus puncah kepala Ramona.
Yang mencet bintang oren semkga bisa nikah sama biasnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Reparo [SKZ X TBZ X NCT DREAM]
Fiksi PenggemarDitakdirkan menjadi seorang penyihir berdarah campuran mungkin sulit bagi Ramona. Terlebih lagi, penyebab ibunya pergi tanpa ia ketahui berkaitan dengan dunia sihir. Dengan surat panggilan dari Hogwarts, ia bertemu kakaknya dan bersama-sama memecah...