Aldo mengirimi Syahirah pesan whatsapp satu jam yang lalu. Tapi, sama perempuan itu belum dibaca. Masih ceklis dua, belum berubah menjadi berwarna biru.
Kemarin Aldo mengurungkan niatnya untuk bertanya tentang kata sandi pintu kamar apartemennya karena melihat kondisi Syahirah yang sedang sakit. Jadi, pagi ini, selesai melaksanakan shalat subuh Aldo mengirimi pesan whatsapp untuk perempuan itu. Bertanya tentang kata sandi pintu apartemen.
Tiga puluh menit berlalu. Ceklis duanya masih belum berubah menjadi warna biru. Syahirah belum membaca pesannya. Padahal Aldo ingin cepat-cepat ke apartemen untuk membersihkannya agar nanti bisa langsung dipakai.
Pintu bel rumah berbunyi. Aldo segera membukakan pintu. "Siapa sih, yang pagi-pagi sudah bertamu?" gumam Aldo. Ia membuka setengah pintu. Sosok Alea sedang tersenyum begitu lebar di depan pintu sambil membawa banyak bingkisan.
"Assalamu'alaikum. Alea is back," katanya sambil menyelonong masuk ke dalam rumah Aldo. Alea memang sudah terbiasa menganggap rumah orang tua Aldo sebagai rumahnya sendiri. Dan kebiasaan itu sudah dari SD. Jadi, Aldo tidak heran atau mempermasalahkannya.
"Wa'alaikum salam." Aldo menutup pintunya kembali. Lalu menyusul Alea yang berjalan kearah ruang keluarga. Alea menaruh bingkisan-bingkisan tersebut di atas meja.
"Tante Santi sama om Bara ke mana?"
"Baru aja pergi," kata Aldo sambil duduk di sofa. Alea ikut duduk di sofa. Di sebelah Aldo.
"Lo di sini ngapain? Lagi nginep sama Syahirah?"
"Itu oleh-oleh dari Australia, Le?" Aldo mengalihkan pembicaraan.
Alea mengangguk, "Iya." jawabnya. "Heh, pertanyaan gue belum lo jawab. Lo ke sini lagi nginep sama Syahirah? Tumben banget," katanya.
"Syahirah lagi di pondok. Terus yang nginep di sini bukan gue, tapi Syahirah. Kan gue dari dulu udah tinggal di sini sampai sekarang," jelas Aldo. Kening Alea memgerut. Ia tidak mengerti apa maksud Aldo.
Alea belum tahu permasalahan yang terjadi antara Aldo dengan Syahirah. Tidak ada yang memberitahu. Aldo juga tidak pernah menghubunginya sekalipun. Sudah hampir dua bulan. Terakhir Aldo menghubunginya, yaitu ketika dirinya baru beberapa hari tinggal di Australia, hanya sekedar menanyakan kabar.
Alea pun teringat. Saat dirinya terakhir menghubungi Aldo, yaitu ketika Aldo sedang tidak berada dirumah dan yang mengangkat panggilannya adalah Syahirah. Pada waktu itu Alea memberitahu tentang kondisi Aldo yang tidak boleh berkendara sendiri, harus menggunakan sopir.
Apa ada sesuatu yang terjadi pada waktu itu? Di mana Aldo tidak membawa handphone-nya tepat ia memberitahu Syahirah tentang kondisi Aldo?
Alea menatap kedua manik mata sepupunya. Ia menyelidik sebuah masalah yang terjadi. Alea menghela nafas panjang. Ia tidak dapat menemukan apa-apa di sana. Jika ia ingin tahu, maka ia harus langsung bertanya, tidak bisa menebaknya sendiri atau nanti ia akan salah perspektif.
"Lo, elo mengalami kecelakaan Do?" Itulah kalimat pertama yang ditanyakan Alea.
"Lo tau dari mana? Perasaan nggak ada yang ngasih tau lo. Gue sendiri juga belum kasih tau lo." respon Aldo. "Aaa ... gue tau, Syahirah yang ngasih tau lo?"
"Syahirah enggak bilang apa-apa ke gue. Udah sih, jawab aja. Gue tau dari mana itu nggak penting," kata Alea.
"Iya, gue mengalami kecelakaan sekitar beberapa minggu yang lalu."
"Terus lo inget tentang Syahirah? Maksud gue lo kenal sama Syahirah, kan?"
"Syahirah teman lo yang sekarang tinggal di pondok."
"Iya teman gue. Tapi, Syahirah juga istri lo, Do!"
"Istri apa sih, Le? Gue belum nikah. Lo ngehalu ya, gue nikah sama Syahirah?" Aldo menertawakan perkataan Alea yang menurutnya aneh. Alea mengerutkan keningnya.
Alea pun bisa mengambil kesimpulan. Aldo mengalami lupa ingatan sebagian. Tapi, mengapa harus ingatan tentang Syahirah saja yang harus dilupakan?
Alea jadi merasa bersalah terhadap Syahirah. Setiap Aldo punya rencana untuk menikahi Syahirah dulu, Alea selalu menentangnya. Alea menentangnya karena Alea takut Aldo sakit hati karena tahu Syahirah mencintai laki-laki lain. Tapi, ternyata sekarang malah Syahirah yang tersakiti. Bahkan lebih menyakitkan dibanding Aldo dulu, di mana Aldo menunggu dan selalu berharap pada Syahirah.
Seharusnya Alea tidak setuju, bahkan melarang Syahirah untuk menerima lamaran Aldo jikalau Alea tahu akhirnya seperti ini. Syahirah yang tersakiti. Ia pun berniat untuk pergi menemui sahabatnya itu.
"Sekarang Syahirah tinggal di pondok mana?" Alea bertanya setelah cukup lama terdiam.
"Pondok pesantren Al-Adlu."
"Ya udah, nanti gue mau ke sana."
"Mau gue temani?"
"Enggak usah. Gue bisa pergi ke sana pakai taksi online," Alea beranjak pergi keluar dari rumah sepupunya. Ia butuh udara segar. Rasanya sedikit menyebalkan saat tahu sikap acuh Aldo pada Syahirah.
"Padahal dulu, Aldo sering banget ngebucinin Syahirah," gumam Alea.
Tidak lama Alea keluar dari rumahnya. Handphone Aldo berdenting. Ada pesan whatsapp yang baru masuk. Syahirah sudah membalas pesannya.
Syahirah
Maaf, mas. Baru bls.
Ini passwordnya: 08-08-2016***
Akhirnya Aldo berhasil membuka pintunya. Aldo tersenyum senang. Ia membuka knop pintu dan masuk ke dalam. Pintu pun langsung tertutup dengan sendirinya. Aldo mengganti sepatu kerjanya menjadi sandal santai yang biasa digunakan di hotel-hotel berbintang.
Aldo sedikit heran mengapa sudah ada beberapa sandal dan sepatu di rak sepatu. Terlebih lagi, sepatu kerja kesayangannya berada di apartemennya dan high hils yang tingginya 5cm berada di dekat sepatunya.
Aldo mengira isi apartemennya masih berantakan. Ternyata sudah rapi dan sudah ada barang-barang yang dibutuhkan. Seperti sofa, meja makan, bangku, dan peralatan rumah tangga lainnya.
Aldo menatap sekeliling. Seketika tubuhnya tegang. Aldo terdiam dan berdiri mematung ketika melihat sebuah bingkai foto berukuran besar terpasang di dinding yang berada diruang tengah.
Aldo setengah tidak percaya ketika melihat foto tersebut. Melihat dirinya sendiri sedang bersanding dengan seseorang yang sangat ia kenal di dalam foto. Perempuan itu adalah Syahirah. Aldo melihat dirinya di foto tersebut sedang tersenyum bahagia sambil menatap kedua manik mata Syahirah. Begitupula dengan Syahirah.
Aldo melangkah mundur. Tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit. Begitu sakit, seperti dihantam oleh sesuatu yang begitu besar dan rasanya sangat menyakitkan. Ingatan-ingatan yang selama ini terlupakan diotak kecilnya, satu per satu ingatan itu muncul kembali diotaknya, meskipun tidak sepenuhnya.
"Syahirah Nurmalasari," gumamnya masih memegang kepalanya yang masih terasa begitu sangat sakit.
Aldo melihat kearah pintu. Di sana terdapat tulisan tangan milik Syahirah. Ia masuk ke dalam kamar tersebut untuk memastikan sesuatu.
Di dalam kamar Syahirah juga terdapat sebuah foto yang sama dengan foto yang berada diruang tengah. Hanya saja fotonya dipajang dibingkai kecil.
"Mas Aldo," panggil Syahirah sambil tersenyum.
"Mas Aldo," Syahirah memanggilnya dengan suara yang begitu lirih.
Aldo mendengar suara Syahirah yang memanggil dirinya. Di atas meja belajar milik Syahirah terdapat sebuah tas. Tas yang biasa dibawa Syahirah ketika mengajar. Baru saja Aldo membuka reseleting tas tersebut, Aldo terjatuh. Pingsan. Tas milik Syahirah ikut terjatuh dan semua barang-barang Syahirah yang ada di dalam tas keluar berserakan di sekitar Aldo. Termasuk amplop berwarna biru pemberian Azki dulu saat kelulusan SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Syahirah 2: Aldo ✔
RomanceJodoh itu rahasia Allah. Jika memang Allah sungguh menakdirkan kita untuk bersama. Percayalah, suatu saat nanti kita akan dipertemukan kembali dan akan hidup bahagia bersama. Seperti nabi Adam dengan Siti Hawa yang dipertemukan kembali setelah sekia...