25. Oh My God

2.2K 237 15
                                    

Sumpahlah, ya, semakin kesini semakin ga jelas.

WARNING!
TYPO BERTEBARAN!

HAPPY READING

Setelah pemakaman Beomji berlangsung, Rose berhenti menangis. Badannya sudah lelah, bahkan batinnya juga. Ia juga tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan karena dalam ajaran agamanya tidak boleh terlalu larut.

Hari ini, Ryujin dan Jennie datang untuk menghibur temannya itu. Tak lupa mereka membawakan buah tangan seperti buah-buahan dan cemilan.

Sebenarnya, Ryujin ingin sekali mengajak Rose ke mall untuk menghibur Rose yang sedang kesedihan. Tapi tidak jadi karena Jennie yang melarangnya. Lagipula, Rose juga tidak terlalu suka berbelanja ke mall. Nantinya dia tidak akan tenang, justru dia akan merasa sakit.

"Rose, makan dulu. Kemarin seharian kau tidak makan. Sekarang makan, ya?" Jennie memeluk Rose yang masih terisak. Jennie juga memaklumi Rose yang tengah bersedih, dia juga seperti itu saat Kakeknya meninggal.

Rose menggeleng tanpa berkata apa pun.

Mendengar Rose yang sudah tidak seharian makan, ia segera beranjak ke dapur. Jennie melihat pergerakkan Ryujin lalu membulatkan mata lebar seperti berkata, 'Mau kemana? Duduk!'.

"Aku ingin ke dapur, mempersiapkan makan untuk Rose," balasnya dengan suara yang nyaris berbisik. Untung Rose tidak mendengarnya.

Jennie mengangguk mengerti.

Sudah berada di dapur, Ryujin membuka tudung saji dan nihil, tidak ada apa pun di dalam sana. Kosong. Ryujin menghela nafas, lalu beranjak menuju ke kulkas untuk melihat bahan makanan apa saja yang masih tersisa.

Lagi-lagi Ryujin menggelengkan kepalanya. Pantas saja Rose tidak makan seharian. Rupanya ia tidak memiliki bahan makanan. Eh, tapi tidak juga. Ini memang karena dia yang tidak nafsu makan.

"Semua kebetulan habis," ujar Ryujin.

Tak lama, Ryujin melihat pelayan rumah Rose berjalan ke tempat pencucian piring. Ryujin langsung memanggil pelayan itu seraya menggerakkan tangannya agar pelayan itu mau mendekat, "Bibi, bisakah kau membelikan bahan makanan? Kulkas Rose sudah sangat kosong." Ryujin menunjuk isi kulkas.

"Bisa. Baiklah."

"Ini uangnya, bi." Ryujin mengambil dompetnya yang ada di saku kemudian memberikan lima lembar uang kertas berwarna merah.

"Terima kasih, Non." Bibi tersebut menundukkan kepalanya, lalu pergi.

Setelah itu, Ryujin menyempatkan diri untuk minum segelas air untuk menghilangkan rasa dahaganya. Memang benar, dia sangat haus. Namun ia tahan-tahan karena merasa tidak enak dengan Rose. Meskipun Rose orangnya pengertian.

Setelah selesai meneguk cairan putih bening itu hingga tandas, Ryujin berjalan dengan santai ke ruangan kamar Rose untuk menghampiri kedua temannya itu.

Tidak butuh waktu lama, akhirnya Ryujin sampai di sana. Ia segera mendekat ke arah Rose seraya berkata, "Rose, kau belum makan. Yuk, makan?"

Rose masih dengan pendiriannya—tidak mau makan. Lagipula, dia memang tidak nafsu makan. Bukan memang ia tahan-tahan.

Ryujin sejujurnya kesal dengan sifat Rose ini. Bukan apa-apa, Ryujin tentu saja mengkhawatirkan keadaan Rose. Apalagi Rose terlihat kurus karena terus-terusan menangisi Beomji.

Terbesit sebuah ide di pikiran Ryujin. Ryujin berkacak pinggang di hadapan Rose. "Oke, tidak apa-apa jika kau tidak mau makan." Ryujin menaikkan satu oktaf nada bicaranya, "Tapi aku tidak akan pernah mau berteman denganmu lagi!" Lanjutnya.

Milky Way | Rosekook [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang